Liputan6.com, Jakarta - COVID-19 subvarian JN.1 terdeteksi di Indonesia dalam 2 bulan terakhir. Sebelumnya, JN.1 pertama kali terdeteksi pada September 2023 di Amerika Serikat.
Bahkan, JN.1 yang merupakan turunan dari Omicron BA.2.86, belakangan ini mendominasi lonjakan kasus COVID-19 di negeri jiran, yaitu Singapura. Kini, Kementerian Kesehatan atau Kemenkes menyatakan subvarian JN.1 sudah masuk ke Indonesia.
Advertisement
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan atau Dirjen P2P Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan subvarian JN.1 ditemukan di 3 wilayah di Tanah Air. Rinciannya, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, serta Batam, Kepulauan Riau.
"Per tanggal 19 Desember 2023, yaitu penemuan JN.1 di Indonesia sudah ada 41 kasus," ujar Dirjen P2P Kemenkes itu, Kamis 21 Desember 2023.
Penjelasan senada dikemukakan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta. Subvarian JN.1 ini merupakan turunan atau sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86.
"Varian JN.1 ada, kita sudah ada. Sudah ditemukan. JN.1 itu dari hasil genome sequencing-nya (pengurutan genom) di Jakarta sejak awal 2023 udah ditemukan 38 pasien," kata Kepala Dinkes DKI Jakarta Ani Ruspitawati, Kamis 21 Desember 2023.
JN.1 memiliki gejala yang sama seperti COVID-19 lainnya. Namun, biasanya pasien yang terkena JN.1 warna lidahnya tampak lebih putih. "Kan subvariannya dari Omicron, jadi hampir sama tingkat fatality-nya (keparahannya) tidak tinggi. Jadi, makanya ringan gejalanya. Cuma penularannya memang cepat," Ani menambahkan.
Apa saja gejala COVID-19 subvarian JN.1? Bagaimana pula rekomendasi penanganannya untuk meminimalkan penyebarannya? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Waspada Peningkatan Kasus COVID-19 Subvarian JN.1 di Indonesia
Advertisement