Liputan6.com, Jakarta - Lontiok merupakan rumah panggung tradisional masyarakat yang ada di Kabupaten Kampar Kepulauan Riau. Pada tahun 2017, Rumah Lontiok Riau tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
Pada perkembangannya, rumah lontiok kini semakin jarang ditemui, bahkan seiring bertambahnya usia terlihat semakin tidak terawat. Jenis kayu yang digunakan untuk bangunan rumah lontiok adalah kayu-kayu keras yang dapat bertahan lama. Di antaranya kayu kulim, terembesi, resak, atau kayu punak.
Lantai biasanya terbuat dari kayu medang atau punak, tiang terbuat dari kulim atau punak, jendela, dan dinding terbuat dari kayu-kayu sejenis. Pada masa dahulu, bagian atap dibuat menggunakan ijuk, rumbia, atau daun nipah.
Baca Juga
Advertisement
Diketahui, Lontiok berasal dari dialek Kampari yang berarti lentik. Nama rumah ini diambil dari bentuk atapnya yang melengkung.
Sementara itu, nama lain rumah ini adalah Rumah Lancang atau Pencalang karena bentuk rumah yang menyerupai perahu kasar.
Rumah Lontiok ditopang oleh beberapa tiang. Rumah ini sengaja dibangun tinggi untuk beberapa keperluan.
Pertama, ketinggian rumah Lontiok berguna untuk melindungi rumah tangga dari serangan binatang buas seperti ular atau harimau. Selain untuk binatang buas, ketinggian rumah Lontiok juga berguna untuk mencegah serbuan suku lain di masyarakat Pedesaan.
Proses Akulturasi
Kedua, ketinggian rumah Lontiok juga berguna untuk memelihara hewan atau beternak. Ruang kolong rumah yang cukup luas dimanfaatkan sebagai kandang hewan.
Selain sebagai kandang hewan, bagian kolong rumah Lontiok juga berfungsi sebagai gudang, baik untuk menyimpan makanan maupun perahu. Tingginya rumah Lontiok berarti membutuhkan tangga untuk masuk ke dalam rumah.
Tangga menuju rumah Lontiok menjadi salah satu ciri khas rumah tersebut. Jumlah anak tangga biasanya ganjil karena disesuaikan dengan kepercayaan masyarakat Kampala.
Rumah Lontiok juga mempunyai ciri khas dari bentuk atap rumah Lontiok yang melengkung. Bentuk atap rumah yang melengkung melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Keberadaan Lontiok merupakan hasil dari alkulturasi dari masyarakat Kampar yang berbaur dengan Minangkabau. Dasar dan dinding rumah berbentuk seperti perahu, ini adalah ciri khas masyarakat Kampar, dan bentuk atap lentik (lontik) merupakan ciri khas arsitektur Minangkabau.
Proses alkulturasi arsitektur terjadi karena daerah Kampar merupakan alur pelayaran, antara Limopuluah Koto, Minangkabau, menuju dari Limo Koto, Kampar.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement