Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melemah pada Rabu, 27 Desember 2023. USD melemah seiring isyarat The Fed bahwa pihaknya telah selesai menaikkan suku bunga dan akan mempertimbangkan penurunan di 2024 mendatang.
"Pasar sekarang memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga antara tiga hingga lima kali pada tahun 2024, meskipun bank tersebut hanya memberikan sedikit sinyal mengenai luasnya rencana penurunan suku bunga," ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Kamis (28/12/2023).
Advertisement
Baru-baru ini, pejabat The Fed juga memperingatkan bahwa spekulasi penurunan suku bunga lebih awal tidak berdasar, terutama karena inflasi masih tetap stabil.
Selain itu, banyak analis memperkirakan ekonomi AS akan melambat secara signifikan diirakan akan bertindak untuk memastikan kesenjangan antara suku bunga dan realisasi inflasi tidak melebar terlalu jauh.
"Jika inflasi turun jauh lebih cepat dibandingkan suku bunga acuan The Fed, maka hal ini dapat memperketat kondisi moneter lebih dari yang diharapkan oleh para pembuat kebijakan The Fed dan meningkatkan risiko terjadinya hard economic landing," kata Ibrahim.
Sementara di Tiongkok, pasar saat ini fokus pada data indeks manajer pembelian bulan Desember yang akan dirilis minggu depan, setelah serangkaian laporan ekonomi yang lemah selama tiga bulan terakhir.
Rupiah Menguat Menjelang Akhir Tahun
Rupiah ditutup menguat 54 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 65 point dilevel Rp. 15.430 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 15.484.
"Sedangkan untuk perdagangan besok , mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.400- Rp. 15.470" Ibrahim memperkirakan.
Pasar Optimis pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2024
Sejauh ini, Ibrahim melihat, pasar optimis ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih kuat pada 2024 sebesar 5,2 persen, dibandingkan dengan tahun ini yang diproyeksikan tumbuh 5 persen.
"Sedangkan membaiknya pertumbuhan ekonomi akan didukung oleh permintaan domestik yang kuat sejalan dengan kepercayaan konsumen yang tinggi dan dorongan dari pengeluaran terkait Pemilu," jelasnya.
Selain itu, pembangunan proyek strategis nasional, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN), juga pemulihan permintaan eksternal secara bertahap, diperkirakan akan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Tetapi Ibrahim mengingatkan, diperlukan sinergi kebijakan yang kuat antara para pembuat kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung kegiatan ekonomi.
Advertisement
BI Perkuat Bauran Kebijakan
Kemudian, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan ekonomi.
Upaya itu di antaranya dengan meningkatkan suku bunga kebijakan, mengelola volatilitas nilai tukar, dan meningkatkan pendalaman pasar keuangan, terutama guna menjaga ekspektasi inflasi dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Ibrahim melihat, BI juga melanjutkan implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif dengan memperkuat Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) dan menurunkan persyaratan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk mendorong penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha.