PVMBG Ingatkan Masyarakat di Dekat Gunung Berapi, Waspada Banjir Lahar Dingin

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta masyarakat mewaspadai potensi banjir lahar dingin yang kerap timbul saat musim hujan di wilayah gunung berapi aktif.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 04 Jan 2024, 17:01 WIB
Banjir lahar dingin Gunung Semeru terjang Lumajang. (Dian Kurniawan/liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta masyarakat mewaspadai potensi banjir lahar dingin yang kerap timbul saat musim hujan di wilayah gunung berapi aktif.

Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG, Ahmad Basuki, mengingatkan masyarakat termasuk pekerja tambang pasir, mewaspadai aliran lahar di sungai-sungai yang hulunya di puncak gunung. Dia juga meminta masyarakat selalu berkoordinasi dengan pos pengamatan gunung berapi setempat.

"Gunung api yang saat ini mengalami erupsi abu tentunya mempunyai potensi terjadinya lahar dingin yang lebih tinggi dibanding gunung api lainnya," kata Ahmad, seperti dilansir Antara, Kamis (4/1/2023).

Beberapa gunung api yang berpotensi mengalami banjir lahar dingin, di antaranya Gunung Semeru di Jawa Timur, Gunung Marapi di Sumatera Barat, Gunung Ibu dan Gunung Dukono di Maluku Utara, serta Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotolok di Nusa Tenggara Timur.

Lahar merupakan bahaya sekunder dari aktivitas erupsi gunung api yang berupa endapan-endapan material erupsi yang mengisi lembah-lembah yang berhulu di pusat erupsi. Material tersebut dapat berupa bongkah hingga abu yang apabila tercampur oleh air akan menjadi lumpur.

Ada empat faktor dalam pembentukan lahar, yaitu penumpukan material hasil erupsi, air hujan, gravitasi, dan bentuk lembah.

Jika keempat faktor itu terpenuhi, jelas PVMBG, maka material yang mengendap di lembah-lembah gunung api bisa turun ke bagian hilir sungai dan menciptakan banjir lahar dingin.

 


Januari 2024, Awal Musim Penghujan

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, angin barat atau Monsun Asia pembawa hujan telah tiba di Indonesia pada awal Januari 2024. Kedatangan Monsun Asia tersebut menjadi penanda musim hujan setelah sebelumnya mundur dari jadwal seharusnya pada November 2023 akibat pengaruh El Nino.

Periset Klimatologi BRIN Erma Yulihastin menuturkan, awal musim hujan tertunda hingga lima dasarian karena pengaruh El Nino. Padahal secara normal angin dari utara atau barat sudah eksis pada November dasarian dua, tetapi Januari dasarian satu baru eksis.

Musim Hujan Makin Pendek

Cuaca akhir tahun 2023 di Indonesia menunjukkan ketidakpastian. Seorang pakar meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edvin Aldrian mengidentifikasi bahwa perubahan iklim yang memperparah dampak El Nino, dan berkontribusi pada cuaca yang tidak menentu.

Dalam siaran persnya diterima, Senin (25/12/2023), Edvin menjelaskan, "Musim kemarau makin panjang, musim hujan makin pendek. Bisa hujan deras, besoknya gantian panas terik." Ia memperkirakan bahwa puncak musim kemarau ini dapat berlanjut hingga Januari tahun 2024.


Anomali Cuaca

Edvin Aldrian juga mencatat adanya anomali cuaca. Seperti kondisi mendung berhari-hari di Jakarta disertai dengan rasa gerah yang cukup intens. Fenomena ini disimpulkan sebagai dampak dari El Nino yang semakin parah akibat perubahan iklim.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang cuaca akhir tahun 2023 yang tidak menentu dan prediksi berakhirnya El Nino di Indonesia menurut BMKG dan BRIN, Kamis (28/12/2023).

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino moderat diperkirakan akan berakhir pada Februari 2024. Walau demikian, Indian Ocean Dipole (IOD) positif diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun 2023.

Dalam webinar bertajuk Kapan Musim Hujan akan Datang yang diselenggarakan pada 28 Oktober 2023, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan, "(El Nino) pada level moderat hingga bulan Desember, Januari, Februari 2024."

Namun, ia menekankan bahwa hujan lebat tidak selalu menjadi tanda berakhirnya El Nino, dan perlu dilakukan analisis menyeluruh untuk memastikannya.

 


Soal El Nino

El Nino sendiri adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Pemanasan ini dapat menggeser pusat pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik, menyebabkan penurunan curah hujan di Indonesia.

Pada saat berakhirnya El Nino, suhu muka laut yang mulai mendingin dapat mengembalikan pusat pertumbuhan awan ke wilayah Indonesia, meningkatkan curah hujan. Perlu diingat bahwa El Nino merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim global.

Melansir dari jurnal Universitas Sriwijaya, El Nino merupakan peristiwa penyimpangan suhu akibat pemanasan global.

Pada kondisi tertentu, air laut panas dari Indonesia dan Amerika Tengah bertemu, menciptakan massa air panas yang menyebabkan musim kemarau panjang di Indonesia. Pemahaman tentang dinamika El Nino dan dampaknya menjadi kunci dalam memahami perubahan pola cuaca yang terjadi, seperti cuaca yang tidak menentu di akhir tahun 2023 ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya