Penjualan Kereta Dorong Hewan Peliharaan di Korea Selatan Lebih Banyak daripada Stroller Bayi

Menurunnya angka kelahiran di Korea Selatan ditandai dengan beberapa hal. Salah satunya adalah penjualan kereta dorong hewan peliharaan telah melampaui stroller bayi untuk pertama kalinya pada tahun ini, menurut Gmarket, operator platform e-commerce.

oleh Putu Elmira diperbarui 27 Des 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi Kereta Bayi (dok. Unsplash.com/@micaelwidell)

Liputan6.com, Jakarta - Menurunnya angka kelahiran di Korea Selatan ditandai dengan beberapa hal. Salah satunya adalah penjualan kereta dorong hewan peliharaan telah melampaui stroller bayi untuk pertama kalinya pada tahun ini, menurut Gmarket, operator platform e-commerce.

Dikutip dari The Korea Times, Selasa, 26 Desember 2023, data yang dirilis pada Minggu, 24 Desember 2023 menunjukkan bahwa 43 persen dari total jumlah kereta dorong bayi yang dijual di platform tersebut selama tiga kuartal pertama tahun ini adalah untuk bayi manusia. Sedangkan 57 persen sisanya adalah kereta dorong yang dirancang untuk hewan, terutama anjing dan kucing.

Rasio penjualan kereta dorong bayi terhadap total kereta dorong terus menurun dari 67 persen pada 2021 dan 64 persen pada 2020 menjadi 43 persen pada tahun ini. Itu berarti rasio kereta dorong hewan peliharaan terus meningkat dari 33 persen pada 2021 menjadi 36 persen pada 2022 dan 57 persen tahun ini.

Angka penjualan menunjukkan tren yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir, kata seorang pejabat Gmarket. Pihaknya menambahkan bahwa perusahaan mungkin memerlukan analisis mendalam untuk mengetahui mengapa penurunan penjualan stroller bayi sangat tajam pada 2023.

Yang jelas adalah bahwa angka-angka tersebut mencerminkan beberapa tren yang meningkat. Sebut saja rendahnya jumlah bayi baru lahir di Negeri Ginseng dan meningkatnya jumlah orang yang hidup dengan hewan peliharaan.

Menurut Statistics Korea, tingkat kesuburan total –jumlah rata-rata anak yang akan dilahirkan per perempuan– adalah 0,78 pada 2022, jadi yang terendah di dunia. Angka tersebut diperkirakan akan turun lebih jauh lagi.

 


Angka Kelahiran Menurun

Ilustrasi Kereta Bayi (dok. Unsplash.com/@pecchio)

Organisasi statistik nasional mengatakan tingkat kesuburan diperkirakan sebesar 0,72 tahun ini dan turun di bawah 0,7 hingga 0,68 pada 2024 sebelum meningkat lagi. Sementara itu, jumlah rumah tangga yang memelihara hewan peliharaan semakin meningkat.

Data dari Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan menunjukkan bahwa lebih dari 6 juta rumah tangga memiliki hewan peliharaan pada tahun lalu. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 3,6 juta rumah tangga pada 2012.

Bukan rahasia lagi anak muda Korea Selatan kian menghindari pernikahan dan menjadi orangtua. Hal ini ditunjukkan dari penurunan drastis angka kelahiran di Negeri Ginseng.

Dikutip dari CNN, Rabu, 30 Agustus 2023, laporan pemerintah Korea Selatan menekankan tren tersebut meningkat tajam selama satu dekade terakhir. Ini lantas menimbulkan masalah demografis bagi negara ini di tahun-tahun mendatang.

Laporan yang menyurvei penduduk berusia antara 19 hingga 34 tahun setiap dua tahun tersebut resmi dirilis pada Senin, 28 Agustus 2023 oleh Badan Statistik resmi Korea. Temuan survei menjelaskan bahwa hanya 36,4 persen responden yang disurvei tahun lalu mengatakan mereka memiliki persepsi positif terhadap pernikahan.


Studi: Hanya Sepertiga Anak Muda Korea Selatan Anggap Penting Pernikahan

ilustrasi Menikah (Photo by Jeremy Wong Weddings on Unsplash)

Angka tersebut diketahui turun dari 56,5 persen pada 2012. Penurunan ini mencerminkan meningkatnya tekanan terhadap anak muda Korea Selatan, termasuk permasalahan ekonomi seperti harga tempat tinggal yang tidak terjangkau dan meningkatnya biaya hidup.

Alasan umum yang disebutkan dalam laporan mengenai anak muda yang tidak menikah adalah karena tidak mempunyai cukup uang untuk menikah. Hasil sepertiga responden yang punya persepsi positif terhadap pernikahan didominasi pria, sedangkan hanya 28 persen perempuan yang menanggapi positif.

Temuan tersebut memunculkan berbagai alasan. Banyak perempuan Korea Selatan yang menyebut kepada CNN di 2019 bahwa mereka punya kekhawatiran akan keamanan saat berkencan. Ketakutan kaum Hawa ini diperburuk oleh berita terkenal tentang kejahatan seks, voyeurisme, dan diskriminasi gender.

Perempuan masa kini kian melesat dengan karier dan pendidikannya. Ketika memilih menikah, mereka mungkin harus berkompromi dengan karier atau pendidikan mereka, terutama mengingat norma gender yang sudah mengakar dan kesulitan untuk kembali bekerja setelah melahirkan, menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).


Alasan Anggap Menikah Kurang Penting

Ilustrasi Menikah | unsplash.com/@drewcoffman

Hal ini berarti banyak perempuan berpendidikan dan memiliki pekerjaan tetap, malah menunda pernikahan dan menjadi orangtua. Bahkan ada kata "bihon" yang mengacu pada perempuan yang memilih untuk tidak menikah.

Laporan Statistik Korea menemukan bahwa sikap responden terhadap persalinan juga sama buruknya. Dari responden yang disurvei pada 2022, lebih dari setengahnya mengatakan mereka tidak melihat pentingnya memiliki anak, bahkan setelah menikah.

Jumlah temuan tak ingin memiliki buah hati terus meningkat sejak 2018. Namun seiring dengan pergeseran pandangan konservatif di Korea Selatan, gagasan tentang single parenting kini semakin populer.

Hampir 40 persen responden mengatakan mereka bisa memiliki anak tanpa menikah. Ini adalah sebuah hal yang menyimpang dari norma tradisional di Korea Selatan.

Meski memiliki bayi merupakan hal yang sangat diharapkan oleh pasangan yang menikah di Korea Selatan, sebagian besar masyarakat masih tidak menyukai orangtua tunggal. In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung tidak ditawarkan kepada perempuan lajang, menurut angka resmi rumah sakit.

 

INFOGRAFIS: Deretan Prestasi Mendunia Artis Korea (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya