Liputan6.com, Almaty - Sebuah pesawat dari Kazakhstan mengalami kecelakaan pada Jumat pagi, 27 Desember 2019, tak lama setelah lepas landas. Dari 100 penumpang yang ada di dalamnya, sedikitnya 14 orang tewas dan sekitar 35 orang lainnya selamat meski mengalami luka-luka, menurut pernyataan dari pihak berwenang di Almaty.
Melansir dari Euronews, pesawat dari maskapai Bek Air mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandara Internasional Almaty. Informasi dari pihak berwenang menyebutkan pesawat menabrak pagar beton dan sebuah bangunan dua lantai sekitar pukul 7:22 pagi waktu setempat.
Advertisement
Pihak bandara melalui pernyataan di halaman Facebook-nya, mengonfirmasi bahwa tidak ada kebakaran yang terjadi dan tim penyelamat segera bertindak setelah kejadian tersebut.
Rute penerbangan pesawat tersebut adalah menuju Nur-Sultan, ibu kota negara sebelumnya dikenal sebagai Astana.
Pesawat yang terlibat kecelakaan adalah Fokker-100, sebuah pesawat jet sedang dengan dua mesin turbofan. Perusahaan yang membuat pesawat ini mengalami kebangkrutan pada tahun 1996 dan produksi Fokker-100 dihentikan pada tahun berikutnya.
Seorang reporter dari Reuters yang menuju ke bandara melaporkan adanya kabut tebal di sekitar area tersebut. Saat penyelidikan berlangsung, komite penerbangan telah menangguhkan semua penerbangan menggunakan jenis pesawat yang sama.
"Mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi hukuman berat sesuai dengan hukum," ujar Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, menyampaikan belasungkawa kepada korban dan keluarga mereka.
Kecelakaan Pesawat di Kazakhstan yang Meninggalkan Sensasi Mengerikan
Saksi yang selamat dari kecelakaan pesawat di Kazakhstan, menjelaskan sensasi "atap yang menyusut" terjadi setelah pesawat itu menabrak tembok beton dan bangunan dua lantai.
Pesawat Bek Air membawa 98 penumpang dan mengalami kesulitan saat lepas landas, kemudian jatuh tak lama setelah keberangkatan dari Almaty, kota terbesar dan bekas ibu kota Kazakhstan, menurut pernyataan dari pejabat bandara.
"Sayap kiri mengguncang sangat keras, saya menyadari itu lalu mengguncang ke kanan. Dan pesawat mulai bergoyang seperti perahu," ujar Aslan Nazaraliyev.
Penyebab pasti jatuhnya pesawat Fokker 100 yang berumur 23 tahun itu masih belum terungkap dengan jelas. Sebagai respons cepat, pihak berwenang langsung menghentikan sementara semua penerbangan oleh Bek Air dan pesawat Fokker 100 di Kazakhstan, menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut.
Pihak berwenang mengatakan pesawat telah melewati proses anti-pembekuan sebelum penerbangan, tetapi Nazaraliyev mengingat bahwa sayapnya tertutupi oleh es, dan penumpang yang menggunakan pintu darurat di atas sayap tergelincir dan jatuh.
Advertisement
Apa yang Terjadi?
Nomor penerbangan 2100 dijadwalkan berangkat dari Almaty, sebuah kota di bagian selatan Kazakhstan, menuju ibu kota Nur-Sultan.
Pesawat yang dioperasikan oleh Bek Air lepas landas pukul 7.21 pagi waktu setempat, menurut informasi dari otoritas bandara. Fokker 100 yang digunakan itu tiba-tiba tak terdeteksi dalam radar setelah satu menit. Alarm berbunyi pada pukul 7.25 pagi waktu setempat.
Pesawat tiba-tiba kehilangan ketinggian setelah lepas landas, menabrak pagar beton, dan menyentuh bangunan dua lantai, ungkap pihak bandara.
Roman Sklyar, Wakil Perdana Menteri Kazakhstan, menyatakan bahwa ada dua bekas jejak dari ekor pesawat di landasan pacu yang menunjukkan kesulitan saat pesawat hendak lepas landas. Ia juga menyebutkan bahwa kebanyakan dari mereka yang meninggal berada di bagian depan.
Penjelasan dari Penumpang Selamat
Seorang yang selamat menyampaikan bahwa pesawat mulai bergoyang kurang dari dua menit setelah lepas landas.
"Pertama, sayap kiri mengguncang sangat keras, lalu sayap kanan. Pesawat terus naik ketinggian, bergoyang cukup parah, dan kemudian turun," tutur Aslan Nazaraliyev, salah satu penumpang yang selamat dari kecelakaan, kepada Associated Press.
"Pesawat mulai bergetar dengan sangat parah," ujarnya. "Ini adalah mimpi buruk di dalam. Saya meletakkan ponsel saya di saku dan mengencangkan sabuk pengaman dengan kuat. Dan pesawat miring ke depan. Jelas bahwa kita akan jatuh ke tanah. "
"Suara benturan sangat keras dan lampu padam. Ada yang hidup, ada yang tidak. Seseorang berteriak bahwa kita harus keluar melalui sisi kanan. Di sebelah kanan saya, ada seorang pria. Saya pikir dia membuka pintu darurat. Saya tidak melihatnya sebelumnya dan ternyata berada di sebelah saya. Kami mulai keluar melalui pintu itu ke sayap pesawat," jelasnya.
Advertisement