Jadi Ibu Berpenghasilan Tanpa Kerja Kantoran, Kenapa Tidak?

Selain secara materiel, ibu berpenghasilan juga tentang meningkatkan kepercayaan diri sebagai partner dalam keluarga.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Des 2023, 10:00 WIB
Ilustrasi ibu bekerja. (dok. unsplash.com/Ketut Subiyanto)

Liputan6.com, Jakarta - "Lebih enak kalau mau ngapa-ngapain," begitulah salah satu alasan pentingnya ibu berpenghasilan menurut Brand Manager Komunitas Ibu Canggih, Salma Nadiya. Namun demikian, pemasukan tambahan ini tidak hanya bisa didapat melalui kerja kantoran, dan bukan melulu soal materiel.

Founder Komunitas Ibu Profesional, Septi Peni Wulandani, beranggapan bahwa ibu berpenghasilan sebenarnya juga tentang meningkatkan kepercayaan diri sebagai partner dalam keluarga. "Jujur sampai hari ini, stereotipe masyarakat dan negara ini masih menghargai mereka yang berpenghasilan, bukan produktif berkarya," katanya melalui pesan pada Tim Lifestyle, Kamis, 21 Desember 2023.

Community Manager Ibu Kece Club, Cindy Andriani, menimpali bahwa sebenarnya itu dikembalikan ke prioritas masing-masing individu dan nilai keluarga. Kendati demikian, ia mendukung kemandirian para ibu yang memang ingin bekerja atau memiliki penghasilan sendiri.

"Para ibu bisa berkontribusi terhadap ekonomi keluarga dengan memiliki penghasilan sendiri," sebut dia melalui pesan, Jumat, 22 Desember 2023. "Ibu juga bisa jadi contoh figur yang mandiri dan pekerja keras dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bagi anak-anaknya."

Salma menyebut bahwa banyak penyakit lain di era pascapandemi COVID-19. "Kalau tiba-tiba kena (penyakit), kita enggak bisa duga biayanya. Sebagai jaga-jaga, (ibu berpenghasilan berarti) punya cash lebih, selain penghasilan suami," ucapnya melalui pesan suara, Jumat.

Tapi, langkah ini terkadang sama sekali asing bagi sebagian ibu. Jadi, sebaiknya mulai dari mana? "Ikut komunitas," sebut Salma. "Di Komunitas Ibu Canggih, beberapa topiknya memang secara khusus membahas cara ibu-ibu bisa punya penghasilan lebih."

"Kami ajari caranya dan bisa dapat insight dari teman-teman yang sudah lebih dulu terjun ke sana," ia menambahkan.


Mengasah Kemampuan Pribadi

Ilustrasi ibu bekerja. (Image by Freepik)

Septi berpendapat, ibu yang ingin berpenghasilan harus memulai langkah dengan mengasah kemampuan melihat jati diri. "Apa saja aset diri yang dimiliki? Lihat modal manusia yang dimiliki, entah kecerdasan, bakat, maupun attitude. Lalu, apa modal sosial yang dimiliki? Dengan melihat hal ini, setiap perempuan pasti bisa melalui tahapan kemandirian finansial dengan bahagia," bebernya.

Sementara itu, Cindy menyarankan para ibu ikut webinar atau kelas-kelas dari sejumlah platform yang menawarkan pengembangan diri. "Tapi sebaiknya berangkat dari hal-hal yang ibu sukai lebih dulu," kata dia. "Tidak masalah bila harus trial ke berbagai bidang di awal sampai menemukan passion."

"Banyak platform belanja (online) yang menawarkan sistem afiliator. Mungkin jenis pekerjaan seperti itu bisa jadi langkah awal para ibu memiliki penghasilan sendiri. Caranya mudah, bisa dilakukan dari mana saja dan costless. Dari sana, terkadang terbuka peluang-peluang lain bagi ibu untuk bisa mendapat penghasilan sendiri," paparnya.

Narasi itu diaminkan Salma. "Sesimpel copy link produk untuk dibagikan ke teman-teman di Instagram atau WhatsApp Group," ujarnya. "Biasanya, karena para ibu juga sudah punya HP, barangnya ada di rumah, cost-nya Rp0 untuk memulai ini."

Di samping itu, ia juga menyarankan ibu berjualan online supaya bisa berpenghasilan, namun tetap berada di rumah. Salma berbagi, "Kami juga punya grup sendiri untuk mompreneur. Di sana, mereka sharing ide jualan, saling kasih tips, dan ada saja yang buka kesempatan jadi reseller."

"Sekarang juga ada permintaan influencer dari brand. Yang followers-nya kurang dari 10 ribu tetap bisa ikutan," ia menimpali.

 


Kerja di Dunia Digital

ilustrasi ibu bekerja/Photo by Kenny Krosky on Unsplash

Septi menyambung, para ibu juga bisa jadi freelancer, virtual assistant, designer, dan melakukan pekerjaan lain di dunia digital. "Perempuan bisa jadi bos untuk dirinya sendiri, dan bisa mengatur waktu lebih fleksibel," sebut dia. "Apalagi pascaCOVID-19 sudah banyak konsep work from anywhere. Itu lebih memudahkan perempuan memilih (pekerjaan)."

Sepakat dengan itu, Ibu Kece Club, dengan akun Instagram @ibukececlub, menggarisbawahi pentingnya memilih pekerjaan sesuai kemampuan pribadi. "Jika perlu, ambil short course atau kelas-kelas skill up yang sekarang bahkan bisa diakses dari rumah. Ini akan sangat membantu para ibu mendapat kesempatan atau peluang lebih besar dari yang lain," katanya.

Ia juga merekomendasikan pekerjaan dengan waktu fleksibel, supaya tidak keteteran melakukan pekerjaan domestik. Pertimbangan waktu juga jadi salah satu faktor krusial menurut Salma. "Apakah waktunya masih ada untuk ibu-ibu mengerjakan hal lain? Apakah effort-nya setimpal?" kata dia.

"Misalnya," ia mencontohkan. "Ibu harus bikin konten dan itu ada kegiatan visit, pertimbangkan siapa yang bisa jaga anak maupun berapa biaya transportasinya. Jangan sampai menerima pekerjaan, ada visit, tapi bayarannya tidak sebanding. Tapi, kalau memang suka, worth it, itu diambil saja."

Salma menambahkan bahwa penting untuk mendapat izin suami terkait ini, supaya tidak menciptakan atau menambah konflik rumah tangga.


Perlunya Mind Management

Ilustrasi ibu bekerja. (Sumber Foto: Pexels)

Di samping itu, Septi berpendapat bahwa perempuan perlu menerapakan mind management, selain time management. "Karena meski (bekerja) di rumah, harus tetap profesional," sebutnya. "Ada jam kerja dan ada jam istirahat. Ada baiknya memiliki ruang kerja sendiri dan asertif dengan segala godaan yang muncul."

Pendapat itu disepakati Cindy. Ia berkata, "Selalu disiplin kapan memulai pekerjaan dan kapan harus selesai. Karena para pekerja non-kantoran biasanya terjebak dengan waktu kerja yang tidak memiliki batasan. Jadi, pastikan ibu selalu tahu kapan harus mengakhiri pekerjaan di hari itu, kapan harus mengurus pekerjaan domestik di rumah."

"Juga, pastikan untuk selalu mengambil waktu istirahat untuk diri sendiri, agar tidak sampai burnout," imbuhnya. Sebagai tambahan, Salma memperingati untuk "tidak mengiyakan semua pekerjaan, tapi tahu-tahu tidak sanggup."

Menurut dia, komunitas dan ibu-ibu dengan pekerjaan yang sama merupakan bagian dari support system ibu yang ingin berpenghasilan. "Cerita sukses ibu yang berpenghasilan juga bisa jadi cara meyakinkan suami," ucapnya.

Sedangkan Septi berpendapat, perlunya support system yang paham dengan pekerjaan ibu. Ia menyarankan, "Maka, perlu ngobrol bareng dengan seluruh anggota keluarga tentang apa dan bagaimana pekerjaannya. Karena banyak yang mengira kerja di rumah itu berarti waktunya fleksibel dan bisa diajak mengerjakan apapun yang tidak ada di jadwal."

Infografis Sejarah Hari Ibu. Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya