Pemilik Restoran Palestina Diancam Dibunuh Warga Pro Israel Usai Pasang Slogan From the River to the Sea di Buku Menu

Pemilik restoran Palestina menyatakan telah memasang slogan From the River to the Sea sejak sebelum pecahnya konflik Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023. Sang istri sampai takut keluar rumah.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 29 Des 2023, 17:01 WIB
Interior restoran Ayat yang menyajikan makanan Palestina di New York, AS. (dok. Instagram @ayat.ny/https://www.instagram.com/p/C1H6gi0uYBn/?img_index=1/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah restoran Palestina di Kota New York, Amerika, Serikat, jadi sasaran perundungan warga pro Israel setelah mereka memasang slogan "From the River to the Sea" di buku menu. Slogan itu dianggap seruan anti-semit oleh Liga Anti-Pencemaran Nama Baik untuk menghancurkan Israel.

Sang pemilik, Abdul Elenani dan Ayat Masoud, menerima ancaman pembunuhan hingga tudingan teroris karenanya. Lewat Instagram Story, mereka memperlihatkan sederet pesan bernada kebencian yang ditinggalkan para pro Israel.

Ada yang menuliskan bahwa "20.000 (korban) tidak cukup." Ada pula yang mengomentari "21.423 warga Palestina yang tidak manusiawi terbunuh di Gaza!!! Mudah-mudahan setiap jenazah sudah (membusuk) sebelum disekop ke dalam tanah."

"Slogan itu telah ada di menu kami sejak tahun lalu, jauh sebelum 7 Oktober 2023, dan slogan itu di komunitas kami selalu diartikan sebagai seruan untuk perdamaian dan kesetaraan bagi rakyat Palestina di negara mereka," kata Elenani, dikutip dari NY Post, Jumat (29/12/2023).

Karena itu, ia menganggap tudingan teroris terhadap mereka karena menampilkan slogan tersebut di buku menu Restoran Ayat adalah hal gila. "Setelah 7 Oktober (2023), hal itu ditafsirkan sebagai cara untuk membunuh, mengasingkan, menghilangkan, melakukan apapun terhadap semua orang Yahudi, yang sama sekali tidak sesuai dengan definisi kami. Itu membuat saya gila," tambahnya.

"Kami mendapat ancaman bom, ancaman pemboman lokasi kami. Itu konyol. Instagram kami adalah halaman untuk semua gerai, kami tidak memiliki laman individu," kata Elenani lagi seraya menambahkan istrinya sampai takut keluar rumah bersama bayi mereka yang baru lahir.


Ancaman Pembunuhan

Buku menu restoran Ayat yang menyajikan makanan Palestina di New York, AS. (dok. Instagram @ayat.ny/https://www.instagram.com/p/C1H6gi0uYBn/?img_index=1/Dinny Mutiah)

Restoran Ayat memiliki enam cabang, yakni di Bay Ridge and Industry City, Brooklyn, East Village, Staten Island and Allentown, Pennsylvania, dan yang terbaru di Ditmas Park, Brooklyn. Di akun Instagram mereka diperlihatkan dinding restoran dilukis mural yang menggambarkan Palestina. Terdapat pula buku menu bergambar perempuan Palestina yang menangis dengan tulisan "Hentikan Pendudukan" di sampulnya.

"Seseorang mengirim email ke kami dan mengatakan, 'Kami, orang Yahudi, akan memusnahkan Anda. Palestina tidak ada. Dari sungai hingga laut akan menjadi 100 persen Israel. Warga Palestina perlu dibunuh,'" katanya.

Elenani menyatakan tidak memaafkan kekerasan apapun di Palestina dan mengklaim dia tidak sepakat soal kekerasan yang diserukan pengunjuk rasa baik dari pihak pro Palestina maupun Israel. Menurut dia, Israel akan terus ada di sana.

"Israel perlu tetap berada di sana. Nama 'Israel' harus ada di sana. 'Palestina' juga perlu ada di sana. Ini adalah solusi dua negara yang damai," ujar Elenani.

Manajer Ditmas Park Hania Khattab menambahkan bahwa Elenani awalnya memasang slogan pada menu itu sebagai 'permainan kata-kata' untuk makanan laut. "Dia tidak melakukannya dengan tujuan menyakiti orang-orang," katanya.


Dukungan untuk Kemerdekaan Palestina

Restoran Ayat di kawasan Brooklyn, Amerika Serikat. (dok. Instagram @ayat.ny/https://www.instagram.com/p/C1H6gi0uYBn/?img_index=1/Dinny Mutiah)

Khattab menambahkan bahwa frasa tersebut "digunakan untuk mempromosikan kebebasan bagi warga Palestina." Ia menilai para pencela slogan tersebut memiliki 'mental korban' atau 'pola pikir korban.'

"Mereka berasumsi bahwa itulah yang kami maksud dengan (genosida) dengan 'Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka,' tapi itulah yang kami maksudkan. Ketika Anda mengatakan 'Dari sungai ke laut, Palestina akan merdeka,' itu adalah seruan untuk kebebasan bagi semua orang."

“Seperti yang kita ketahui, warga Palestina hidup di negara apartheid. Mereka tidak punya hak. Mereka tidak memiliki kebebasan, dan secara teknis, ini adalah tanah air mereka. Jadi mereka sedang diduduki."

Namun, pendapat itu ditentang anggota legislatif dari Partai Demokrat Kalman Yeger. Pria yang mewakili komunitas Yahudi di area Borough Park dan Midwood itu menilai Elenani telah menggunakan bahasa Hamas dan mengklaim sebagai sesuatu yang berbeda.

"Para pemilik restoran ini mungkin menganggap mereka lucu atau menggemaskan, namun frasa tersebut secara universal dikenal sebagai seruan untuk memusnahkan orang-orang Yahudi, dan saya merasa sulit untuk percaya bahwa mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan," tudingnya.


Genosida Palestina oleh Israel

Bola api meletus saat Israel membombardir Kota Gaza, Palestina, Senin (9/10/2023). Israel memberlakukan pengepungan total di Jalur Gaza dan memutus pasokan air karena terus mengebom sasaran-sasaran di daerah kantong Palestina yang padat penduduknya sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas yang disamakan dengan serangan 9/11. (MOHAMMED ABED/AFP)

Sementara itu, Euro-Mediterranean Human Rights Monitor (Euro-Med Monitor), sebuah organisasi hak asasi manusia (HAM) internasional, menyerahkan laporan pelanggaran HAM yang dilakukan tentara Israel dalam serangan di Jalur Gaza pada Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan UN rapporteurs atau pelapor PBB pada Selasa, 26 Desember 2023.

Laporan yang disebut mendokumentasikan pelanggaran HAM itu menggambarkan pembunuhan warga Palestina sebagai genosida dan menuntut penyelidikan atas serangan gencar yang sedang berlangsung, Anadolu Agency melaporkan. Pemantau Hak Asasi Manusia yang berbasis di Jenewa, dalam temuan awalnya yang diserahkan ke ICC dan pelapor PBB mendokumentasikan contoh eksekusi yang dilakukan oleh tentara Israel di Gaza.

Menurut perkiraan Euro-Med Monitor, lebih dari 28 ribu warga Palestina telah terbunuh sejak dimulainya kampanye genosida Israel di Jalur Gaza, jumlah tersebut mencakup mereka yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur dan kini dianggap tewas.

"Perempuan dan anak-anak merupakan 70 persen dari korban yang tercatat. Oleh karena itu, kematian warga Palestina merupakan angka korban sipil tertinggi di dunia pada abad ke-21," kata pernyataan Euro-Mediterranean Human Rights Monitor (Euro-Med Monitor) seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis, 28 Desember 2023.

Infografis Ambisi Israel Bangun Zona Demiliterisasi di Gaza dan Tudingan Genosida. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya