Liputan6.com, Jakarta - BNI Asset Management atau BNI AM mencermati investasi reksa dana pada 2024 masih prospektif, dengan tetap menyesuaikan profil risiko investor.
Direktur Investasi BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih menuturkan, hal yang melatarbelakangi sentimen global dan domestik sepanjang 2024 lebih didorong oleh potensi rencana pelonggaran kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga yang diekspektasikan lebih awal dari sebelumnya pada 2024 akibat tingkat inflasi yang lebih terjaga dan terukur.
Advertisement
"Hal tersebut dapat berpotensi menurunkan tingkat imbal hasil obligasi ke depannya. Di sisi lain hal justru dapat memberikan dampak positif pada perusahaan untuk ekspansi, serta mengurangi beban biaya bunga ke depannya," kata Putut kepada Liputan6.com, Selasa (2/1/2023).
Ia melanjutkan, tahun politik 2024 ini menjadi perhatian investor asing untuk investasi, di mana investor asing lebih menyukai politik yang kondusif dan stabil.
Dia bilang, produk reksa dana yang dapat dicermati untuk para investor pada 2024 adalah reksa dana berbasis pendapatan tetap yang memiliki durasi menengah ke panjang untuk menangkap peluang penurunan imbal hasil obligasi akibat potensi penurunan suku bunga pada tahun ini. Misalnya, reksa dana BNI AM Pendapatan Tetap Quality Long Duration, serta BNI AM Pendapatan Tetap Syariah Ardhani berbasis sukuk.
Adapun untuk reksa dana dengan tingkat volatilitas yang lebih rendah adalah BNI AM Short Duration Bond Index. Selain itu, adapun produk reksa dana pasar uang untuk investor pemula dan/atau cash management seperti BNI-AM Dana Likuid dan BNI-AM Lancar Syariah.
Risiko yang Bayangi Reksa Dana
"Pada produk investasi berbasis saham, kami melihat terdapat potensi kenaikan nilai investasi dengan adanya tantangan tingkat risiko yang masih tinggi dari pasar global. Baik dari risiko geopolitik, kekhawatiran resesi dan perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi permintaan ekspor Indonesia, dan risiko tahun pemilu di 2024," imbuhnya.
Alhasil, BNI AM lebih merekomendasikan pada portofolio investasi dengan underlying saham dengan kapitalisasi besar yang berfundamental baik, memiliki tingkat dividen yang relatif tinggi, dan tingkat profitabilitas yang tinggi diatas rata-rata industri, antara lain pada reksa dana BNI-AM SRI-KEHATI (ESG), BNI-AM IDX High Dividend 20, dan BNI-AM Indeks IDX30 (BNI30).
Menurut ia, terdapat sejumlah risiko baik dari global maupun domestik yang mempengaruhi reksa dana. Pertama, risiko global, seperti risiko perubahan arah kebijakan moneter bank sentral dunia, terutama kebijakan the Fed, risiko perlambatan atau resesi ekonomi global, dan risiko geopolitik di beberapa wilayah di dunia.
Kedua, risiko domestik, yakni risiko politik 2024 yang dapat mengubah kebijakan pemerintah ke depan, risiko defisit transaksi berjalan akibat volatilitas atau perlambatan ekonomi global serta ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia apakah sesuai dengan ekspektasi atau target Bank Indonesia di level 4,75%-5,5% secara tahunan untuk 2024.
Advertisement
Dana Kelolaan Reksa Dana Lesu, OJK Beberkan Penyebabnya
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut nilai dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) reksa dana mengalami penurunan hingga 22 Desember 2023. Ini mengingat, terdapat batasan yang dilakukan OJK terhadap sejumlah manajer investasi dalam menerbitkan produk baru.
Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal OJK Luthfy Zain Fuady menuturkan, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana turun dibandingkan dengan tahun lalu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal.
Misalnya, sejumlah produk reksa dana yang ada mengalami jatuh tempo. Kemudian, dipengaruhi juga oleh peraturan cipta kerja yang membuat para investor ini menjadi beralih dari instrumen investasi reksa dana.
"Ada juga beberapa pembatasan yang dilakukan oleh OJK terhadap beberapa MI untuk membuat produk baru mungkin itu yang kita lihat sebagai penyebab kenapa NAB maupun total AUM tidak tumbuh atau belum tumbuh sesuai yang kita harapkan,” kata Luthfy dalam konferensi pers, Jumat (29/12/2023).
Dia bilang, nilai aktiva bersih (NAB) mencapai Rp 494,56 triliun hingga 28 Desember 2023. Angka itu merosot 2,04% dibandingkan dengan akhir tahun lalu sebesar Rp 504,86 triliun.
Adapun total dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana menyentuh Rp 807,75 triliun. Capaian tersebut mengalami penurunan 2,39% daripada periode akhir tahun lalu.
Tak hanya itu, jumlah produk reksa dana pun ikut menurun menjadi 1.858 produk dari akhir tahun lalu sebanyak 2.120 produk atau turun 12,36%.
Meneropong Investasi Reksa Dana pada Tahun Politik
Sebelumnya diberitakan, PT KISI Asset Management (KISI AM) melihat pelaku pasar masih cenderung wait and see saat memasuki momentum tahun politik pada 2024.
Ini mengingat, gelaran pesta demokrasi tersebut biasanya membuat investor melakukan monitoring terhadap situasi politik dan sebagainya.
Direktur KISI Asset Management Arfan Fasri Karniody menuturkan, pihaknya optimistis kondisi pasar modal akan bergairah pada tahun pemilihan umum (pemilu). Dengan demikian, ia tidak melihat sentimen negatif saat tahun politik.
"Saya yakin pemilu ini efeknya positif karena pergantian pemerintahan akan memberikan angin segar," kata Arfan dalam konferensi pers, Jumat (24/11/2023).
Dalam rangka melihat potensi tersebut, ia mengatakan agar investor bisa memulai mencermati instrumen investasi reksa dana.
KISI IDX30 ETF telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEl) dan dapat diperjualbelikan di BEI dengan kode perdagangan XKID.
Ia melanjutkan, reksa dana indeks KISI IDX30 ETF merupakan ETF dengan acuan indeks IDX30, yaitu indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Indeks ini dirancang untuk memberikan gambaran yang representatif tentang kinerja pasar saham Indonesia secara keseluruhan.
Dia bilang, penyertaan saham-saham dalam indeks ini didasarkan pada sejumlah kriteria, yakni kapitalisasi pasar, likuiditas, dan faktor-faktor lain yang relevan.
"Ini boleh dibilang representasi saham-saham kapitalisasi besar sangat likuid dan dengan nama boleh dibilang menggambarkan kondisi market,” kata Mustofa.
Advertisement
KISI IDX30 ETF
KISI IDX30 ETF ditawarkan kepada masyarakat dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) awal 1000 atau minimum pembelian Unit Penyertaan melalui Dealer Partisipan (PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia) adalah sebesar 1 Satuan Kreasi.
Tujuan investasi dari produk KISI IDX30 ETF adalah memberikan alternatif investasi yang efisien dan transparan untuk para pelaku pasar di Indonesia yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia melalui investasi sesuai dengan kebijakan investasi.
Kebijakan investasi dari produk ini adalah minimum 80 persen dari Nilai Aktiva Bersih pada Efek bersifat ekuitas yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia serta terdaftar dalam Indeks IDX30 dan maksimum 20 persen dari Nilai Aktiva Bersih pada instrumen pasar uang dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 tahun dan atau deposito sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Investasi pada saham-saham yang terdaftar dalam Indeks IDX30 tersebut akan berjumlah sekurang-kurangnya 80 persen dari keseluruhan saham yang terdaftar dalam Indeks IDX30.
Sedangkan porsi tiap-tiap saham akan ditentukan secara prorata mengikuti bobot (weighting) masing-masing saham terhadap Indeks IDX30, dimana pembobotan atas masing-masing saham adalah paling kurang 80 persen dan paling banyak 120 persen dari bobot masing-masing saham yang bersangkutan dalam Indeks IDX30.