Liputan6.com, Jakarta - Calon Wakil Presiden nomor urut tiga Mahfud Md menghadiri acara Konser Lilin Putih di Balai Sarbini, Rabu (3/1/2024) malam.
Mahfud yang juga Menko Polhukam membagikan kisah persahabatannya dengan seorang pendeta di Yogyakarta yang bernama Humprey.
Advertisement
Persahabatan Mahfud dan Humprey terjadi karena sama-sama berada dalam kelompok diskusi Dialog Lintas Iman.
"Dia seorang pendeta, kalau diskusi hari Jumat pendeta ini yang mengantar saya ke masjid," kata Mahfud, Kamis (4/1/2024).
Menurut Mahfud, Humprey sering sekali mengingatkan dia untuk shalat ketika sedang berdiskusi pada Jumat siang. Sikap saling mengingatkan turut dilakukan Mahfud kepada Humprey saat hari Minggu.
"Kalau diskusinya hari Minggu saya yang mengantar dia ke gereja," ujarnya.
Selain Humprey, Mahfud menuturkan, jauh sebelum menjadi Menko Polhukam sudah banyak menjalin persahabatan lintas iman. Termasuk, tokoh-tokoh agama seperti Pdt Gomar Gultom, Pdt Jacky Manuputty dan lain-lain.
Mahfud pula yang dengan tegas secara sah meresmikan kembali Gereja Yasmin di Bogor. Padahal, sengketa yang menimpa Gereja Yasmin itu sudah terjadi selama bertahun-tahun dan belum pula selesai.
"Saya yang dengan tegas meresmikan dan menghidupkan kembali Gereja Yasmin, sejak 2006 dalam sengketa di Bogor, tidak selesai-selesai berapa kali ganti presiden," kata Mahfud.
Menurut Mahfud, itu bisa terwujud lantaran ada komitmen dirinya yang merupakan Menko Polhukam dan Walikota Bogor, Bima Arya.
“Sampai akhirnya saya berkoordinasi dengan seorang Walikota yang sangat progresif, yaitu Bima Arya, saya undang ke kantor saya beberapa kali, saya katakan juga segera resmikan Gereja Yasmin” ujar Mahfud.
Ikuti Pandangan Gus Dur, Syarii Maarif dan Nurcholis Madjid
Mahfud menerangkan bagi seorang Muslim di Indonesia nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan amat penting.
"Saya merefleksi pengalaman pribadi saya dulu, ajakan kesatuan bangsa merupakan perjuangan yang saya lakukan sejak ikut dalam gerakan-gerakan mahasiswa," kata Mahfud.
Ia mengungkapkan, guru-guru ketika di pondok pesantren sejak kecil memang mengajarkan persatuan bangsa. Mahfud sering pula mengikuti pandangan seperti Gus Dur, Syarii Maarif dan Nurcholis Madjid.
Ia mengakui, dari mereka Mahfud mendengar istilah keislaman dan keindonesiaan.
"Keislaman dan keindonesiaan harus menyatu, bukan berarti Islam lalu mau menjadi mendominasi, bukan, harus menyatu, intinya orang islam indonesia tidak harus berkiblat ke negara-negara Timur Tengah," ujar Mahfud.
Mahfud menekankan, dalam keislaman ada sumpah setia kepada negara. Sebab, dalam Indonesia hidup bangsa yang terdiri dari berbagai agama, suku, ras dan daerah yang semuanya menyatu secara inklusif.
"Kunci kebersatuan ini adalah toleransi. Bagi saya, keislaman dan keindonesiaan bukan hanya melahirkan toleransi, lebih dari itu adalah akseptasi, kita saling menerima dan bersatu untuk mencapai tujuan bersama," kata Mahfud.
Advertisement