Indef: Pemilu Satu Putaran Berdampak Positif ke Laju Investasi

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai lebih baik Pemilihan Presiden (Pilpres) dilakukan satu putaran. Hal tersebut dapat berpengaruh baik terhadap laju investasi di tanah air.

oleh Tira Santia diperbarui 28 Des 2023, 15:30 WIB
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai lebih baik Pemilihan Presiden (Pilpres) dilakukan satu putaran. Hal tersebut dapat berpengaruh baik terhadap laju investasi di tanah air. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai lebih baik Pemilihan Presiden (Pilpres) dilakukan satu putaran. Hal tersebut dapat berpengaruh baik terhadap laju investasi di tanah air.

Diketahui Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 akan diselenggarakan secara serentak pada Rabu, 14 Februari 2024.

Menurut Aviliani, setelah Februari realisasi investasi diprediksi akan lebih baik. Karena selama Pilpres berlangsung, para investor biasanya masih menunggu dan melihat atau wait and see

"Investor terutama sektor riil, mereka mau investasi sekarang mereka belum tahu siapa presidennya. Policy-nya seperti apa, sehingga mungkin kalau satu putaran, setelah Februari mulai bagus lagi (investasi)," kata Aviliani dalam Diskusi Publik 'Evaluasi dan Perspektif Ekonom Perempuan INDEF terhadap Perekonomian Nasional, Kamis (28/12/2023).

Sementara, apabila Pilpres digelar dua putaran, justru akan membuat investor lebih lama wait and see. Sehingga hal itu dapat berpengaruh terhadap perekonomian tahun depan.

"Ini juga yang membuat kenapa 2024 belum tentu lebih baik dari 2023. Itu karena, kita juga ada tahun pemilu," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Aviliani meminta agar para calon presiden (capres) maupun Calon Wakil Presiden (Cawapres) tidak membuat kegaduhan. Tujuannya agar investor bisa tetap menemptkan investasi di Indonesia.

Jika investor kabur ke negara lain alias tidak jadi menanamkan modal di Indonesia karena adanya kegaduhan dampak Pemilu, maka akan menyulitkan bangsa dan negara ke depannya. Oleh karena itu, Indef berharap Pemilu dan Pilpres tahun depan bisa berlangsung damai.


Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,3% di 2023 Bisa Tercapai? Ini Kata Indef

Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,3 persen. Namun, pencapaian di kuartal III-2023 pertumbuhan ekonomi justru mngalami penurunan ke level 4,94 persen.

Lantas apakah target pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut akan tercapai di akhir tahun ini?

Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Riza Annisa Pujarama, mengatakan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen diperlukan usaha yang lebih keras lagi.

Pasalnya, konsumsi melambat, tabungan berkurang, dan masyarakat banyak yang memilih menggunakan uangnya untuk bayar cicilan dibandingkan ke konsumsi.

"Target pertumbuhan ekonomi di 2023 itu adalah 5,3 persen, tapi pencapaian di triwulan ketiga kemarin year on year kita turun dari 5,17 persen ke 4,94 persen, sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi untuk tiga triwulan itu 5,05 persen. Jadi, untuk ke target 5,3 itu masih ada sekitar 0,25 persen lagi yang harus dicapai dalam 3 bulan terakhir ini di triwulan ke 4," jelas Riza dalam Diskusi Publik 'Evaluasi dan Perspektif Ekonom Perempuan INDEF terhadap Perekonomian Nasional, Kamis (28/12/2023).

Diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi penurunan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2023 dibandingkan kuartal II 2023. 

Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap sumber pertumbuhan pada kuartal III 2023 relatif lebih kecil dibandingkan kontribusi pada kuartal II 2023 lalu yang sebesar 2,77 persen (yoy) dan kuartal III 2022 yang sebesar 2,81 persen (yoy).

 


Konsumsi Rumah Tangga

Pemerintah optimistis produk-produk hilirisasi lanjutan juga dapat menopang daya saing produk ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati demikian, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 dengan kontribusi pertumbuhan 2,63 persen year on year (yoy). 

Dari sisi pertumbuhan, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,06 persen (yoy), komponen PMTB tumbuh 5,77 persen (yoy), dan komponen LNPRT tumbuh 6,21 persen (yoy).

"Kita lihat dari sisi pengeluaran yaitu yang paling berkontribusi banyak terhadap pembentukan PDB dari sektor konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini turun dari 5,22 ke 5,06 persen. Menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Kuartal ketiga itu turun," pungkasnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya