Alibaba Rombak Jajaran Pengurus Usai Terpukul Kesuksesan Pesaingnya

Perombakan jajaran pimpinan di Alibaba terjadi beberapa minggu setelah salah satu pendiri sekaligus miliarder Jack Ma menyerukan perubahan di perusahaannya

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Des 2023, 13:50 WIB
Alibaba telah merombak jajaran pimpinan setelah kinerja luar biasa dari pesaingnya menyebabkan kegemparan di raksasa teknologi tersebut. (Liputan6.com/Sunariyah)

Liputan6.com, Jakarta - Alibaba telah merombak jajaran pimpinan setelah kinerja luar biasa dari pesaingnya menyebabkan kegemparan di raksasa teknologi tersebut.

CEO Alibaba Group Eddie Wu kini juga akan memimpin bisnis e-commerce perusahaan tersebut, menggantikan Trudy Dai, yang telah bekerja di perusahaan tersebut selama lebih dari dua dekade, menurut surat internal dari Joe Tsai, ketua Alibaba Group.

Melansir CNN, dikutip Kamis (21/12/2023), Dai merupakan salah satu dari 18 pendiri Alibaba yang akan mendirikan perusahaan manajemen aset untuk grup tersebut. Saham Alibaba (BABA) pun naik lebih dari 3% di Hong Kong pada Rabu, 20 Desember 2023.

Perombakan ini terjadi beberapa minggu setelah salah satu pendiri sekaligus miliarder Jack Ma menyerukan perubahan di perusahaannya, seiring dengan keberhasilan dramatis pesaingnya, PDD (PDD), kelompok di belakang raksasa belanja online Tiongkok Pinduoduo dan perusahaan ritel baru yang berbasis di AS, Temu, mengguncang industri perdagangan e-commerce Tiongkok.

Saham PDD telah meroket 77% sepanjang tahun ini, memungkinkannya melampaui kapitalisasi pasar Alibaba untuk pertama kalinya pada bulan lalu.

Perubahan manajemen yang mengejutkan ini terjadi hanya tiga bulan setelah Wu menggantikan Daniel Zhang menjadi CEO keempat Alibaba Group dalam 24 tahun sejarahnya.  Dia juga mengambil alih jabatan kepala divisi cloud setelah Zhang keluar dari unit tersebut secara mengejutkan.

"Eddie telah melewati trade-off yang sulit dan membuat keputusan yang sulit namun perlu,” kata Tsai dalam suratnya. 

 "Kepemimpinan Eddie pada Alibaba Cloud dan TTG akan memastikan fokus total dan investasi yang signifikan dan berkelanjutan pada dua bisnis inti kami, yaitu komputasi awan dan e-commerce, serta memungkinkan TTG bertransformasi melalui inovasi teknologi,” sambungnya. 

TTG mengacu pada Taobao dan Tmall Group, yang mencakup platform belanja online Alibaba.

 


Saham Alibaba Melemah

Seorang wanita berlari di depan kantor pusat Alibaba di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Rabu (5/2/2020). Pemerintah Hangzhou memberlakukan pembatasan pergerakan bagi warganya menyusul mewabahnya virus corona. (NOEL CELIS/AFP)

Saham Alibaba telah anjlok 18% sepanjang tahun ini karena perusahaan tersebut berjuang melawan kekhawatiran atas restrukturisasi besar-besaran, perombakan kepemimpinan, dan persaingan yang ketat.

Bulan lalu, Ma mendesak karyawannya untuk membayar berapa pun harga dan pengorbanannya untuk membantu mereformasi perusahaan setelah kinerja PDD menimbulkan kegelisahan.

PDD, yang didirikan pada 2015, telah menikmati tahun yang gemilang.  Perusahaan ini juga menarik perhatian internasional karena peluncuran Temu, superstore online terjangkau yang telah menjadi sangat populer di pasar seperti Amerika Serikat dan Australia.  Temu menjual segala sesuatu mulai dari perlengkapan rumah tangga hingga pakaian dan elektronik.

 


Saham Alibaba Merosot Hampir 10% Usai Tak Lanjutkan Spin Off Bisnis Cloud

Kantor Alibaba Group di Distrik Binjiang, Hangzhou, Tiongkok. (Liputan6.com/Sunariyah)

Sebelumnya diberitakan, saham Alibaba turun hampir 10 persen pada perdagangan di bursa saham Hong Kong pada Jumat, 17 November 2023. Hal ini setelah raksasa e-commerce China tersebut mengatakan tidak akan melanjutkan spin-off penuh bisnis cloud. Hal ini karena pembatasan ekspor chip Amerika Serikat.

Saham Alibaba turun 9,77 persen menjadi 73,40 per dolar Hong Kong. Saham Alibaba berada di level tertinggi 76,65 dan terendah 72,90 per dolar Hong Kong. Kapitalisasi pasar tercatat 1,47 triliun dolar Hong Kong. Demikian mengutip laman CNBC, Jumat (17/11/2023).

Saham Alibaba yang tercatat di bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot 9 persen pada perdagangan Kamis, 16 November 2023.  Di wall street, saham Alibaba anjlok lebih dari 10 persen sejak awal 2023.

Sedangkan saham Alibaba yang tercatat di Hong Kong turun hampir 15 persen year to date (ytd). Kinerja saham ini di bawah indeks Hang Seng. Indeks Hang Seng tergelincir 11,2 persen pada periode yang sama.

Saat merilis kinerja laba pada Kamis, 16 November 2023, Alibaba mengatakan tidak akan lagi melanjutkan spin-off bisnis cloud-nya, cabang komputasi awan Alibaba yang bersaing dengan Amazon Web Services dan Microsoft Azure. Alibaba juga berencana membawa divisi tersebut tercatat di bursa saham.

 


Pembatasan Ekspor Chip

Fairtual menggandeng Alibaba Cloud sebagai mitra kerja strategis dalam rangkaian kegiatan Grand Launching Alibaba Cloud Scrubbing Center Indonesia yang akan digelar pada 7 April 2021.

Alibaba menyebutkan pembatasan ekspor chip Amerika Serikat telah mempersulit perusahaan China untuk mendapatkan pasokan chip penting dari perusahaan AS. AS melarang penjualan chip Nvidia H800 dan A800 yang fokus pada kecerdasan buatan pada Oktober 2023.

Alibaba mengatakan, pembatasan itu telah menciptakan ketidakpastian bagi prospek Cloud Intelligence Group. “Kami percaya pemisahan penuh dari Cloud Intelligence Group mungkin tidak mencapai efek yang diharapkan yaitu peningkatan nilai pemegang saham,” tulis perusahaan.

Alibaba menyatakan akan fokus pada pertumbuhan pengembangan model berkelanjutan untuk unit tersebut. Selain itu, Alibaba mengumumkan kalau perwalian keluarga pendiri Alibaba Jack Ma berencana menjual kepemilikannya dalam bisnis tersebut. Saham yang dijual sebesar 10 juta senilai USD 870,7 juta.

Adapun keputusan membatalkan pemisahan unit cloud menandai hambatan dalam rencana Alibaba untuk reorganisasi menjadi enam unit bisnis individual, salah satu perubahan paling radikal dalam sejarah perusahaan.

Terkait kinerja keuangan, Alibaba melaporkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 27,7 miliar yuan atau USD 3,8 miliar hingga September 2023. Laba itu di bawah perkiraan analis sebesar 29,7 miliar yuan.

 

 


Ingin Kembangkan Bisnis Cloud

Jingren Zhou, CTO Alibaba Cloud Intelligence Group dalam Apsara Conference 2023 di Hangzhou, China (Alibaba Cloud)

Namun, pendapatan memenuhi harapan yakni sebesar 224,79 miliar yuan, naik 9 persen  dari tahun ke tahun atau year over year.Chairman Alibaba Joe Tsai meredakan kekhawatiran investor tentang hambatan reorganisasi Alibaba pada laporan laba. Ia menuturkan, perusahaan memiliki lebih dari cukup uang tunai di neraca untuk mendukung bisnis operasionalnya.

"Kami mengakhiri kuartal ini dengan kas bersih USD 63 miliar dan kami hasilkan arus kas bebas USD 27 miliar dalam 12 bulan terakhir. Alibaba saat ini berada dalam posisi keuangan lebih baik untuk investasi demi pertumbuhan bisnis kami,” ujar Tsai.

Ia menambahkan, Alibaba ingin membuktikan kepada investor kalau dapat mengembangkan bisnis cloud-nya sebagai bagian dari grup Alibaba.

"Di dunia yang digerakkan oleh AI untuk mengembangkan bisnis yang berkembang sepenuhnya berdasarkan infrastruktur yang sangat berhubungan dan berskala besar, diperlukan investasi,” ujar Tsai.

“Kami lebih memilih menunjukkan kepada investor melalui operasi bisnis cloud daripada memisahkannya,” ia menambahkan.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya