Liputan6.com, Jakarta Panitia stasiun televisi yang menjadi penyelenggara debat perdana calon wakil presiden (cawapres) angkat suara terkait polemik 3 mikforon yang digunakan oleh cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka saat debat cawapres pada Jumat 22 Desember 2023.
Berdasarkan keterangan resmi yang diperoleh langsung dari Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari, panitia stasiun televisi penyelenggara debat menegaskan tidak memberikan keistimewaan atau preferensi perlakuan kepada calon mana pun.
Advertisement
"Segala hal ihwal menyangkut persiapan debat dilaksanakan terbuka di bawah arahan KPU, dengan mengundang semua tim paslon dengan diskusi yang sangat rinci menyangkut materi debat, panelis, desain panggung hingga pengaturan lighting dan bahkan jenis mikrofon yang akan dipakai," tulis keterangan resmi dari panitia televisi penyelenggara debat, Senin (25/12/2023).
Dijelaskan panitia televisi penyelenggara bahwa prinsip utama yang dimintakan KPU adalah kesetaraan dan keadilan bagi seluruh peserta, untuk memastikan pesan dalam debat sampai pada publik dengan cara sebaik-baiknya. Hal itu juga termasuk jatah waktu penyampaian, jumlah tim pendukung, sampai dengan tone dan volume mikrofon.
Panitia televisi penyelenggara debat menegaskan bahwa ketiga cawapres menggunakan tiga mikrofon yang sama.
Tiga mikrofon itu yakni, mikrofon skin tone countryman, yang menempel di pipi melalui cantolan telinga dan kabelnya melingkar di belakang leher peserta serta transmitter bodypack yang dipasang di celana atau pinggang bagian belakang atau saku celana peserta.
Clip-on bodypack, menempel di baju juga dengan transmitter bodypack yang dipasang di celana atau pinggang bagian belakang atau saku celana peserta.
Terakhir, mikrofon tangan WHM (wireless handheld microphone) yang diletakkan di tiap podium peserta.
"Dalam konteks debat cawapres lalu, mikrofon clip-on milik cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sempat lepas beberapa saat, diduga karena Cak Imin mengalungkan sarung di leher," jelasnya.
Meski demikian, kualitas suara yang tersaji di layar tetap prima, karena tersedia 2 cadangan mic yang langsung menggantikan fungsi clip-on.
Perihal suara 'udah' yang diduga merupakan suara perempuan yang terdengar menjelang berakhirnya acara, dari hasil penelusuran panitia, bahwa suara tersebut adalah milik moderator debat perempuan Liviana Cherlisa yang sedang berkoordinasi dengan mitra moderatornya, Alfito Deannova.
"Pernyataan ini kami sampaikan sebagai tanggung jawab pelaksana acara untuk memastikan penyelenggaraan debat cawapres telah berlangsung dengan adil, non-diskriminatif dan berkualitas," tegasnya.
"Misi kami sebagai media dalam pemilu adalah berkontribusi maksimal pada terpilihnya calon pemimpin terbaik bagi bangsa," lanjutnya.
Sebagai informasi, konsorsium stasiun televisi penyelenggara debat capres ke-2 yakni, Transmedia, Kompas TV, BTV.
KPU: Roy Suryo Tukang Fitnah
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo membuat Ketua Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) Hasyim Asy’ari geram.
Pasalnya, Roy Suryo yang saat ini tidak lagi sebagai kader partai dan menyebut dirinya sebagai pakar telematika membuat pernyataan yang ditengarai sebagai disinformasi soal aksi Gibran Rakabuming Raka saat debat calon wakil presiden atau debat cawapres pada Jumat kemarin.
Hasyim menjelaskan, apa yang disampaikan Roy Suryo dalam akun sosial media X yang dahulu Twitter @KRMTRoySuryo1 sangat tidak mendasar.
Roy menduga KPU tidak berlaku adil. Sebab ada tiga mikrofon yang digunakan Gibran dan hal itu disebut Roy menjadi perlakuan yang berbeda. Tiga mikrofon dimaksud Roy adalah clip-on, hand held, dan head set yang disinyalir adalah earphone atau ear feeder.
Membantah hal tersebut, Hasyim memastikan dugaan Roy adalah keliru. Sebab, kata dia, semua kandidat menggunakan alat yang sama, termasuk Gibran.
"Semua calon wakil presiden pakai alat yang sama," ucap Ketua KPU Hasyim Asy'ari dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu malam (23/12/2023), dilansir dari Antara.
Hasyim menambahkan, tiga mikrofon yang disediakan kepada tiap kandidat berguna untuk mengantisipasi jika salah satunya ada yang mati.
"Bukan ear feeder. Itu mic yang ditempel di pipi dan dicantolin di kuping. Semua cawapres bisa ditanya dan juga stasiun TV penyelenggara debat, dan juga tim paslon yang berada di holding room saat pemasangan mic, bisa ditanya," ungkap Hasyim.
Hasyim memastikan, pernyataannya bisa dipertanggunjawabkan. Dia juga memastikan debat berlangsung secara spontan dan sangat tidak masuk akal jika ada pembisik untuk memberi contekan.
"Saya sebagai penyelenggara juga tahu dan siap tanggung jawab. Debat spontan, tidak mungkin didikte, dengarkan bisikan atau baca contekan. Roy Suryo memang tukang fitnah," tega Hasyim.
Advertisement
Roy Suryo Temukan Sejumlah Kejanggalan
Sebelumnya, Roy Suryo berkomentar terkait pelaksanaan debat perdana cawapres di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Menurut Roy Suryo, ada sejumlah kejanggalan dalam debat yang dilaksanakan oleh KPU. Hal itu dilontarkan Roy Suryo melalui akun X miliknya, @KRMTRoySuryo1, Jumat (22/12/2023).
"Kemarin sudah saya duga, untuk menghindari cheating, sebaiknya next KPU adil," cuit Roy Suryo, dikutip Sabtu.
"Kenapa si nomor 2 ini sampai gunakan 3 (tiga) mic sekaligus: 1. Clip-on, 2. Hand-held & 3. Head-set? Apa gunanya juga ada earphone? Siapa yang bisa feeding ke telinganya? Mengapa 2 calon yang lain beda? Ambyar," sambung dia.
Ganjar Pranowo Akui Memang Ada Tiga Mikrofon saat Debat Pilpres 2024
Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo pun turut berkomentar soal polemik 3 mikrofon yang digunakan cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka.
Ganjar menyebut semua paslon mendapatkan jumah mikrofon yang sama saat ajang debat pilpres 2024. Jumlah mik dalam debat ada tiga bagi yang dipasang.
"Ada tiga memang. Semuanya punya jatah yang sama, ada yang nempel di telinga, ada yang kemudian clip on-nya nempel di sini (baju), dan ada mik. Waktu saya tanya, dulu saya juga dapat itu," tutur Ganjar Pranowo di Solo, Jawa Tengah, Minggu (24/12/2023).
Menurut Ganjar, alasan dari banyaknya mikrofon yang digunakan saat debat pilpres 2024 adalah untuk mencegah adanya alat yang gagal fungsi, sehingga terbantu dengan yang lain.
"Kenapa banyak sekali? Kalau-kalau alatnya tidak berfungsi, ada pegangan. Sebenarnya kalau saya, saya tidak tahu teknologi yang lebih canggih soal itu. Rasa-rasanya sih mereka menggunakan itu saja. Saya juga kaget ketika, oh ada ya orang yang punya pemikiran yang lain. Mungkin mereka punya ilmunya sendiri," jelas Ganjar Pranowo.
Reporter: Alma Fikhasari
Sumber: Merdeka.com
Advertisement