Liputan6.com, Abuja - Kelompok bersenjata menewaskan sedikitnya 160 orang di Nigeria tengah dalam serangkaian serangan terhadap sejumlah desa. Hal tersebut dikonfirmasi pejabat pemerintah setempat pada Senin (25/12/2023).
Jumlah korban tersebut merupakan peningkatan tajam dari angka awal yang dilaporkan oleh tentara pada Minggu (24/12) malam, yaitu hanya 16 orang tewas di wilayah yang selama beberapa tahun dilanda ketegangan agama dan etnis.
Advertisement
"Sebanyak 113 orang telah dipastikan tewas ketika permusuhan pada Sabtu (23/12) terus berlanjut hingga Senin dini hari," ungkap kepala pemerintahan lokal di Bokkos, Negara Bagian Plateau, Monday Kassah kepada AFP, seperti dilansir Selasa (26/12).
Geng-geng bersenjata, yang secara lokal disebut bandit, menurut Kassah melancarkan serangan terkoordinasi dengan baik di tidak kurang dari 20 komunitas berbeda dan membakar rumah-rumah.
"Kami menemukan lebih dari 300 orang terluka yang dipindahkan ke rumah sakit di Bokkos, Jos, dan Barkin Ladi," ujarnya.
Palang Merah setempat melaporkan 104 kematian di 18 desa di wilayah Bokkos. Anggota parlemen negara bagian Dickson Chollom menuturkan setidaknya 50 orang juga dilaporkan tewas di beberapa desa di kawasan Barkin Ladi.
Dia mengutuk serangan tersebut dan meminta pasukan keamanan bertindak cepat.
"Kami tidak akan menyerah pada taktik para pedagang maut ini. Kami bersatu dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian abadi," tutur Chollom.
Dimulai di Bokkos Sebelum Meluas ke Barkin Ladi
Menurut pemimpin setempat, Danjuma Dakil, serangan dimulai di daerah Bokkos dan meluas ke daerah tetangga Barkin Ladi, di mana 30 orang ditemukan tewas.
Pada hari Minggu, Gubernur Negara Bagian Plateau Caleb Mutfwang mengutuk kekerasan tersebut. Dia menyebutnya biadab, brutal, dan tidak dapat dibenarkan.
"Langkah-langkah proaktif akan diambil oleh pemerintah untuk menghentikan serangan yang sedang berlangsung terhadap warga sipil yang tidak bersalah," kata juru bicara gubernur Gyang Bere.
Suara tembakan masih terdengar pada Senin sore, menurut sumber dari wilayah tersebut, yang berada di garis pemisah antara wilayah utara Nigeria yang mayoritas penduduknya muslim dan wilayah selatan yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Markus Amorudu dari Desa Mushu mengatakan warga sedang tidur saat terdengar suara tembakan.
"Kami takut karena kami tidak menduga akan ada serangan. Orang-orang bersembunyi, tapi para penyerang menangkap banyak dari kami, beberapa terbunuh, yang lainnya terluka," kata dia kepada AFP.
Advertisement
Kritik terhadap Pemerintah Nigeria
Amnesty International mengkritik pemerintah pasca serangan tersebut. Mereka mengatakan pihak berwenang Nigeria telah gagal mengakhiri serangan mematikan yang sering terjadi terhadap komunitas pedesaan di Negara Bagian Plateau.
Nigeria barat laut dan tengah telah lama diteror oleh milisi bandit yang beroperasi dari dalam hutan dan menyerbu desa-desa untuk menjarah dan menculik penduduk untuk mendapatkan uang tebusan.
Persaingan untuk mendapatkan sumber daya alam antara penggembala nomaden dan petani, yang semakin intensif karena pesatnya pertumbuhan penduduk dan tekanan iklim, juga telah memperburuk ketegangan sosial dan memicu kekerasan.
Presiden Bola Ahmed Tinubu, yang terpilih pada Februari, telah berjanji untuk menarik lebih banyak investasi ke negara dengan perekonomian terbesar dan terpadat di Afrika itu untuk mengatasi tantangan keamanan yang terus-menerus terjadi.