Liputan6.com, Jakarta - Topik seputar perang Israel-Hamas masih terus jadi buah bibir warga jagat maya. Yang terbaru, perhatian warganet tertuju pada seorang model OnlyFans yang memutuskan jadi tentara Israel, Natalia Fadeev, saat perang berkecamuk pada 7 Oktober 2023.
Tangkapan layar unggahan Instagram Story Fadeev beredar di media sosial, membuatnya ramai-ramai dikecam secara online. Tertulis di sana bahwa ia membagikan foto berseragam tentara dan membawa senjata, diduga berdiri di sebuah pantai Palestina.
Advertisement
Menurut unggahan akun menfess X, dulunya Twitter, @tanyarlfes, Kamis, 21 Desember 2023, ia menulis dalam bahasa Inggris yang artinya, "Saya harus membuat ulang foto ini dengan bikini setelah semuanya selesai. Pantai mereka sangat indah! Mereka (warga Palestina) tidak pantas mendapatkannya."
Akun Instagram-nya sendiri dalam pengaturan privat ketika Tim Lifestyle melihatnya pada Jumat siang (22/12/2023). Atas ungkapan itu, banyak warganet Indonesia yang menghujat Fadeev, menyebutnya sebagai "perampas tidak tahu diri."
"Kesel banget sumpah, tapi kita maki-maki juga ga nyampe ke dia, jadi nambah kesel. Rasanya pengin gw dorong sampe tenggelem 😭," kata seorang pengguna, sementara yang lain menyumpahi, "Kena tsunami kek lu. Nggak tau diri banget jadi orang, nggak ada malunya jadi penjajah."
"Nggak ngerti kenapa mereka nggak punya hati. Apa masih boleh disebut manusia kalo nggak punya perikemanusiaan?" sambung pengguna X lainnya mengkritik aksi Natalia Fadeev.
Natalia Fadeev Gabung Pasukan Militer Israel
Melansir Marca, Natalia Fadeev merupakan model OnlyFans ternama yang kerap mengunggah foto dirinya sebagai prajurit perang di Instagram-nya. Seperti diberitakan di berbagai media internasional, ia dikabarkan mendaftar di pasukan Israel untuk memerangi gempuran Hamas di Jalur Gaza.
Wanita muda itu menjawab panggilan Angkatan Pertahanan Israel dan bergabung dengan militer Israel di tengah konflik. "Tidak ada yang bisa disumbangkan pada umat manusia. Kita harus menghapusnya, menghancurkannya," klaimnya di awal bergabung dengan pasukan tentara Israel.
Menurut Natalia, ia telah melihat hal-hal yang "membuat saya tetap terjaga di malam hari." Hal-hal mengerikan sedang terjadi, kami mendengar cerita serupa dengan yang dialami para penyintas Holocaust," katanya dalam sebuah unggahan Instagram.
Saat mendekati garis depan perang, ia mengunggah foto bersama tim Pasukan Pertahanan Israel, dengan pesan, "Ini bukan perang, ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan."
Investigasi visual yang dilakukan The New York Times menunjukkan bahwa selama enam minggu pertama perang di Gaza, Israel menggunakan "salah satu bom terbesar dan paling merusak" di wilayah selatan Jalur Gaza yang menurut militer dianggap aman bagi warga sipil, lapor Al Jazeera, Jumat (22/12/2023).
Advertisement
Jumlah Korban Meninggal Dunia
"Temuan ini mengungkap bahwa bom seberat 2.000 pon (907 kg) merupakan ancaman besar bagi warga sipil yang mencari keselamatan di Gaza selatan," tulis laporan itu.
Pihaknya menambahkan bahwa bom sebesar itu "hampir tidak pernah lagi dijatuhkan pasukan AS di daerah padat penduduk," menurut para ahli amunisi. Ketika ditanya tentang penggunaan bom di Gaza selatan, tentara Israel mengatakan pada The Times bahwa prioritas Israel adalah menghancurkan Hamas.
Juga, "pertanyaan semacam ini akan dibahas pada tahap selanjutnya," kata seorang juru bicara.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan bahwa 390 warga Palestina telah tewas dan 734 orang lainnya terluka dalam 48 jam terakhir, sementara komunikasi terhenti. Sebanyak 20.057 warga Palestina telah terbunuh dan 53.320 lainnya terluka akibat serangan Israel di Gaza, kata pihaknya.
Corey Scher, pakar pemetaan di CUNY Graduate Center, melontarkan pernyataan mengerikan setelah menganalisis data dari satelit Copernicus Sentinel-1 bersama Jamon Van Den Hoek dari Oregon State University, lapor AP.
Gaza dari Luar Angkasa
Mereka menemukan bahwa lebih dari dua pertiga dari seluruh bangunan di Gaza utara telah hancur sejak perang dimulai, sementara di wilayah selatan Khan Younis, seperempat dari seluruh bangunan telah hancur pada periode yang sama. "Gaza sekarang memiliki warna yang berbeda dari luar angkasa," kata Scher. "Teksturnya berbeda."
Terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi di tengah pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel menimbulkan risiko besar bagi anak-anak di Gaza, demikian peringatan badan PBB UNICEF. Sejumlah besar pengungsi yang digiring ke Gaza selatan akibat perang Israel-Hamas hanya mendapatkan 1,5 hingga 2 liter air per hari.
Melansir Al Jazeera, 21 Desember 2023, angka itu jauh di bawah kebutuhan yang direkomendasikan untuk bertahan hidup, kata badan PBB tersebut pada Rabu, 20 Desember 2023. Krisis ini menempatkan sejumlah besar anak-anak yang rentan pada risiko penyakit, tambahnya.
Didorong serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah kantong tersebut, ratusan ribu orang, sekitar setengah dari mereka diperkirakan adalah anak-anak, telah diungsikan ke kota Rafah sejak awal Desember 2023. Mereka sangat membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, dan obat-obatan, kata UNICEF.
Baca Juga
Serbu Rumah Sakit, Tentara Israel Tahan Puluhan Petugas Kesehatan Laki-laki dan Tewaskan 2 Pasien Anak Gaza Utara
Kantor PM Israel Rilis Foto Benjamin Netanyahu di Bunker Saat Serangan ke Iran, Sembunyi?
7 Ledakan Terdengar Saat Israel Serang Fasilitas Militer Iran, Picu Wilayah Udara Teheran Ditutup
Advertisement