Liputan6.com, Volgograd - Hari ini, genap 10 tahun sejak serangan bom bunuh diri di stasiun kereta api di Volgograd, Rusia selatan, yang menyebabkan kematian 16 orang. Awalnya, pernyataan resmi menyebut pelaku sebagai seorang wanita, namun belakangan identitas pelaku menjadi tidak pasti.
Melansir dari BBC pasca-kejadian itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin diketahui memerintahkan peningkatan keamanan di stasiun kereta api dan bandara di seluruh penjuru negeri.
Advertisement
Ada kekhawatiran bahwa kelompok militan mungkin meningkatkan tindakan kekerasan menjelang Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi yang akan dilaksanakan enam minggu sesudahnya. Lokasi Olimpiade dekat dengan wilayah Kaukasus utara yang bergejolak di Rusia.
Ledakan di Stasiun Volgograd-1 pada hari Minggu, 29 Desember 2013, sekitar pukul 12:45 waktu setempat mengguncang saat jutaan orang Rusia sedang melakukan perjalanan untuk merayakan tahun baru.
Kamera keamanan terdekat yang mengarah ke stasiun merekam momen ledakan, memperlihatkan kilatan cahaya oranye terang dari pintu utama stasiun.
Dampak ledakan itu memecahkan jendela-jendela, memuntahkan serpihan-serpihan dan menimbulkan asap dari pintu masuk stasiun.
Rekaman dari sejumlah kamera di lokasi kejadian menunjukkan tubuh manusia tergeletak di dalam maupun di luar stasiun, besi-besi yang melengkung, dan dinding-dinding yang terbakar dan penuh lubang.
Para korban yang sulit bergerak ditempatkan di halaman depan stasiun, sementara para petugas medis membawa mereka yang terluka ke rumah sakit.
Korban dan Kronologi Serangan Bom di Stasiun
Sekitar 40 orang dilaporkan cedera, termasuk seorang anak perempuan berusia sembilan tahun yang ibunya meninggal dalam serangan itu.
"Orang-orang tergeletak di tanah, berteriak dan meminta bantuan," ujar seorang saksi mata, Alexander Koblyakov, kepada Rossiya-24 TV.
Ia melanjutkan, "Saya membantu mengeluarkan seorang petugas polisi yang kepala dan wajahnya berlumuran darah. Dia tidak dapat berbicara."
Juru bicara Kremlin mengatakan bahwa Presiden Putin memerintahkan lembaga penegak hukum untuk mengambil segala langkah keamanan yang diperlukan menyusul ledakan bom tersebut. Ia juga menyuruh evakuasi korban terluka parah untuk diterbangkan ke Moskow guna mendapatkan perawatan medis yang diperlukan.
Selain itu, terdapat peningkatan keamanan di stasiun kereta api dan bandara sesuai dengan perintah Presiden.
Advertisement
Serangan Teror di Volgograd Tindakan Terorisme
Juru bicara Komite Investigasi Rusia, Vladimir Markin, menyebut insiden ini sebagai tindakan terorisme.
Pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Islam di wilayah Kaukasus Utara telah menghasilkan sejumlah serangan di sana selama beberapa tahun terakhir. Mereka juga melakukan serangan terhadap kota-kota besar di Rusia.
Dalam konteks ini, serangan tersebut menegaskan bahwa para pelaku bom tidak harus langsung menyerang Sochi untuk menarik perhatian internasional.
Menurut wartawan BBC Daniel Sandford di Moskow, target di seluruh Rusia bisa menjadi sasaran, seperti yang terjadi di Volgograd, yang berjarak sekitar 900km selatan Moskow, 650km utara Kaukasus Utara, dan 700km timur laut Sochi.
Pelaku dan Detail Ledakan di Stasiun
Juru bicara Komite Investigasi Rusia, Vladimir Markin, menyatakan bahwa bom yang dipakai dalam serangan itu memiliki 10 kg (22 pon) TNT, dilengkapi dengan pecahan peluru, dan meledak di dekat detektor logam di pintu masuk stasiun.
Menurut Markin, informasi awal menunjukkan bahwa pelaku bom mendekati detektor logam, melihat seorang polisi di sana, menjadi gugup, dan meledakkan bom yang berisi pecahan peluru.
Markin juga menyebutkan bahwa kehadiran petugas keamanan telah mencegah jumlah korban tewas yang bisa jauh lebih tinggi di stasiun yang padat karena beberapa kereta tertunda saat kejadian.
Markin adalah salah satu pihak berwenang yang sejak awal menyatakan bahwa pelaku bom adalah seorang wanita. Berdasarkan laporan kantor berita RIA Novosti, pelaku penyerangan disebut sebagai Oksana Aslanova, seorang wanita Dagestan, dan beberapa media baru bahkan mempublikasikan foto-foto yang mereka klaim sebagai kepala terpenggal dari pelaku bom wanita tersebut.
Advertisement