Liputan6.com, Jakarta - Melalui lagu-lagu, sejumlah kue, dan lampu Natal, 25 Desember ditandai dengan kegembiraan dan perayaan kelahiran Yesus bagi lebih dari 2 miliar umat Kristiani di seluruh dunia. Namun, malam yang sunyi menimpa 50 ribu umat Kristen di Palestina, jumlah yang mengalami penurunan drastis.
Melansir Al Jazeera, Senin (25/12/2023), umat Kristen di Palestina terguncang pemboman Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius tertua di Gaza oleh militer Israel pada Oktober 2023, yang menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk anak-anak. Pasukan Israel juga menembak dan membunuh seorang ibu dan putrinya di sebuah gereja Katolik di Gaza, pekan lalu.
Advertisement
Tahun ini, banyak tradisi Natal di Palestina yang akan digantikan dengan upacara lebih sederhana, penuh kesedihan, dan doa yang merefleksi realitas terkini di wilayah tersebut. Gereja Lutheran, misalnya, menyimpan Bayi Yesus di dalam palungan reruntuhan dan kehancuran.
Banyak aliran Kristen percaya bahwa Yesus dilahirkan di Betlehem, di Tepi Barat yang sekarang diduduki Israel. "Yesus lahir di sisi tembok kami," kata pendeta Palestina, Munther Isaac, pada Al Jazeera. Ia menambahkan, narasi kelahiran Yesus di Betlehem didukung arkeologi dan kitab suci seperti Injil Lukas.
Menurut Alkitab, Yesus dilahirkan di Betlehem, kemudian ditempatkan di palungan. Gereja Kelahiran dibangun di lokasi ini dan guanya memiliki makna keagamaan yang besar, menarik umat Kristiani dari seluruh dunia ke kota Betlehem setiap Natal.
Prosesi para leluhur
Salah satu ritual Natal terpenting di Palestina adalah prosesi bapa bangsa dari Yerusalem. Prosesi ini berlangsung pada 24 Desember bagi umat Katolik dan pada 6 Januari bagi para patriark Ortodoks.
Prosesi nan Hening
Rute prosesi yang ditentukan yang telah diikuti di seluruh Kekaisaran Ottoman dan mandat Inggris kini terukir dalam tradisi, jelas Isaac. Sang patriark diterima dari Yerusalem di Betlehem, kemudian melakukan prosesi berjalan melalui jalan-jalan kota tua di Betlehem, hingga mencapai Gereja Kelahiran, tempat diadakannya doa.
Otoritas Israel dan polisi Palestina mengawal prosesi tersebut, tergantung pada wilayah yang dilalui prosesi tersebut. Penyelenggaraannya merupakan sebuah kemeriahan yang disambut beberapa kelompok pramuka dan band musik dari seluruh Palestina. Orang-orang meninggalkan rumah mereka untuk berjalan-jalan di kota dan menyaksikan semangat Natal.
Tahun ini, band dan pramuka tidak hadir, dan prosesinya begitu hening.
Misa tengah malam dan Manger Square
Begitu prosesi mencapai gereja, doa dimulai pukul 17.00 waktu setempat dan berlangsung hingga tengah malam, dengan misa tengah malam disiarkan untuk disaksikan dunia, kata Mitri Raheb, pendeta Palestina lainnya dari Betlehem. Manger Square di Betlehem juga biasanya dihiasi pohon Natal besar dan ragam pertunjukan terkait perayaan itu.
Advertisement
Refleksi Realita di Gaza Hari Ini
Tahun ini, tidak ada pohon Natal di Manger Square. Alih-alih, "masyarakat sipil dan beberapa seniman sedang mengerjakan sebuah tempat tidur bayi baru yang terbuat dari puing-puing bangunan sebagai tanda atas apa yang terjadi di Gaza," kata Raheb.
Ia menambahkan bahwa sebuah video akan diputar di dinding Gereja Kelahiran, menunjukkan apa yang terjadi di Gaza.
Belanja, kumpul-kumpul, dan Ma'amoul
Saat masih kecil, Isaac dengan senang hati mengunjungi Yerusalem bersama orangtuanya untuk berbelanja kebutuhan Natal. Beberapa pasar menjual pakaian dan dekorasi perayaan untuk musim liburan. Sudah jadi tradisi di kalangan masyarakat lokal untuk membeli pakaian terbaik dari Yerusalem dan menyimpannya untuk Natal.
"Anda tahu bagaimana di Amerika Anda pergi ke mal besar? Kami biasa pergi ke Yerusalem. Kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi," kata Isaac, menyinggung ketatnya aturan perizinan di wilayah tersebut, yang membatasi mobilitas warga Palestina.
Natal adalah saat ketika keluarga bertemu, termasuk di Palestina. "Ketika saya mengatakan 'keluarga' di Betlehem, yang saya maksud adalah 200 atau lebih anggota klan Isaac di kota kami," kata Isaac.
Hari Libur Nasional
Setelah pertemuan besar, umat Kristiani juga mengunjungi rumah-rumah kerabat selama Natal. Pesta dengan hidangan nasi dan daging, makanan penutup, serta makanan lezat buatan sendiri dipertukarkan. Ini termasuk ka'ek, atau ma'amoul, kue semolina yang diisi dengan kurma atau kacang.
Pohon Natal yang besar [un jadi pusat perhatian di setiap gereja, tempat pesta dan jamuan makan diselenggarakan. Tahun ini, pesta-pesta telah dibatalkan dan "tidak ada seorang pun yang berminat mendekorasi pohon Natal," kata Isaac.
Ia menjelaskan bahwa Natal merupakan hari libur nasional bagi seluruh warga Palestina, bukan hanya hari raya umat Kristiani. Otoritas Palestina menganggapnya sebagai hari libur nasional dan kantor-kantor pemerintah biasanya tutup pada Hari Natal.
Beberapa Muslim Palestina pun mengunjungi Betlehem di Hari Natal untuk menghadiri parade dan berfoto dengan pohon Natal. "Bagaimanapun juga, Yesus berasal dari Betlehem, dan ini sangat berarti bagi kami sebagai warga Palestina," tandas Isaac.
Advertisement