Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), Perusahaan subholding Pertamina dinilai berpeluang memiliki prospek bisnis dan kinerja saham positif.
Head of Research PT Yuanta Sekuritas Indonesia Chandra Pasaribu mengatakan ada dua hal yang menarik dari bisnis PGEO. Pertama, bisa dilihat dari kinerja perusahaan secara fundamental.
Advertisement
Kedua, dari sudut pandang pelaku pasar atau investor terhadap prospek yang dimiliki oleh saham energi terbarukan tersebut.
"Kalau kita bicara secara fundamental, dalam posisi dia (PGEO) sebagai emiten yang bergerak di sektor energi panas bumi, tentu saja tidak ada masalah. Sama sekali tidak ada masalah. Everything is good, and it’s going to get even better in the next five to seven years," ujar Chandra.
Proyeksi bahwa kondisi akan semakin membaik, menurut Chandra, tak lepas dari tren yang telah mulai digagas oleh pemerintah agar masyarakat dapat berpindah perilaku untuk memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT).
Dengan adanya campur tangan langsung dari pemerintah terhadap pergerakan tren tersebut, maka segala hal pendukung untuk mewujudkan goals tersebut ke depan dapat dipastikan bakal semakin dipermudah.
"Dengan begitu, kalau kita bicara in fundamental case, of course investasi di (perusahaan) green energy semacam PGEO adalah pilihan yang tepat," tutur Chandra.
Terlebih, dalam konteks perusahaan terbuka, sejauh ini baru ada dua emiten panas bumi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PGEO dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Artinya, seluruh potensi investasi hijau di lantai bursa nasional hanya akan tertuju pada dua saham tersebut.
Prospek ke Depan
Chandra tak ragu untuk menyebut bahwa secara fundamental PGEO memiliki prospek cerah dalam beberapa tahun ke depan. Proyeksi itu seiring dengan usaha pemerintah dalam mempercepat proses transisi energi bersih di Indonesia.
Namun, Chandra mengingatkan, bahwa potensi yang bagus tersebut tidak bisa begitu saja disampaikan kepada pelaku pasar (investor) tanpa melihat preferensi dari pelaku pasar tersebut.
Hal dimaksud Chandra adalah perbedaan cara pandang antara investor ritel atau perorangan, dengan investor institusi. Chandra meyakini bahwa ada perbedaan cara pandang yang sangat mendasar di antara dua jenis pelaku pasar tersebut.
“Kalau kita bicara ke investor ritel, mereka memiliki horizon investasi pendek sehingga terkadang bisa mengabaikan sisi fundamental. Sebaliknya, investor institusional memiliki orientasi investasi jangka menengah hingga panjang, sehingga perlu membatasi risiko investasinya dengan melihat fundamental,” papar Chandra.
Sementara itu merujuk pada laporan kuartal tiga 2023, Chandra melihat kinerja operasional PGEO ini cemerlang dengan total kenaikan produksi listrik dan uap sebesar 3.586 GWh (+4,3% year-on-year).
Operasi Perseroan sangat stabil dengan faktor ketersediaan 99,9% untuk uap dan 97,6% untuk listrik.
Sementara itu, faktor kapasitas gabungan mencapai 86,0%, dengan uap sebesar 81,0% dan listrik sebesar 92,0% pada Q3 2023. Hal ini mengindikasikan efisiensi yang tinggi dalam operasional.
"Kami melihat momentum yang kuat bagi PGEO karena isu energi hijau yang saat ini sedang gencar disuarakan. Untuk itu, Yuanta telah meningkatkan pertumbuhan jangka panjang menjadi 3% (dari sebelumnya 2%)," tulis riset dari Yuanta Sekuritas dengan memberikan target price pada saham PGEO sebesar Rp 1.420 per lembar saham.
Advertisement