Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) atau Garuda Indonesia Group bakal bergabung dengan InJourney. Rencana tersebut diputuskan pada kuartal I 2024.
Ia melanjutkan, sebelum Garuda Indonesia Group bisa masuk ke dalam InJourney, pihaknya akan menyehatkan kinerja keuangannya terlebih dahulu.
Advertisement
"Jadi kalau Garuda mungkin tahun depan akan kita masukkan sebagian saham-nya ke InJourney, tapi pelita akan kita kaji apakah mau ke Garuda Indonesia atau mau ke InJourney langsung itu sedang kita kaji, tapi mungkin kuartal I akan kita kerjain nanti,” kata dia, Jumat (29/12/2023).
Di samping itu, ia belum bisa memastikan apakah maskapai milik Pertamina, Pelita Air akan merger dengan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia. Akan tetapi, kemungkinan Pelita Air akan langsung bergabung ke InJourney.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I menjamin Pelita Air tak akan hilang pasca perusahaan maskapai milik PT Pertamina (Persero) tersebut merger dengan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink.
"Oh enggak, kita nggak hilang. Brand-nya masih hidup. Jadi kita justru senang dengan brand Pelita Air supaya sama Citilink ada dua brand yang di kelas menengah dan LCC (Low Cost Cartier/maskapai penerbangan bertarif rendah)," jelasnya di Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2023.
Pria yang akrab disapa Tiko itu mengaku senang jika keduanya tetap beroperasi dengan brand masing-masing. Adapun pasca merger, Pelita Air bakal menyasar segmentasi pasar kelas menengah, sedangkan Citilink untuk di bawahnya.
"Itu sekarang tumbuh market sharenya dua-duanya, bahkan Pelita itu load factor-nya bisa 85 persen. Karena tinggi demand-nya di medium itu," imbuh Tiko.
Diskusi dengan Kemenhub
Terkait rencana merger Pelita Air dan Citilink, Kementerian BUMN disebutnya tengah berdiskusi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, untuk memindahkan lisensi dan armada Pelita Air kepada Citilink.
"Jadi tidak harus dalam bentuk merger PT-nya. Jadi idenya gitu, ya moga-moga, karena ini tergantung nanti secara kajian, kalau memang seperti itu kita lebih mudah," ujar Tiko.
"Karena kalau harus merger PT-nya kan, PT-nya kan berat, karena PT-nya kan kalau berita itu masih punya juga lapangan terbang. Ada Pondok Cabe, ada yang charter flight segala, itu yang kita inginnya hanya yang flight regular aja," tuturnya.
Advertisement
Wamen BUMN: Merger Pelita Air-Citilink Tunggu Garuda Indonesia Sehat
Sebelumnya diberitakan, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkap rencana terbaru penggabungan maskapai pelat merah, Pelita Air dan Citilink. Namun, proses integrasi ini masih menunggu Garuda Indonesia lebih sehat secara kinerja keuangan.
Diketahui, rencana awal, lisensi dan pesawat Pelita Air akan dialihkan ke Citilink. Kemudian, ada opsi lainnya untuk Pelita Air dan Citilink berada di bawah Holding BUMN Pariwisata, InJourney.
Namun, pria yang karib disapa Tiko ini mengatakan seluruh opsinya masih dalam proses diskusi dan terus berkembang.
Utamanya, ada pertimbangan kondisi maskapai pelat merah lainnya, Garuda Indonesia yang kondisi keuangannya masih perlu perhatian serius.
"Jadi ada dua opsi kan, opsinya Pelita masuk secara license ke Citilink atau Pelita ke InJourney, itu masih dikaji. Jadi belum ada decision dari saya mau ke InJourney atau ke Citilink, tapi tergantung dari kemampuan Garuda untuk restrukturisasi, kita akan review sampai akhir tahun apakah Garuda sudah sehat akhir tahun ini," ungkapnya di Ritz-Carlton, Jakarta, dikutip Selasa (7/11/2023).
Dia mengatakan, sarat mutlak untuk adanya integrasi itu adalah kesehatan dari kinerja Garuda Indonesia. Dia mengatakan, jika dilihat dari rute pelayanan, Garuda Indonesia sudah mencatatkan kinerja positif.
Kendati begitu, masih ada posisi ekuitas yang negatif. Aspek ini juga yang dinilai perlu menjadi perhatian serius di sektor aviasi BUMN.
"Harus sehat, harus sehat. Sekarang ini baru saya review. Garuda-nya secara result daripada rutenya sudah positif, Rp 100 juta-an. Artinya mereka sebenarnya mulai cashflow positif. Tapi kan negative equity, nah negative equity-nya itu sedang kita bereskan," kata dia.
"Karena kalau negative equity kan sulit untuk dapat leasing ke depan. Jadi ini kita rapikan dulu, seberapa cepat kita bisa lakukan untuk negative equity-nya berkurang," imbuh Tiko.
Kejar Perbaikan Ekuitas
Tiko menerangkan fokus Kementerian BUMN saat ini adalah menggenjot rasio ekuitas tadi pada batas minimum yang dipandang sehat. Penanganannya akan dikejar pada akhir 2023 ini, atau paling lambat di awal tahun 2024.
Tiko memaparkan, secara kinerja operasional anak perusahaan, sudah memasuki tren yang positif.
"Kita lagi review Garuda-nya dulu, sampai kapan dia benar-benar bisa minimum negative equity. Tapi kalau operasi, baik Garuda, Citilink, GMF bahkan Aero Wisata sudah positif. Tinggal negative equity-nya lagi kita tangani. kalau pun gak tahun ini, kuartal I (2024) mungkin kita kerjakan," pungkasnya.
Perlu dicatat, Garuda Indonesia Group sendiri sudah dalam bagian rencana untuk bergabung ke Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, InJourney. Syarat mutlaknya adalah kondisi maskapai pelat merah kelas premium itu sehat dari kondisi dan keuanganya.
Advertisement