KLHK Bakal Bangun Miracle Garden of Arboretum Ir. Lukita Daryadi Mulai Januari 2024, Apa Itu?

Arboretum Ir. Lukita Daryadi yang diresmikan pada 1978 bakal makin berwarna dengan keberadaan miracle garden. Selain mempercantik, taman itu diharapkan bisa membantu memitigasi perubahan iklim.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 29 Des 2023, 15:00 WIB
Situasi Arboretum Lukito Daryadi yang menjadi lokasi Arborea Cafe. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki Tahun Baru 2024, Arboretum Ir. Lukita Daryadi akan berbenah. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono mengungkapkan pihaknya akan membangun Miracle Garden of Arboretum di kawasan Manggala Wanabakti mulai Januari 2024.

"Miracle Garden of Arboretum itu adalah pengembangan dari taman hutan atau Arboretum Lukito Daryadi yang di mana ini dibangun waktu tahun '78 saat kongres kehutanan sedunia ke-8 tahun 1978," kata Bambang ditemui di sela peringatan HUT ke-57 Polisi Kehutanan pada Kamis, 28 Desember 2023.

Pengembangan yang dimaksud adalah mengisi areal tanah yang masih terbuka dengan tanaman-tanaman bunga. Pihaknya menargetkan sekitar 25--50 spesies bakal ditanam di areal hutan kota sekitar 10 hektare tersebut.

"Salah satunya tabebuya," ujar Bambang lagi.

Menurut Bambang, selain memperindah arboretum, penanaman itu juga sebagai contoh upaya mitigasi perubahan iklim di kawasan kantor KLHK. Tanaman bunga itu melengkapi koleksi yang sudah ada sebelumnya, yakni sekitar 204 pohon yang berusia rata-rata 45 tahun. Koleksi itu ditanam pertama kali pada 1978 saat Kongres Kehutanan Sedunia ke-8 digelar di Jakarta.

"Kita jaga pelestarian ekosistem. Lahan yang terbuka menjadi tertutup. Ini salah satu contoh mitigasi perubahan iklim. Kalau pun ada polusi kendaraan atau emisinya belum bisa dikendalikan, bisa terserap oleh pohon," sahutnya seraya menambahkan bahwa sampah daun yang berserak diolah menjadi kompos.

Kehadiran taman itu, sambung dia, juga akan mempercantik areal sekitar Arborea Cafe yang berdiri sejak 2018. Ia meyakini pembangunan Miracle Garden of Arboretum akan meningkatkan kunjungan publik ke area tersebut, yang berarti menambah pendapatan negara bukan pajak (PNBP). "Targetnya (selesai) 2024, sebelum kabinet selesai," imbuhnya.


Target Capaian PNBP KLHK 2024

Situasi Arboretum Lukito Daryadi yang menjadi lokasi Arborea Cafe. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sebelumnya, dalam Refleksi KLHK Tahun 2023 pada Kamis, 28 Desember 2023, Kepala Biro Perencanaan KLHK Apik Karyana menyebutkan bahwa KLHK ditargetkan mendapat PNBP sebesar Rp7,49 triliun pada 2024. Ia menyebut angka itu sebagai lompatan sangat signifikan dibandingkan target 2023. Sementara, Pagu Belanja KLHK mencapai Rp7,71 triliun, atau naik 19,39 pada 2024.

Terkait hal itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyebutkan bahwa sumber PNBP terbesar untuk KLHK berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk tambang. "Itu paling gede, sama pemanfaatan jasa lingkungan di hutan," sambungnya.

Sekjen KLHK pun menerangkan bahwa yang dimaksud dengan pemasukan negara dari penggunaan kawasan hutan untuk tambang itu terkait biaya yang harus dibayarkan atas persetujuan penggunaan kawasan hutan. Sifatnya reguler, nilainya tergantung bukaan tambang, apakah di layer 1, layer 2, atau layer 3.

"Tarifnya itulah yang sekarang menjadi kewajiban PNBP," kata dia.

Secara umum, PNBP KLHK didapat setidaknya dari empat hal, yakni Sumber Daya Alam (SDA), hasil hutan kayu dan kayu bulat, iuran izin usaha pemanfaatan hutan, dan iuran penggunaan kawasan hutan. "Inilah empat sumber PNBP yang bertambah terus setiap tahun sampai Rp7 triliun. Dominasi terbesar dari Rp7 T itu penggunaan kawasan hutan setengahnya," imbuhnya.


Sejarah Arboretum Ir. Lukito Daryadi

Arboretum Lukito Daryadi yang menjadi lokasi Arborea Cafe. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Mengutip akun Facebook Museum Kehutanan "Ir. Djamaludin Suryohadikusumo", Arboretum Ir. Lukito Daryadi dulunya bernama Taman Hutan Persahabatan. Namanya mengacu pada Kongres Kehutanan Internasional pada 1978 yang dihadiri 96 delegasi negara, 15 delegasi lembaga internasional, serta 77 instansi kehutanan di Indonesia.

Saat diresmikan, ditanam 52 jenis pohon sebanyak 111 buah dari perwakilan delegasi negara, sedangkan instansi kehutanan seluruh Indonesia menanam 93 pohon dari 25 jenis. Di area taman tersebut juga terdapat Monumen "Forest for People", yakni instalasi berbahan tembaga yang menggambarkan tema Kongres Kehutanan Sedunia, yakni hutan untuk rakyat.

Pada 1989, taman tersebut diganjar penghargaan sebagai Taman Kota Terbaik Tingkat Wilayah Jakarta Pusat. Sementara, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kotamadya Jakarta Pusat menyatakan Arboretum itu sebagai 'Hutan Kota Terbaik' pada periode 2006/2007.

Nama taman hutan kota diganti menjadi Arboretum Ir. Lukito Daryadi, M.Sc, pada 5 Juni 2015, bertepatan dengan perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Itu adalah nama tokoh yang berjasa dalam bidang kehutanan dan lingkungan hidup. MenLHK Siti Nurbaya yang meresmikan perubahan nama tersebut. 


Arborea Cafe

Arborea Cafe yang berada di hutan kota Jakarta. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Pada 2018, Arborea Cafe dibuka. Bangunan kayu tiga lantai dengan desain minimalis bermaterial kayu berdiri sekitar 20 meter dari jalan masuk Arboretum.

Nama Arborea diambil dari nama latin jati putih, Gmelina arborea. Nama tersebut dipilih agar bunyinya selaras dengan nama hutan kota tempatnya berada, Arboretum.

"Konsepnya memang menyatu dengan alam. Semua yang di sana yang ramah lingkungan, termasuk tak ada gelas plastik atau sedotan plastik," kata Samidi, Ketua Koperasi Karyawan Kehutanan KLHK sebagai pengelola Arborea Cafe kepada Liputan6.com, Kamis, 22 Agustus 2019.

Bangunan kotak-kotak dengan ruang terbuka berundak-undak memungkinkan banyak tempat untuk duduk santai menikmati alam sekitar. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dalam kondisi terik sekalipun, membuat yang hadir lebih rileks dan damai walau suara bising kendaraan tetap terdengar. Kalau pun ada nyamuk datang mengigit, Samidi menyebut wajar karena begitulah situasi hutan sebenarnya.

"Tempat bangunan berdiri itu awalnya semacam jalan pertigaan. Itu di atas konblok, bukan di atas rumput atau tanah. Kita sama sekali tak mengganggu atau mengubah posisi tanaman," tutur Samidi.

infografis Hutan Sebagai Habitat Satwa. (Liputan6.com/Abdillah).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya