Liputan6.com, Jakarta - Para santri yang mengenyam pendidikan di pesantren acap kali tak bisa berkumpul bersama keluarga dan teman di momen libur.
Pasalnya, libur pesantren umumnya berbeda dengan libur nasional. Terkait hal ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan Prof Mohammad Mukri mendorong sekolah dan pesantren melakukan sinkronisasi kebijakan dalam mengelola peserta didik. Termasuk tentang waktu pembelajaran setiap harinya dan waktu libur bagi santri dan pelajarnya.
Advertisement
Sebab faktanya, masih ada kesenjangan dalam jadwal libur antara sekolah dan pesantren. Hal ini dapat berpengaruh pada psikologi santri dan siswa.
Di satu sisi, ada pesantren yang masih menggunakan kalender hijriah untuk menentukan waktu libur, terutama di bulan Maulud. Di sisi lain, sekolah-sekolah umum menggunakan sistem libur yang umumnya terfokus di pertengahan dan akhir tahun masehi.
“Kondisi ini (perbedaan jadwal libur) memerlukan komunikasi dari pihak terkait termasuk orangtua santri atau pelajar. Jika tidak disinkronisasi dapat memengaruhi keseimbangan dan keharmonisan proses belajar mengajar," kata Prof Mukri Selasa, 26 Desember 2023 mengutip NU Online.
Dia menambahkan, sekolah dan pesantren harus saling memahami kondisi yang ada sekaligus mengambil keputusan yang bijak dalam sinkronisasi waktu libur.
Dengan hubungan simbiosis mutualisme yang sudah terjalin di antara keduanya, maka penting untuk menjaga agar kebijakan yang diambil tidak menjadikan para santri dan pelajar kehilangan waktu liburnya.
Momen Penting Rayakan Kebersamaan
Rektor Universitas Blitar ini mengatakan bahwa momentum libur bukan hanya sebuah kesempatan bagi santri dan siswa untuk menyegarkan kembali kesehatan psikologisnya. Namun, juga sebagai waktu berkumpul bersama keluarga.
"Libur adalah saat yang sangat penting untuk merayakan momen kebersamaan, terutama dengan keluarga. Ini adalah waktu untuk melepas penat, mempererat hubungan, dan mengisi kebersamaan dengan kebahagiaan,” ungkap Mukri.
"Sinkronisasi waktu libur antara pesantren dan sekolah akan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih seimbang dan terintegrasi. Kami berharap adanya dialog konstruktif untuk mencapai kesepakatan yang membawa kemaslahatan semua pihak,” harapnya.
Advertisement
Manfaat Sinkronisasi Waktu Libur
Mukri menambahkan, sinkronisasi waktu libur juga akan mendukung pembinaan karakter dan nilai-nilai keagamaan pada santri.
"Melalui libur yang diselaraskan, kita dapat memberikan ruang bagi santri untuk lebih mendalami dan mengaplikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sosial di lingkungan masing-masing," imbuhnya.
Dengan kata lain, libur memiliki manfaat sebagai waktu melepas penat, pengembangan dan pembentukan karakter, keseimbangan psikologis, serta pengembangan keterampilan sosial santri.
“Melalui interaksi dengan keluarga dan masyarakat setempat, santri dapat mengembangkan keterampilan sosial mereka. Mereka belajar berkomunikasi, bekerja sama, dan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas,” jelasnya.
Waktu Santri Evaluasi Diri
Libur juga memberikan waktu untuk refleksi diri dan introspeksi, lanjut Mukri.
Saat libur, santri dapat mengevaluasi perkembangan spiritual, pendidikan, dan pribadi mereka selama masa tertentu. Serta membantu mereka merencanakan langkah-langkah untuk perbaikan dan perkembangan di masa mendatang.
“Selama libur, santri juga dapat mengembangkan keterampilan di luar bidang studi agama, seperti keterampilan seni, olahraga, atau kegiatan lainnya yang mungkin tidak terlalu banyak mendapat perhatian selama masa belajar di pesantren,” jelasnya.
Namun, ia mengingatkan kepada orangtua agar benar-benar mengarahkan putra-putrinya untuk memanfaatkan waktu libur dengan hal-hal yang positif.
Orangtua harus mendampingi dan memastikan putra-putrinya mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di pesantren dalam aktivitas sehari-hari di rumah.
Advertisement