Liputan6.com, Jakarta - TNI Angkatan Udara berusaha menciptakan pilot maupun penerbang andal untuk menjaga kesatuan Indonesia pada wilayah udara. Skadron 104 menjadi salah satu sekolah calon penerbang TNI AU.
Kepala Seksi Pemeliharaan Skadron 104, Kapten Mahfud mengatakan, Skadron 104 memiliki tugas sebagai sekolah penerbang untuk mendidik penerbang TNI AU. Terdapat lima, yakni Skadik 101 hingga 105 yang setiap skadiknya memiliki latihan berbeda.
Advertisement
“Jadi Skadik 101 itu untuk pesawat Grob, Skadik 102 untuk pesawat latih lanjut, Skadik 103 pesawat tanpa awak, Skadik 104 untuk simulator, dan Skadik 105 helikopter,” ujar Mahfud kepada Liputan6.com, Kamis (21/12/2023).
Mahfud menjelaskan, seluruh calon penerbang sebelum terbang menggunakan pesawat aslinya, akan dididik terbang menggunakan simulator. Tujuan untuk mengenalkan pesawat yang akan digunakannya.
“Jadi simulator ini akan menunjukan seperti aslinya, biar nanti tidak kaget,” jelas Mahfud.
Terdapat dua tipe simulator pada Skadik 104, yakni simulator Grob dan simulator KT-1 Wong Bee. Para calon penerbang akan dididik terlebih dahulu mengenal sistem pesawat dan maupun bagian pesawat yang akan digunakannya.
“Jadi ini sama pesawat aslinya hampir sama atau 90 persen itu sama. Jadi, nanti tidak kaget atau sudah familiar dengan pesawat aslinya,” ucap Mahfud.
Mahfud mengungkapkan, pesawat Grob merupakan pesawat latih dasar pemula yang nantinya akan dilanjutkan dengan pesawat latih lanjut. Umumnya, Taruna pada tingkat 4 akan mengikuti Pendidikan di Skadik 104.
“Ada jam prodinya, jadi kita hitungannya dengan jam terbang. Misalkan berapa lama untuk jam terbang, nanti akan mengejar jam terbang tersebut untuk menentukan kelulusannya,” ungkap Mahfud.
Simulator Pesawat Terkoneksi dengan Lainnya
Pada Skadik 104 terdapat 10 simulator sedangkan untuk KT1 Wong Bee terdapat lima simulator. Alat simulator selain untuk memberikan pengetahuan sebelum terbang, simulator tersebut dapat digunakan untuk pelatihan lainnya.
“Ini bisa digunakan seluruhnya untuk latihan akrobatik,” terang Mahfud.
Mahfud menuturkan, simulator tersebut akan terkoneksi dengan simulator lain. Siswa penerbang saat menggunakan simulator dapat mengetahui keadaan siswa lain yang sedang menggunakan simulator.
“Bisa terkoneksi dengan simulator lain, jadi bisa terbang formasi juga terkoneksi semua sistemnya,” tutur Mahfud.
Namun untuk khusus pelatihan pesawat akrobatik, akan menggunakan pesawat lain atau bukan menggunakan pesawat Grob.
“Tapi rata-rata akrobatik menggunakan pesawat yang KT-1 Wong,” pungkas Mahfud.
Advertisement