Lima Gejala Stres Saat Macet di Jalan Raya, Kenali Lebih Jauh Traffic Stress Syndrome

Salah satu ciri khas pengendara yang stres adalah bagaimana mereka dengan mudahnya membunyikan klakson di jalan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 03 Jan 2024, 21:00 WIB
Ilustrasi situasi jalan macet (d8aspring.com)

Liputan6.com, Bandung - Pada masa liburan nasional tak dipungkiri antrian kendaraan di jalan raya yang berpotensi macet dipastikan terjadi. Rencana awal refreshing berubah menjadi stres akibatnya.

Untuk terhindar dari stres disaat macet di jalan raya, ada baiknya Anda mengenali gejalanya. Nama kerennya Traffic Stress Syndrome, ini terjadi dimana kondisi Anda stres karena kemacetan.

Stres memang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Bagi orang yang tinggal di kota besar, jalanan yang macet bisa menjadi salah satu sumber stres.

Menghabiskan waktu selama berjam-jam di jalan untuk menempuh jarak yang sebenarnya cukup dekat tentu bukanlah hal yang menyenangkan.

Belum lagi Anda mungkin bertemu pengendara lain yang tidak taat aturan atau dikejar waktu karena tuntutan.

Menurut penjelasan dr. Mikhael Yosia, General Practitioner Medicine Sans Frontières (MSF), di laman Hello Sehat, salah satu ciri khas pengendara yang stres adalah bagaimana mereka dengan mudahnya membunyikan klakson di jalan.

"Pada dasarnya, tanda-tanda stres karena macet sama seperti stres pada umumnya," jelas Mikhael, dicuplik Senin, 1 Januari 2023.

Selain itu, Anda mungkin merasakan berbagai gejala lain saat berkendara. Mikhael mengatakan ada lima gejala yang dirasakan saat mengalami stres di jalan, diantaranya:

1. Cemas,

2. Mudah marah,

3. Kesulitan konsentrasi,

4. Peningkatan detak jantung, serta

5. Timbulnya gejala stres fisik, seperti otot kaku dan kelelahan.

Sering kali, berbagai gejala stres tersebut bahkan tidak hilang setelah Anda sampai di tempat tujuan. Berdasarkan penelitian medis, pemicu stres saat di perjalanan dapat terjadi ke pengemudi bahkan penumpangnya.

 


Bagaimana Macet Memicu Stres?

Ada berbagai cara bagaimana macet bisa menyebabkan stres bagi pengendara maupun penumpang. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

1. Ketidakpastian

Saat terjebak macet, Anda tidak bisa memastikan berapa lama lagi perlu menunggu hingga bisa kembali melanjutkan perjalanan dan sampai ke tempat tujuan.

Ketidakpastian tersebut sering kali menimbulkan kegelisahan karena Anda tidak bisa merencanakan sesuatu dengan baik sesuai dengan keinginan.

2. Rasa kesal

Bukan hanya masalah waktu, selama menunggu di tengah kemacetan, sering kali Anda harus bertemu dengan pengemudi lain yang menjengkelkan.

Melihat pengemudi lain memotong jalan, buang sampah sembarangan, atau membunyikan klakson secara berlebihan, tentu bisa meningkatkan risiko stres selama Anda terjebak macet.

3. Kecemasan

Rasa tidak berdaya selama terjebak dalam kemacetan sering kali meningkatkan rasa cemas. Pasalnya, di tengah kemacetan tersebut, Anda mungkin juga mengkhawatirkan berbagai hal.

Anda mungkin khawatir akan terlambat menuju kantor, kehilangan janji atau kesempatan, maupun menghadapi kesulitan lainnya akibat kemacetan.

4. Merasa tidak produktif

Waktu yang terbuang selama terjebak macet juga bisa membuat seseorang merasa bersalah atau bahkan stres karena merasa tidak produktif.

Sebagian besar pengendara pasti berpikir bahwa waktu yang dihabiskan saat macet bisa digunakan untuk melakukan hal lain yang lebih produktif.

Selain berbagai kondisi seperti di atas, faktor lain seperti konflik batin yang sudah dibawa sejak sebelum berkendara juga bisa memperparah kondisi Anda.


Mengurangi Risiko

Mikhael menjelaskan kemacetan memang bukanlah suatu kondisi yang bisa dikendalikan. Namun, Anda tetap bisa melakukan berbagai hal berikut untuk mengurangi risiko terjadinya traffic stress syndrome.

1. Pertimbangkan untuk menggunakan transportasi umum jika di wilayah Anda ada jalur khusus untuknya. Dengan jalur khusus, risiko macet bisa menjadi lebih kecil.

2. Isi kemacetan dengan suatu kegiatan yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik.

3. Pertimbangkan untuk berangkat kerja lebih pagi.

4. Pelajari teknik pernapasan untuk mengurangi stres.

5. Gunakan waktu saat macet untuk melakukan hal-hal yang tidak sempat Anda lakukan sebelum berangkat, seperti merapikan makeup atau makan camilan.

6. Gunakan jatah cuti Anda sebaik mungkin untuk menghindari macet pada jam kerja.

"Jika Anda merasa bahwa stres karena macet sudah tidak tertahankan sampai mengganggu produktivitas sehari-hari, tidak ada salahnya untuk pergi ke psikolog," ungkap Mikhael.

Kondisi traffic stress syndrome ini didukung oleh pertumbuhan jumlah pembelian kendaraan yang tidak disertai dengan pelebaran jalan merupakan salah satu sumber utama kemacetan.

Ditambah lagi, tak sedikit yang memilih menggunakan kendaraan pribadi karena menilai bahwa transportasi umum belum cukup memadai.

Selain menghabiskan waktu dan menguras kesabaran, kemacetan rupanya juga berdampak pada kesehatan mental.

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh International Online Medical Council (IOMC) menunjukkan bahwa menghabiskan waktu lebih dari 3 jam 10 menit per hari untuk berkendara bisa meningkatkan risiko stres hingga 80,4 persen.

Selain itu, macet juga erat kaitannya dengan peningkatan agresivitas (52,2 persen) dan kegugupan (74,2 persen).

Hal tersebut mungkin disebabkan karena kemacetan paling sering terjadi pada jam-jam sibuk, terutama saat orang-orang dikejar untuk segera sampai di tempat tujuan.

Hal serupa juga ditemukan di Indonesia. Sebuah penelitian di Bekasi pada 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pengendara mengaku stres saat macet.

Penelitian tersebut melibatkan setidaknya 61 pengendara, baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.

Kondisi tersebut terjadi karena mereka harus menghabiskan waktu hingga dua kali lipat di jalan karena terjebak macet.

Jadi alangkah lebih baiknya saat perjalanan bersama keluarga atau sendirian tidak memaksakan diri mengendarai kendaraan jika kemungkinan arus lalu lintas macet.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya