Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat, realisasi anggaran subsidi energi untuk BBM, LPG, Listrik sampai pupuk mencapai Rp 269,6 triliun sepanjang 2023.
Realisasi tersebut membengkak 6,6 persen secara tahunan (year on year) atau sebesar Rp 252,8 triliun dibandingkan 2022.
Advertisement
Sri Mulyani menyebut, pembengkakan subsidi energi dipengaruhi oleh realisasi subsidi non-energi yang meningkat. Diantaranya subsidi pupuk dan Bunga KUR.
Bendahara Negara merinci, subsidi non energi mencapai Rp 105,3 triliun atau tumbuh 30,1 persen yoy. Rinciannya subsidi pupuk mencapai Rp 42,1 triliun atau tumbuh 41,3 di tahun 2023. Sementara subsidi bunga KUR sebesar Rp 46,9 triliun atau tumbuh 60,8 persen pada 2023.
"Dari sisi jumlah belanja subsidi Rp 269,6 triliun, naik sedikit dari tahun lalu 2022. Ini subsidi, bukan kompensasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN 2023 di Gedung Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (2/1/2024).
Subsidi Energi
Sementara itu, realisasi subsidi energi di 2023 mencapai Rp 164,3 triliun. Rinciannya subsidi BBM dan LPG 3 kg sebesar Rp 95,6 triliun, lalu subsidi listrik sebesar Rp 68,7 triliun.
Sri Mulyani melanjutkan, penyaluran subsidi tersebut menjangkau 16,5 juta kiloliter (KL) BBM jenis solar dan minyak tanah. Kemudian, LPG 3 kg 7,7 juta metrikton (MT), dan subsidi bagi 40 juta pelanggan listrik bersubsidi.
Ke depan, Sri Mulyani berharap PT Pertamina (Persero) terus memperketat penyaluran BBM subsidi maupun LPG 3 kg. Sehingga, penyaluran subsidi lebih tepat sasaran di tahun 2024.
"Untuk pupuk juga kita bagikan berdasarkan nama dan lokasi, sehingga kita juga tau petani mana yang benar-benar kita mau bantu," pungkas Sri Mulyani.
Kuota Solar Subsidi Jebol, BPH Migas Pastikan Tak Lebih 5%
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memastikan kelebihan konsumsi Solar subsidi terhadap kuota yang ditetapkan tak akan terlampau besar. Kisaran paling tinggi diprediksi ada di 3-4 persen.
Kepala BPH Migas Erika Retnowati mengatakan adanya prediksi peningkatan konsumsi. Adapun realisasi konsumsi Jenis BBM Tertentu Solar pada 2023 sudah mencapai 17,46 juta kilo liter (KL) dari kuota 17 juta KL.
Dengan begitu, ada penyaluran berlebih sekitar 0,46 juta KL atau sekitar 2,69 persen lebih tinggi dari kuota yang ditetapkan.
"Memang proyeksi dari realisasi akhir tahun akan melebihi kuotanya paling sekitar 3-4 persen," ucap Erika dalal Konferensi Pers, di Bogor, dikutip Minggu (31/12/2023).
Dia mengatakan, salah satu alasan melonjaknya konsumsi solar karena aktivitas masyarakat yang semakin banyak. Alhasil, inu turut berpengaruh ke konsumsi BBM.
"Kenapa lebih? Bahwa itu terjadi adanya geliat ekonomi setelah selesai pandemi. Artinya ekonomi tumbuh, kegiatan masyarakat otomatis bertambah dan pada saat itu tidak kami prediksi setinggi itu kegiatanya," tuturnya.
Kemudian, Erika membidik ada kenaikan lagi karena masuknya masa kampanye pemilu. Namun, dia memastikan kembali penyalurannya tidak melebihi terlalu tinggi dari kuota.
"Dan juga memang ada tambahan kegiatan kampanye seperti itu, tapi insyaa Allah tak akan melebihi 5 persen kenaikannya, paling 4 persen," tuturnya.
Advertisement
Konsumsi Solar Subsidi Melebihi Kuota
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penyaluran Jenis BBM Tertentu (JBT) solar bersubsidi melebihi kuota. Hal ini terjadi lantaran adanya peningkatan kegiatan masyarakat usai pandemi covid-19 berakhir.
Kepala BPH Migas Erika Retnowati mencatat konsumsi masyarakat semakin meningkat seiring dengan berlalunya pandemi. Termasuk konsumsi JBT Solar bersubsidi dan konsumsi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite.
"Peningkatan konsumsi BBM tersebut menyebabkan realisasi JBT diperkirakan akan melebihi kuota yang telah ditetapkan pemerintah pada awal tahun 2023," ujar Erika dalam Konferensi Pers, di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/12/2023).
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com