Liputan6.com, Jakarta Sejumlah saham emiten dari sektor petrokimia, jalan tol, ritel, dan telekomunikasi mengalami lonjakan harga yang begitu signifikan sepanjang 2023. Hal ini didorong oleh kondisi fundamental bisnis yang solid.
Sebagaimana diketahui, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mengalami kenaikan harga 128,60 persen year to date (YtD) ke level Rp 5.875 per saham hingga Jumat (22/12/2023). Saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) naik 86,75 persen ke level Rp 1.410 per saham.
Advertisement
Saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) meningkat 60,74 persen ke level Rp 4.790 per saham. Saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) tumbuh 45,16 persen ke level Rp 720 per saham. Adapun saham PT Indosat Tbk (ISAT) melesat 52,23 persen ke level Rp 9.400 per saham.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menilai, sentimen utama dari kenaikan harga saham emiten-emiten tersebut disebabkan kuatnya fundamental kinerja perusahaan sepanjang 2023 berjalan. Misalnya, TPIA berhasil menekan rugi bersihnya hingga kuartal III 2023 seiring normalisasi harga minyak mentah dunia.
Selain itu, kinerja BRPT ditopang oleh solidnya fundamental anak usahanya di bidang energi terbarukan yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang sampai kuartal III 2023 membukukan kenaikan laba bersih 14,3 persen year on year (YoY).
"Untuk kasus JSMR, emiten ini didorong oleh kenaikan kinerja trafik lalu lintas beberapa ruas jalan tol pada 2023 sehingga laba bersihnya tumbuh 493 persen YoY hingga kuartal III 2023," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Senin (25/12/2023).
Sementara itu, kenaikan harga saham ACES dipengaruhi kinerja same store sales growth (SSSG) yang meningkat 10 persen YoY sehingga laba bersihnya tumbuh 38 persen YoY per kuartal III 2023.
Adapun ISAT terbantu oleh kenaikan average revenue per user (ARPU) sebesar 2,5 persen YoY menjadi Rp 34.700 yang kemudian mendorong pertumbuhan pendapatan sebesar 8,5 persen YoY per kuartal III 2023. "Kami melihat fundamental emiten tersebut sejalan dengan return dari saham," tutur dia.
Audi memperkirakan, pertumbuhan kinerja laba dari emiten-emiten tersebut akan tetap positif seiring kenaikan PDB Indonesia pada 2024 yang diproyeksikan tetap tumbuh di atas 5 persen, sehingga menopang solidnya daya beli konsumen.
"Dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter di 2024, kami menilai emiten-emiten tersebut dapat memanfaatkan momentum untuk kembali ekspansi bisnis, terlebih dari telekomunikasi dan ritel," ungkap dia.
Dia melanjutkan, meski ada bayang-bayang perlambatan ekonomi global, fundamental ekonomi Indonesia diyakini akan lebih stabil.
Alhasil, ia merekomendasikan hold saham BRPT dengan target harga Rp 1.480 per saham, beli saham JSMR dengan target harga Rp 6.830 per saham, beli saham ACES dengan target harga Rp 1.075 per saham, dan beli saham ISAT dengan target harga Rp 11.750 per saham.
Kata Pengamat Lain
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi menilai saham BRPT, TPIA, dan BREN dapat dicermati oleh investor. Sebab, kinerja BRPT pun terus mengalami peningkatan, hal itu tercermin dari kinerja keuangan yang semakin solid.
Selain itu, upaya penurunan utang dan peningkatan kemampuan menghasilkan arus kas dari anak perusahaan memberikan dampak positif.
Proteksi arus kas yang diperkuat, hasil dari manajemen utang yang bijaksana, menciptakan fondasi keuangan yang lebih kokoh.
"Kemampuan BRPT dalam menghasilkan arus kas yang lebih besar juga menggambarkan daya saing yang meningkat, menegaskan keberlanjutan pertumbuhan di pasar yang dinamis," kata Lanjar.
Kemudian, TPIA mencatatkan pendapatan senilai USD 1,66 miliar per akhir kuartal III 2023 dan EBITDA positif USD 108,9 juta, naik 881% dari periode yang sama tahun 2022 (USD 11,1 juta). Prestasi ini mencerminkan pertumbuhan finansial yang luar biasa.
Advertisement
Saham Lainnya
Selanjutnya, Barito Wind Energy, anak perusahaan Barito Renewables, telah mencapai kesepakatan prinsip membuka jalan untuk akuisisi 100% saham PT UPC Sidrap Bayu Energy (Sidrap).
Sidrap, yang terletak di Sulawesi Selatan, adalah pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 75 MW.
Di sisi lain, Lanjar mengatakan, kenaikan saham BREN dipengaruhi oleh banyaknya berita positif seperti potensi akuisisi pembangkit listrik tenaga angin, laba bersih yang naik 149 persen pada kuartal III 2023, profil likuiditas yang kuat pada kuartal III-2023, dengan rasio utang terhadap modal yang ditempatkan sebesar 53,2 persen.
Selain itu, saham BREN juga meningkat dikarenakan ekspansi yang strategis setelah salah satu anak usaha BRPT membantu dukungan pengembangan industri hulu aluminium, sekaligus percepatan kendaraan listrik domestik.
"Hal tersebut membuat permintaan saham BREN meningkat hingga alami kenaikan harga yang diluar fundamentalnya (PE Ratio tinggi) dibanding peers nya," tandasnya.