Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel memperkirakan konflik di Gaza akan berlanjut sepanjang tahun 2024.
Dalam pesan Tahun Baru 2024, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan pengerahan pasukan disesuaikan untuk mempersiapkan "pertempuran berkepanjangan".
Advertisement
Hagari mengatakan beberapa pasukan, terutama pasukan cadangan, akan ditarik agar mereka dapat berkumpul kembali.
"Adaptasi ini dimaksudkan untuk memastikan perencanaan dan persiapan melanjutkan perang pada tahun 2024," ujarnya, seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (2/1/2024).
"IDF harus membuat rencana ke depan berdasarkan pemahaman bahwa akan ada misi tambahan dan pertempuran akan berlanjut hingga sisa tahun ini."
Dia mengatakan bahwa beberapa pasukan cadangan akan meninggalkan Gaza "secepatnya pada minggu ini" untuk memungkinkan mereka mempersiapkan diri menjelang operasi militer mendatang.
Sekitar 21.978 orang – sebagian besar perempuan dan anak-anak – telah terbunuh di Gaza sejak perang Israel Vs Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. Laporan terkini menyebutkan 56.697 orang di Gaza terluka dalam periode yang sama.
Jumlah tersebut termasuk 156 orang tewas dan 246 orang terluka dalam 24 jam terakhir, tambah kementerian tersebut.
Perang terbaru ini dipicu oleh serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok bersenjata Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan sekitar 240 lainnya disandera.
Serangan Israel Masih Terjadi
Israel terus membombardir Gaza hingga akhir tahun kelam di wilayah tersebut.
Tentara IDF (Israel) mengatakan pihaknya membunuh seorang komandan senior Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober, Adil Mismah, dalam serangan semalam di Kota Deir al-Balah.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 48 orang tewas dalam pemboman semalam di Kota Gaza. Para saksi mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa serangan lain menewaskan 20 orang yang berlindung di Universitas Al-Aqsa di barat kota.
Serangan lain pada Senin 1 Januari pagi dikatakan telah menewaskan sedikitnya 10 orang di kamp pengungsi al-Maghazi.
Advertisement
Hamas Mulai Tahun Baru 2024 dengan Serangan Roket ke Israel dari Gaza
Orang-orang yang berkumpul di jalan untuk merayakan malam tahun baru 2024 pun berlindung, sementara yang lain tetap berpesta.
Serangan terhadap Israel selatan terjadi pada tengah malam (22:00 GMT) dan serangan lain yang menargetkan Tel Aviv terjadi semenit kemudian, menurut wartawan AFP.
"Saya ketakutan, seperti pertama kalinya saya melihat rudal, itu menakutkan," kata Gabriel Zemelman kepada AFP di luar bar di Tel Aviv tempat dia datang untuk merayakannya bersama teman-temannya.
Sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengaku bertanggung jawab atas kedua serangan tersebut dalam sebuah video yang diposting di media sosial. Mereka mengatakan menggunakan roket M90 sebagai "respons terhadap pembantaian warga sipil" yang dilakukan oleh Israel.
Militer Israel membenarkan serangan tersebut. Hamas "memutuskan untuk memulai tahun 2024 dengan meluncurkan rentetan roket ke Israel", kata pihak militer dalam sebuah postingan di media sosial.
Konvoi Bantuan Diserang Militer Israel
Sebelumnya, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan pada Jumat, 29 Desember 2023 bahwa konvoi bantuan diserang oleh militer Israel di Jalur Gaza, beruntung tak menimbulkan korban jiwa.
"Tentara Israel menembaki konvoi bantuan ketika mereka kembali dari Gaza utara melalui rute yang ditentukan oleh tentara Israel. Pemimpin konvoi internasional kami dan timnya tidak terluka, tetapi satu kendaraan mengalami kerusakan," tulis direktur UNRWA di Gaza, Tom White, di X.
Menurut UNRWA, kejadian itu terjadi pada Kamis, 28 Desember sore.
Militer Israel menanggapi permintaan komentar dengan mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki laporan tentang insiden tersebut.
Sebelumnya pada hari Jumat, kepala kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, menulis sebuah unggahan di X menggambarkan apa yang disebutnya "situasi yang mustahil bagi masyarakat Gaza, dan bagi mereka yang mencoba membantu mereka".
Griffiths mengatakan konvoi bantuan telah ditembaki, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Anda pikir memasukkan bantuan ke Gaza itu mudah? Coba pikirkan lagi," kata Griffiths.
Sementara itu, sebelumnya anggota kabinet perang Israel Benny Gantz memperingatkan, pihaknya akan melakukan intervensi jika Hizbullah tidak berhenti menembaki Israel utara.
"Waktu untuk solusi diplomatik hampir habis," ujarnya, seperti dilansir BBC.
Di lain pihak, Panglima Angkatan Pertahanan Israel Herzi Halevi menuturkan pasukannya berada dalam kesiapan yang sangat tinggi untuk menghadapi lebih banyak pertempuran di wilayah utara.
"Tugas pertama kami adalah memulihkan keamanan dan rasa aman warga di Utara dan ini akan memakan waktu," kata Halevi, setelah melakukan penilaian situasi.
Baku tembak lintas batas Lebanon Vs Israel telah meningkat sejak perang Hamas Vs Israel terbaru dimulai pada 7 Oktober.
Sumber keamanan israel mengungkapkan kepada Reuters pada Rabu (27/12), Hizbullah melancarkan serangan lintas batas dalam jumlah tertinggi dalam satu hari sejak 8 Oktober. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perang di Jalur Gaza akan meluas ke seluruh wilayah.
"Situasi di perbatasan utara Israel menuntut perubahan," kata Gantz dalam konferensi pers pada Rabu malam.
"Jika dunia dan pemerintah Lebanon tidak bertindak untuk mencegah penembakan terhadap penduduk Israel di utara dan menjauhkan Hizbullah dari perbatasan, IDF akan melakukannya."
Duta Besar Lebanon di Inggris, Rami Mortada, mengatakan justru negaranya yang menerima serangan dan pihak yang harusnya menahan diri adalah Israel. "Kami tidak tertarik pada eskalasi. Semua pihak perlu melakukan deeskalasi," ujarnya.
Advertisement