Liputan6.com, Jakarta - Daur ulang sampah organik diwajibkan di Prancis berdasarkan aturan "kewajiban kompos" yang baru per 1 Januari 2024. Dengan dukungan dari Dana Hijau Pemerintah Prancis, otoritas kota harus menyediakan cara bagi warga untuk memilah sampah organik, yang meliputi sisa makanan, kulit sayur, makanan kadaluwarsa, dan sampah kebun.
Melansir Euro News, Rabu, 3 Januari 2024, rumah tangga dan dunia usaha diharuskan membuang limbah organik, baik di tempat sampah kecil khusus untuk pengumpulan di rumah atau di tempat pengumpulan kota. Sebelumnya, hanya mereka yang menghasilkan lebih dari lima ton sampah organik per tahun yang diwajibkan memilah sampah organik.
Advertisement
Sampah tersebut kemudian diubah jadi biogas atau kompos untuk menggantikan pupuk kimia. Alternatifnya, sampah organik, terutama limbah makanan, bisa dibuat kompos secara mandiri di rumah. Saat ini, pemerintah daerah mempunyai kewajiban menyediakan sarana yang mudah bagi rumah tangga untuk membuat kompos atau memilah sampah organik.
Meski fasilitas telah diterapkan, tidak akan ada denda yang dikenakan jika tidak mematuhinya. Belum diketahui apakah peraturan yang lebih ketat akan diberlakukan di masa depan.
Berdasarkan Petunjuk Kerangka Kerja Limbah Uni Eropa, pengumpulan limbah organik terus didorong tahun ini, namun masih belum mencapai target wajib. Di banyak negara Eropa, pemilahan sampah organik telah diterapkan di tingkat kota.
Milan di Italia telah menjalankan program pengumpulan sampah makanan di perumahan sejak 2014. Rumah tangga diberikan tempat sampah khusus dan tas kompos untuk memulai skema ini.
Inisiasi Lain
Di tempat lain, pajak atau larangan pembakaran sampah organik telah mendorong skema serupa, dengan tempat sampah terpisah dan pembuatan kompos rumahan tersebar luas di Austria, Belanda, dan Belgia. Inggris mengumumkan rencana meluncurkan pengumpulan sampah makanan secara terpisah pada 2023. Hal ini tetap bersifat sukarela bagi rumah tangga di Inggris, namun diberlakukan lebih ketat di Wales dan bagi pemilik bisnis.
Secara kolektif, menekan volume sampah makanan juga sudah diinisiasi beberapa brand. Di Jepang, misalnya, merek cookies populer, Moonlight, telah memasarkan "produk tidak sempurna" mereka. Produsennya, Morinaga, memutuskan demikian untuk tidak menambah volume sampah makanan yang kian mengkhawatirkan.
Melansir Japan Today, 29 Juni 2023, mulai 28 Juni 2023, mereka mulai menjual Imperfect Moonlight (Wakeari Moonlight). Kue Moonlight berasal dari tahun 1960, menggunakan ramuan bahan sangat sederhana dengan dominan rasa telur yang manis nan ringan. Nama mereka merepresentasi bentuknya yang seperti bulan kecil.
Versi barunya, Imperfect Moonlight, adalah kue-kue yang telah mengalami keretakan, terkelupas, pecah, atau masih ada tepung tambahan yang menempel di dalamnya dari proses pembuatan. Semua hal ini dijamin "tidak berpengaruh pada rasa kue."
Advertisement
Kurangi Sampah Makanan hingga 70 Persen
Produk kue Moonlight ini akan diberi label "Imperfect," dan bagi mereka yang tidak memperhatikan atau tidak dapat membacanya, boksnya menampilkan gambar biskuit rusak di samping cookies yang masih utuh. Ini menunjukkan bahwa pembeli akan dapatkan campuran kualitas cookie.
Morinaga mengatakan, lini baru kue Moonlight adalah bagian dari tujuan mereka mengurangi limbah makanan hingga 70 persen. Selain menjual cookies yang rusak, mereka juga mengaku mencoba menggunakan sumber daya makanan dengan lebih efisien dan mempromosikan daur ulang.
Perusahaan tidak menentukan harga eceran yang disarankan untuk cookies ini, menyerahkannya ke masing-masing toko. Berat kemasannya adalah 336 gram, dan karena satu kue Moonlight beratnya sekitar delapan gram, satu bungkus Imperfect Moonlight dapat berisi sekitar 40 kue, jauh lebih banyak daripada 14 kue yang dimiliki kotak biasa.
Jadi, alih-alih menurunkan harga, mungkin nilainya akan berupa mendongkrak jumlah cookies. Ide-ide seperti ini terus didorong, mengingat angka sampah makanan yang kian mengkhawatirkan.
Limbah Pangan Global
Mengutip World Economic Forum, tercatat bahwa sekitar sepertiga dari semua makanan yang diproduksi hilang atau terbuang setiap tahun, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Karenanya, salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan PBB adalah mengurangi separuh limbah pangan global.
Juga, mengurangi kehilangan pangan dalam produksi dan pasokan pada 2030. Sebuah studi menilai emisi kehilangan dan pemborosan makanan di setiap rantai pasokan, mulai dari saat makanan dipanen hingga berakhir di TPA atau kompos.
Ditemukan bahwa pada 2017, limbah makanan global menghasilkan 9,3 miliar ton emisi, kira-kira sama dengan total emisi gabungan Amerika Serikat dan Uni Eropa di tahun yang sama. Bersamaan dengan emisi karbon, ini terjadi saat lebih dari 800 juta orang terdampak kelaparan pada 2021, menurut PBB.
Studi baru, yang diterbitkan di Nature Food, mengeksplorasi sejumlah cara di mana emisi dari limbah makanan dapat dikurangi, seperti mengurangi separuh konsumsi daging dan pengomposan daripada membuang sampah makanan.
Advertisement