Liputan6.com, Jakarta - Kata-kata seperti 'menguji adrenalin' kerap terdengar dalam iklan wahana ekstrem di taman rekreasi. Sebagian orang menganggap bahwa adrenalin berkaitan dengan tingkat keberanian seseorang dalam melakukan suatu tantangan.
Melansir Verywell Health, adrenalin adalah sejenis hormon yang dilepaskan setiap kali seseorang mengalami ketakutan, kecemasan, atau stres. Hormon itulah yang memicu respons melawan atau lari. Adrenalin dikenal juga sebagai epinefrin.
Advertisement
Adrenalin memersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri dari bahaya dengan meningkatkan sirkulasi darah dan pernapasan. Meski respons ini penting untuk kelangsungan hidup, paparan adrenalin yang berlebihan dapat merusak kesehatan seseorang.
Adrenalin dalam tubuh bekerja dengan merangsang bagian sistem saraf yang dikenal sebagai sistem saraf simpatik. Sistem ini mengatur tindakan bawah sadar tubuh. Ini dilepaskan pada saat stres fisik dan emosional oleh kelenjar adrenal, yang terletak di atas setiap ginjal.
Ketika adrenalin dilepaskan, hal itu memengaruhi tubuh melalui beberapa cara utama yakni:
- Menyebabkan saluran udara melebar (dilatasi) untuk menyediakan oksigen yang dibutuhkan otot untuk melawan atau menghindari bahaya
- Menyebabkan pembuluh darah menyempit (berkontraksi) untuk mengarahkan aliran darah ke kelompok otot utama, termasuk jantung dan paru-paru
- Menyebabkan detak jantung menjadi lebih cepat dan jantung berkontraksi lebih kuat sehingga lebih banyak oksigen yang dikirim ke otot dan jaringan
Mengurangi Persepsi Rasa Sakit
Pengaruh berikutnya dari pelepasan adrenalin yakni:
- Menyebabkan hati melepaskan gula darah (glukosa), yang memberi energi bagi tubuh
- Menyebabkan pupil mata membesar (dikenal sebagai midriasis akibat stres) sehingga dapat melihat lebih jelas, bahkan dalam kegelapan
- Mengurangi persepsi rasa sakit (dikenal sebagai analgesia akibat stres) sehingga dapat terus melawan atau melarikan diri meskipun terluka
- Adrenalin tidak hanya dilepaskan ketika ada bahaya nyata tetapi juga pada saat-saat stres emosional. Ini mungkin termasuk saat mengikuti tes, menonton film menakutkan, berbicara di depan umum, berkencan, atau melakukan olahraga ekstrem seperti terjun payung
Gejala Serangan Adrenalin
Serangan adrenalin atau adrenalin rush biasanya dimulai segera dan dapat berlangsung hingga satu jam setelah stres mereda. Gejala umum serangan adrenalin meliputi:
- Jantung berdebar kencang
- Detak jantung cepat
- Napas cepat dan dangkal
- Peningkatan keringat
- Pupil membesar
- Peningkatan kemampuan berlari atau mengangkat benda berat
- Merasa gemetar atau gugup
- Pusing
- Mulut kering
- Komplikasi
Ada kalanya tubuh akan melepaskan adrenalin ketika sedang mengalami tekanan emosional meski tidak menghadapi bahaya yang nyata.
Ketika ini terjadi, pelepasan glukosa ke dalam aliran darah dapat terakumulasi dan bukannya dibakar. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti gelisah dan mudah tersinggung.
Mungkin juga ada pusing, sakit kepala ringan, perubahan penglihatan, berkeringat, dan jantung berdebar kencang.
Advertisement
Akibat Tingkat Adrenalin Tinggi Terus-Menerus
Tingkat adrenalin tinggi secara terus-menerus yang disebabkan oleh stres psikologis kronis (berkelanjutan) dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seiring berjalannya waktu.
Beberapa masalah yang dapat timbul akibat hal ini adalah:
- Tekanan darah tinggi
- Sakit kepala kronis
- Masalah pencernaan
- Pertambahan berat badan
- Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
- Masalah memori dan konsentrasi
- Insomnia
- Kecemasan dan depresi
Sebaliknya, produksi adrenalin yang terlalu sedikit juga mempunyai konsekuensi kesehatan. Meski hal ini jarang terjadi, kondisi yang merusak atau menghancurkan kelenjar adrenal dapat menyebabkan gejala seperti:
- Tekanan darah rendah
- Gula darah rendah
- Kelelahan kronis
- Kekurangan energi
- Kelemahan otot
- Mual
- Diare
- Dehidrasi
- Depresi
- Menstruasi tidak teratur