Liputan6.com, Jakarta Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan bahwa sudah saatnya masyarakat di Amerika Serikat untuk bersemangat terhadap kondisi perekonomian negara mereka, karena inflasi semakin mereda, pasar kerja yang kuat dan tingkat suku bunga yang moderat.
Georgiva pun memastikan perekonomian AS akan menuju soft landing dengan prospek pertumbuhan yang cukup kuat.
Advertisement
"Masyarakat seharusnya merasa senang dengan perekonomian karena mereka pada akhirnya akan melihat kelegaan dalam hal harga," kata Georgieva, dikutip dari US News, Rabu (3/1/2024).
Dia bahkan memuji ketegasan Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi.
"Meskipun hal ini menyakitkan, terutama bagi usaha kecil, hal ini telah membawa dampak yang diinginkan tanpa mendorong perekonomian ke dalam resesi," ujar Georgieva dalam sebuah wawancara dengan CNN.
Saat ditanya mengapa banyak jajak pendapat menunjukkan masyarakat Amerika pesimistis terhadap perekonomian, direktur pelaksana IMF mengatakan bahwa konsumen telah terbiasa dengan inflasi yang rendah dan suku bunga yang sangat rendah selama bertahun-tahun, dan ketika keduanya melonjak dalam beberapa tahun terakhir, hal ini menjadi suatu kejutan.
"Pesan saya kepada semua orang adalah, Anda memiliki pekerjaan dan suku bunga akan moderat tahun ini karena inflasi sedang turun. Bergembiralah. Ini adalah tahun baru," tandasnya.
Namun, Georgieva juga mengulangi peringatannya terhadap fragmentasi ekonomi global berdasarkan geopolitik karena meningkatnya pembatasan keamanan nasional, dimana negara-negara cenderung memilih blok terpisah yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Tiongkok.
Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, pada akhirnya dapat mengurangi PDB global sebesar 7 persen – kira-kira sama dengan output tahunan Perancis dan Jerman.
Maka dari itu, IMF mendesak Washington dan Beijing untuk bersaing secara rasional, sambil bekerja sama dalam isu-isu penting secara global.
"Jadi lebih baik kita semua mencari cara untuk mengurangi gesekan, berkonsentrasi pada masalah keamanan yang nyata dan bermakna, dan tidak mau tidak mau memecah-mecah perekonomian dunia. Kita hanya akan mendapatkan hasil yang lebih kecil,” jelas Georgieva.
Ramalan Sri Mulyani: Ekonomi AS Positif, China Nyungsep
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membandingkan kondisi perekonomian antara Amerika Serikat (AS) dan China. Diketahui, dua negara tersebut tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Sri Mulyani menyebut, saat ini, ekonomi Amerika Serikat berada dalam kondisi lebih baik ketimbang pesaingnya imbas kenaikan suku bunga oleh bank sentral setempat. Bahkan, ekonomi AS diproyeksikan mampu berada di zona positif hingga akhir tahun ini.
"Untuk Amerika nampaknya muncul lebih ada suatu harapan, karena resiliensi dari perekonomiannya, hingga akhir tahun ini. Sehingga, paling tidak perekonomian dunia terbesar bisa bertahan dengan kenaikan suku bunga yang luar biasa," ujar Sri Mulyani dalam acara Seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (22/12).Sebaliknya, perekonomian China justru tengah dalam tekanan akibat persoalan penuaan usia penduduk. Bendahara negara ini menilai permasalahan ekonomi yang dialami China bersifat struktural.
"Persoalan (China) yang kita lihat lebih ke fundamental seperti masalah aging, masalah properti yang NPL-nya walau pulih, tapi tidak bisa langsung beri pengaruh ke growth (pertumbuhan ekonomi) jadi ini masalah fundamental," urainya.
Oleh karena itu, Sri Mulyani menilai ketidakpastian perekonomian dunia pada tahun 2024 masih tinggi. Terlebih di sejumlah kawasan masih dilanda persoalan ketegangan geopolitik yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global.
"Dan itu menimbulkan downside risk. Jadi, kita tetap akan menghadapi 2024 dari sisi eksternalnya tidak friendly dan punya masalah fundamental," pungkas Sri Mulyani.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara
Sebelumnya, Presiden Bank Dunia, Ajay Banga justru menilai pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia relatif cukup baik di tengah tren perlambatan perekonomian dunia.
Ini menjadi salah satu poin yang dia sampaikan saat bertemu delegasi Asia Tenggara dalam KTT ASEAN di Jakarta.
"Dunia sedang mengalami pertumbuhan yang lambat, tapi ASEAN, Indonesia khususnya, cukup baik," ujar Ajay saat berkunjung ke Kabupaten Tangerang, Kamis (7/9).
Ajay menyampaikan, Asia Tenggara akan menjadi mesin pertumbuhan (engine growth) dalam jangka waktu lama. Sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi semakin lebih baik di kawasan ini.