Liputan6.com, Jakarta - Sejak 7 Oktober 2023, agresi Zionis Israel ke wilayah Jalur Gaza, Palestina terus berlangsung. Selama hampir tiga bulan, Israel telah membuat dua per tiga Gaza hancur.
Di antaranya 65 ribu rumah hancur dan 76 klinik dan rumah sakit berhenti beroperasi. Terbaru, laporan Reuters dari informasi otoritas Hamas mengatakan bombardir Israel menewaskan 165 orang di Gaza selama 24 jam terakhir, dikutip Minggu (31/12/2023).
Hal ini semakin membangkitkan amarah warga dunia. Atas nama kemanusiaan, aksi Bela Palestina pun terus terjadi di berbagai negara-negara dunia. Begitu juga dengan aksi boikot yang kian gencar dilakukan pada produk Israel dan afiliasinya.
Sebut saja barang-barang keperluan rumah tangga dari brand Unilever, produk makanan dan minuman dari Nestle, restoran cepat saji McDonald's, KFC, kedai kopi Starbucks, minuman bersoda Coca Cola dan Pepsi hingga Danone dengan produk air minumnya.
Setelah kontroversi brand fesyen Zara membuat aksi boikot produk ini kian massif, kini sasaran juga ditujukan pada perusahaan raksasa di bidang layanan kesehatan dan barang konsumsi, Johnson & Johnson. Banyak kelompok hak asasi manusia (HAM) telah menyerukan boikot terhadap Johnson & Johnson atas keterlibatannya dalam mendukung aksi penjajahan Israel terhadap Palestina.
Hal ini kian diperparah dengan aksi mantan petingginya. Mantan Wakil Presiden Johnson & Johnson Sam Maldonado menyatakan ujaran kebenciannya di media sosial. Ia meminta pemerintah Israel untuk membunuh semua warga Palestina.
Dalam LinkedIn-nya, Sam menulis bahwa orang-orang mungkin menyebut ini pembersihan etnis atau genosida, tetapi, dia katakan, orang-orang terpilih tahu bahwa ini adalah ketaatan kepada Tuhan.
Baca Juga
Advertisement
Islamic Information Foundation, yang berbasis di Inggris, memasukkan nama Johnson & Johnson di antara 140 merek global populer dalam Kampanye Boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang mendukung agresi Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Keterlibatan perusahaan ini dengan Israel yakni saat Johnson and Johnson menerima Jubilee Award yang diberikan oleh Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu. Lalu ada pula akuisisi besar Biosense sebesar 400 juta dolar AS yang kian menguatkan keterlibatan perusahaan tersebut dalam lanskap ekonomi Israel.
Penerimaan Johnson & Johnson atas Jubilee Award yang diberikan oleh Perdana Menteri Israel Netanyahu, dan akuisisi besar Biosense sebesar 400 juta dolar AS menggarisbawahi keterlibatan perusahaan tersebut dalam lanskap ekonomi Israel.
Perusahaan ini diketahui sudah berdiri sejak 1886 diusung oleh kakak beradik Robert, James, dan Edward Johnson di Amerika Serikat. J&J kini punya 260 perusahaan operasional di 60 negara dengan 134 ribu karyawan. Adapun pemilik utamanya adalah perusahaan yang disebut-sebut afiliasi Israel seperti Vanguard Group Inc, BlackRock, State Street Corp, JPmorgan, dan Morgan Stanley.
Simak Video Pilihan Ini:
Afiliasi Brand Asing dengan Israel
Tidak hanya Johnson and Johnson, merek global lainnya yakni Danone juga tak luput dari sasaran boikot. Sebagai perusahaan besar yang taat governance, Danone memang terbuka atas informasi untuk publik. Termasuk kepemilikan saham penting perusahaan investasi terbesar di dunia bernama BlackRock yang ditanam di Danone.
Tentakel investasi BlackRock dikenal menggurita di banyak perusahaan pembuat senjata tempur modern termasuk Lockheed Martin, RTX, Northrop Grumman, Elbit Systems, L3Harris Technologies, ThyssenKrupp, Caterpillar, Boeing, dan General Dynamics. Mirisnya, senjata modern buatan semua perusahaan yang dimodali BlackRock tersebut digunakan militer Israel melakukan serangan acak di wilayah Palestina, di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
CEO BlackRock, Larry Fink juga secara terbuka menyatakan mendukung Israel. Bahkan ia menyebut, Hamas sebagai “teroris” yang menyerbu Israel dan menjadi pemicu masalah di Jalur Gaza. “Invasi Hamas di Israel adalah tindakan mengerikan yang menciptakan ketakutan. Kehadiran Kapal Induk USS Gerald Ford (ke Laut Tengah) adalah bentuk pernyataan luar biasa dari Amerika Serikat (AS). Situasinya sangat dinamis. Tentunya ini akibat mengerikan dari tindakan teroris Hamas, yang berdampak dengan hal-hal terkait Jalur Gaza,” kata Larry Fink saat diwawancarai CNBC (13/10).
“Kami punya kantor di Israel. Kami harus memastikan bahwa setiap karyawan kami aman, keluarga mereka aman. Bahkan, beberapa karyawan kami dipanggil bergabung ke militer,” kata Larry Fink.
Namun Danone Indonesia sendiri telah membantah perusahaan terafiliasi dengan Israel. November lalu, Corporate Communication Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menyatakan Danone tak punya pabrik di Israel dan tak punya afiliasi politik apa pun di seluruh dunia. "Danone merupakan entitas bisnis yang tidak memiliki keterkaitan atau melibatkan diri dalam pandangan politik ataupun hal-hal di luar wilayah bisnis," kata Arif dalam rilis kepada media (13/11).
Di sisi lain, Danone Indonesia juga memberikan sumbangan air minum dalam kemasan (AMDK) Aqua ke warga Palestina di Jalur senilai Rp3,13 miliar yang disalurkan melalui beragam organisasi dan lembaga kemanusiaan. Di antaranya melalui Lembaga Amil Zakat infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LazisNU), LazisMU Pengurus Pusat Muhammadiyah, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan terakhir melalui Kedutaan Besar Palestina senilai Rp 630 juta.
Namun demikian catatan media di Israel sendiri membenarkan kehadiran Danone melalui investasi asing di negeri itu. Harian The Times of Israel dan The Jerusalem Post pada April dan Mei 2023, memberitakan Danone menanamkan investasi di sebuah perusahaan startup Israel bernama Wilk sebesar US$3,5 juta atau sekitar Rp50 miliar.
“Bukan jumlah investasinya yang menarik, melainkan identitas para investor, Danone akan memimpin putaran investasi. Bagi Danone, ini adalah investasi strategis dalam sebuah perusahaan food-tech Israel yang akan mengarah pada kolaborasi strategis pertama di dunia, untuk mengembangkan komponen susu olahan yang akan menjadi pengganti susu ibu,” dikutip dari Jerusalem Post (22/5).
Investasi Danone lainnya di Israel adalah penguasaan 20 persen saham Danone di perusahaan konglomerat makanan di Israel, Strauss Group. Strauss Group ini diketahui menjadi pendukung kuat militer Israel yang dikenal sangat brutal terhadap warga Palestina.
Advertisement