Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali melemah hari ini pada Kamis, 28 Desember 2023.
"Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang rivalnya, jatuh ke level terendah baru dalam lima bulan di 100,76. Indeks ini berada di jalur penurunan sebesar 2,6 persen tahun ini, menghentikan kenaikan kuat selama dua tahun berturut-turut," ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis, dikutip Kamis (28/12/2023).
Advertisement
Ibrahim melihat bahwa, fokus investor tetap tertuju pada waktu penurunan suku bunga Federal Reserve, dengan pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 88 persen pada bulan Maret 2024, menurut alat CME FedWatch.
"Kontrak berjangka menyiratkan lebih dari 150 basis poin pelonggaran The Fed tahun depan," katanya. Namun beberapa analis masih tidak yakin The Fed akan mengambil tindakan agresif.
"Dan kami masih percaya bahwa perubahan kebijakan menuju pelonggaran pada bulan Maret terlalu dini dan ada potensi kenaikan dolar jika dan ketika tindakan tersebut tidak terwujud," jelas Ibrahim.
Meskipun The Fed secara tidak terduga mengambil sikap dovish pada pertemuan bulan Desember, dengan membuka kemungkinan penurunan suku bunga tahun depan, bank sentral besar lainnya, termasuk Bank Sentral Eropa (ECB) tetap mempertahankan sikap mereka untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Tetapi pasar masih memperhitungkan penurunan suku bunga ECB sebanyak 165 basis poin pada tahun depan.
Selain itu, Bank of England diperkirakan tidak akan mampu menurunkan suku bunga sebanyak The Fed dan ECB. Hal ini mengingat inflasi di negara itu yang semakin tinggi.
Hal itu memperlebar kesenjangan antara imbal hasil obligasi Inggris dan imbal hasil obligasi AS dan Eropa, membuatnya terlihat lebih menarik.
Rupiah Menguat 12 Poin pada Kamis, 28 Desember 2023
Rupiah kembali ditutup menguat 12 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 30 point dilevel 15.417 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.430.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan Rupiah akan fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.360-15.440.
Proyeksi Ekonomi Indonesia Untuk 2024
Ibrahim menyoroti perkiraan ekonom yang begitu optimis tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024, bisa mencapai 5,2 persen.
Namun, ada juga ekonom yang melihat potensi terjadinya stagnasi, bahkan mungkin sedikit melambat walaupun tidak besar.
"Faktor utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perlambatan ekonomi global. Hal tersebut terlihat dari melemahnya permintaan ekspor Indonesia, terutama dari China, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, sehingga ekonomi tidak bertumbuh tinggi," ungkap Ibrahim.
Adapun faktor domestik yang memengaruhi yaitu daya beli masyarakat yang melemah, yang juga menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi.
Ibrahim menilai, walaupun pemerintah telah menyiapkan bantuan sosial untuk lmenjaga daya beli, nilai bansos yang diberikan kepada masyarakat itu tidak cukup untuk meningkatkan daya beli.
Advertisement
Kebijakan yang Perlu Dipertimbangkan Pemerintah
Ibrahim mengungkapkan, ada beberapa kebijakan yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5 persen di 2024 mendatang.
"Pertama, pemerintah perlu memperkuat ekonomi domestik dengan mengurangi impor dan meningkatkan ekspor ke negara-negara yang pertumbuhan ekonominya masih bagus,"paparnya.
Kedua, pemerintah perlu meningkatkan daya beli masyarakat melalui efektivitas bantuan sosial, penciptaan lapangan kerja, dan penyediaan fasilitas pendukung, lanjut Ibrahim.
"Ketiga, adanya momentum tahun politik pada 2024, pemerintah bisa memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas lima persen. Momentum ini harus dikawal agar nantinya terjadi perbaikan di perekonomian Indonesia agar lebih baik lagi," pungkasnya.