Jadi Generasi Melek Digital Gen Z Rentan Terpapar Hoaks, Simak Alasannya

Di era digital yang serba cepat informasi pun tersebar dengan cepat, sehingga membuat informasi yang didapat mudah dipercaya tanpa dipastikan terlebih dahulu kebenarannya.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 28 Des 2023, 10:31 WIB
Gen Z, Berpikir Kritis, Pemilu Aman Hoaks

Liputan6.com, Jakarta- Gen Z mejadi kalangan yang akrab dengan digitalisasi, namun ternyata meski melek digital generasi tersebut masih berpotensi terpapar hoaks.

Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Agustyati mengatakan, Gen Z masih memungkinkan terpapar hoaks sebab informasi yang diterima tidak utuh, sehingga dapat membentuk perspektif tertentu.

"Saya rasa bisa terpapar, apalagi informasi yang dimabil tidak utuh, jadi tidak bisa utuh melihat informasi," kata Khoirunnisa, dalam Virtual Class Cek Fakta Liputan6.com, dikutip Sabtu (23/12/2023).

Khoirunnisa melanjutkan, di era digital yang serba cepat informasi pun tersebar dengan cepat, sehingga membuat informasi yang didapat mudah dipercaya tanpa dipastikan terlebih dahulu kebenarannya. Kondisi ini memungkinkan Gen Z terpapar oleh hoaks.

"Mungkin generasinya berbeda kalau sekarang dengan semua yang cepat ini sangat besar potensinya terpapar disinformasi misinformais," tutur Khoirunnisa.

Khoirunnisa pun berharap Gen Z lebih jeli sebelum mempercayai informasi dengan memastikan kebenaranya dari sumber yang dapat dipercaya.

"Itu harapannya mereka bisa dapet akses sebenarnya mau tau lebih dalam ke mana, makanya pemilih muda ini lebih mencari informasi yang tepat dari platform digital," ujarnya.

 


Gen Z Jadi Aktor Penyebar Hoaks

Dalam kesempatan yang sama Kadiv Kebebasan Berekspresi SAFEnet Hafizh Nabiyyin menyebutkan, riset dari CSIS Gen Z ini merupakan salah satu aktor yang berperan dalam menyebarkan hoaks.

Hafizh mengungkapkan, hal ini berdasarkan terori prinsip visibilitas sosial, yaitu seseorang akan merasa puas ketika dia dapat dilihat oleh lingkungannya sebagai orang yang bisa memperoleh informasi terlebih dahulu.

"Nah kalau kita lihat pola penyebaran misinformasi begitu ya, melalui repost reshare dan lain sebagainya, jadi ketika anak muda yang aktif bermedia sosial kemudian memperoleh satu informasi agar mendapat visibilitas sosial tadi,"paparnya.

Dengan adanya rasa kepuasan menyebar informasi paling cepat tersebut membuat hoaks tersebar lebih cepat, sebab tidak ada proses penyaringan informasi sebelum informasi tersebut dibagikan.

"Dia langsung menyebarkan itu kepada media sosialnya sehingga teman-temannya bisa melihat dia seseorang yang memiliki knowledge," imbuhnya.

 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya