Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan harga cabai yang sebelumnya melejit pada momen Natal 2023 dan tahun baru 2024, kini mulai mengalami penurunan.
"Memang kita Desember harga cabai melejit, itu musiman. Musim hujan, panen gagal. Saya tadi pagi ke pasar sudah turun," kata Mendag dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2023 dan Outlook Perdagangan 2024, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (4/1/2024).
Advertisement
Mendag Zulkifli Hasan mengaku pagi ini telah melakukan kunjungan ke Pasar Palmerah Jakarta Pusat untuk memantau stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan pokok.
Rata-rata harga cabai sudah di kisaran Rp 70.000 per kg di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sementara, di Jawa harga cabai sudah turun menjadi Rp 45.000 - Rp 50.000 per kg, dan di Sumatera rata-rata kini di kisaran Rp 35.000 per kg.
"Tadi pagi saya sudah saya ke pasar sudah turun ya rata-rata 70.000 di Jakarta. Kalau di Jawa rata-rata 45.000 sampai Rp50.000 di Sumatera rata-rata 35.000, jadi sudah jauh," ujarnya.
Sebelumnya, dilansir dari Info Pangan Jakarta, pada awal tahun 2024 yakni Senin (1/1/2024), harga cabai merah keriting rata-rata Rp 72.375 per kg. Harga tertinggi cabai merah keriting dijual di Pasar Pluit Rp 90.000 per kg, dan harga termurah dijual di pasar Kalideres Rp 50.000 per kg.
Kemudian, harga cabai rawit besar juga masih mahal rata-rata Rp 85.967 per kg, dan harga cabai rawit besar tertinggi dijual di Pasar Rawamangun Rp 110.000 per kg, dan harga terendah di Pasar Klender SS Rp 60.000 per kg.
Sementara untuk harga cabai rawit hijau mulai mengalami penurunan menjadi Rp 91.281 per kg dari sebelumnya Rp 91.690 per kg. Hal yang sama dialami cabai rawit merah harganya turun Rp 2.200 menjadi Rp 47.656 per kg, namun harga tersebut masih terbilang mahal.
Cabai Merah Jadi Dalang Tingginya Inflasi Desember 2023
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2023 sebesar 0,41 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 116,08 pada November 2023 menjadi 116,56 pada Desember 2023.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, penyumbang utama inflasi Desember 2023 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Secara historis inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada momen perayaan natal dan tahun baru atau inflasi di Desember relatif tinggi setiap tahunnya," kata Amalia dalam konferensi pers pengumuman inflasi, Selasa (2/1/2024).
Menurutnya, sub-kelompok makanan, minuman, dan tembakau selalu dominan menyebabkan inflasi pada bulan Desember. Misalnya pada Desember 2020 terjadi inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,49 persen. Inflasi tersebut merupakan inflasi bulanan kedua di tahun 2020.
Kemudian, pada Desember 2021 inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,61 persen. Angka ini merupakan inflasi bulanan tertinggi di tahun 2021.
Advertisement
Desember 2023
Sementara, pada Desember 2022 terjadi inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,57 persen. Angka ini adalah inflasi bulanan tertinggi ketiga di tahun 2022.
"Angka ini hanya lebih rendah dari April (2022) karena pada awal bulan April ada momen Idul Fitri yang jatuh pada awal Mei dan juga Juni. Karena pada saat itu harga cabai merah di bulan Juni dan Cabai rawit masih mengalami inflasi yang relatif tinggi," ujarnya.
Untuk Desember 2023, inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau relatif tinggi. Namun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni sebesar 1,07 persen.
Komoditas makanan, minuman, dan tembakau yang menyumbang inflasi pada Desember 2023, diantaranya cabai merah andil inflasinya 0,06 persen, bawang merah 0,04 persen, Tomat 0,03 persen, beras 0,02 persen, telur ayam ras 0,02 persen, cabai rawit 0,02 persen.
Kemudian, daging ayam ras andil inflasinya 0,01 persen, bawang putih 0,01 persen, minyak goreng andilnya 0,01 persen, gula pasir andil inflasinya 0,01 persen, Rokok kretek filter 0,01 persen, dan rokok putih 0,01 persen.