Liputan6.com, Nairobi - Pasukan Somalia dan Amerika Serikat (AS) telah membunuh seorang komandan senior kelompok militan al-Shabaab yang kepalanya dihargai hingga USD 10 juta atau sekitar Rp154 miliar karena serangan yang menewaskan tiga warga AS.
"Maalim Ayman, pemimpin senior al-Shabaab, dipastikan tewas dalam operasi gabungan tentara nasional Somalia dengan bantuan pasukan AS pada 17 Desember," ungkap Menteri Penerangan Kenya Daud Aweis via platform X pada Kamis (21/12/2023).
Advertisement
Dia mengatakan Ayman bertanggung jawab atas perencanaan beberapa serangan teroris yang mematikan di Somalia dan negara-negara sekitarnya.
Al-Shabaab yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda, telah memimpin pemberontakan selama 16 tahun melawan pemerintah pusat yang rapuh. Mereka menguasai sebagian besar wilayah pedesaan Somalia. Demikian seperti dilansir The Guardian, Sabtu (23/12).
Somalia Didukung AS, Milisi Lokal hingga Uni Afrika
Ayman, pemimpin unit al-Shabaab Jaysh Ayman, dicari oleh AS atas serangan terhadap pangkalan udara di Kenya pada Januari 2020 yang menewaskan tiga warga AS.
Pada Januari, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Ayman merencanakan serangan pada tahun 2020 di lapangan terbang Manda Bay di pantai utara Kenya. Mereka menawarkan hadiah hingga USD 10 juta bagi informasi yang dapat mengarah pada penangkapannya.
AS telah bekerja sama erat dengan Somalia untuk melawan al-Shabaab, yang mendapat tekanan dari serangan pemerintah Somalia tahun lalu dengan dukungan milisi klan lokal dan dukungan udara dari pasukan AS dan Uni Afrika.
Namun, setelah mencapai kemajuan signifikan dalam merebut kembali wilayah, serangan dilaporkan terhenti, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang kapasitas pemerintah untuk melawan kelompok bersenjata itu.
Advertisement
Penetrasi ke Kenya
Sebuah studi tahun lalu oleh program ekstremisme Universitas George Washington mengatakan bahwa Jaysh Ayman dibentuk oleh al-Shabaab dalam upaya untuk melakukan penetrasi ke Kenya. Unit tersebut, yang telah menjalankan otonomi yang semakin besar, mencakup orang asing, warga negara ganda, serta warga Kenya keturunan Somalia dan non-Somalia.
Pasukan Uni Afrika dikerahkan di Somalia pada tahun 2007 dengan mandat enam bulan, namun hingga kini masih tetap berada di lapangan.