Liputan6.com, Jakarta - Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah paling utama dalam Islam. Muslim yang membaca Kitab Suci itu tentu saja akan mendapatkan pahala.
Membaca Al-Qur’an juga memiliki keutamaan yang luar biasa untuk kehidupan seorang Muslim. Kelak di hari kiamat, Al-Qur’an akan memberikan syafaat bagi siapa saja yang membacanya.
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِصَاحِبِهِ
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya.” (HR. Ahmad).
Baca Juga
Advertisement
Tentu saja masih banyak lagi keutamaan dan hadis-hadis yang menyebutkan pahala membaca Al-Qur’an. Meski demikian, ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya mengungkapkan bahwa membaca Al-Qur’an bisa menjadi maksiat dalam kondisi tertentu.
“Di saat membaca Al-Qur’an ada rambu-rambunya juga. Kalau tidak punya rambu-rambu tidak benar, dan itu yang bisa membenahi ilmu syariatnya tadi,” katanya dikutip dari YouTube Buya Yahya, Rabu (3/1/2024).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kondisi Membaca Al-Qur’an yang Jadi Maksiat
Buya Yahya menyebutkan beberapa kondisi membaca Al-Qur’an yang bisa menjadi maksiat. Pertama, membaca Al-Qur’an di jam kerja yang melalaikan tanggung jawab kerjanya.
“Anda kerja di kantor, seharusnya Anda menghadapi umat dalam urusan tertentu di kantor, (misalnya) Anda ngasih tanda tangan dan sebagainya. Ternyata Anda sibuk membaca Al-Qur’an, jadi maksiat,” beber Buya Buya Yahya.
Contoh lain yang diungkap Buya Yahya adalah ketika seorang suami yang rela datang jauh-jauh menemui istrinya karena rindu, tapi saat suami tiba sang istri mengatakan, “Abang entar 4 juz, 3 juz lagi, 2 juz.” Kata Buya Yahya, kondisi seperti itu termasuk maksiat juga.
Advertisement
Godaan Penghafal Al-Qur’an
Dalam kesempatan yang sama, Buya Yahya menyoal penghafal Al-Qur’an. Mengutip isyarat Imam Al-Ghozali, Pengasuh LPD Al Bahjah itu mengatakan bahwa menjadi seorang penghafal Al-Qur’an memiliki godaan yang luar biasa.
Buya Yahya mengungkapkan, sebagian penghafal Al-Qur’an merasa dirinya punya segala sesuatu yang dahsyat, sehingga karena sikap sombong itu mudah merendahkan orang lain. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Kasyf wa at Tabyin karangan Imam Al-Ghozali.
“Kadang-kadang nyelekit kalau ngomong, gak peduli, mudah merendahkan orang lain. Sampai suatu ketika ada seorang penghafal Al-Qur’an tidak mau sholat berjemaah di belakang satu orang karena bacaannya lebih bagus dari imannya, ini kan kebodohan dalam fiqihnya,” kata Buya Yahya.
Padahal, lanjut Buya Yahya kalau seorang penghafal Al-Qur’an mengerti fiqih tak akan seperti itu, yang penting sholatnya sah meski menjadi makmum. Namun, karena kesombongannya sebagai penghafal Al-Qur’an ditambah suaranya bagus enggan untuk ikut sholat berjemaah.
“Makanya jangan sampai kita hanya terpesona dengan pahala. Bagus, kita terpesona dengan hafalan untuk memotivasi kita menghafal, tapi di sisi lain hayu memotivasi diri kita untuk memahami Al-Qur’an,” pesan Buya Yahya.