Liputan6.com, Jakarta - Adalah Visa Hallyu, visa Korea Selatan yang diluncurkan khusus untuk para penggemar budaya Negeri Ginseng. Visa yang juga disebut "Visa Pelatihan Kultur K" ini akan memungkinkan orang non-Korea yang mendaftar di akademi seni pertunjukan setempat untuk tinggal di negara itu hingga dua tahun.
Hallyu, yang diterjemahkan jadi "gelombang Korea," mengacu pada popularitas global budaya Korea Selatan yang mengekspor budaya K-pop melalui musik, film, dan media artistik lain. Rencana bisnis Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan ini menyebut seni sebagai "pengemudi K-Culture untuk generasi berikutnya."
Advertisement
Melansir Forbes, Jumat (5/1/2024), peluncuran visa ini juga dinilai sebagai wujud dukungan bagi seniman dan penulis muda yang merupakan salah satu dari enam strategi utama dalam memikat lebih banyak pengunjung. Selain itu, Korea Selatan juga berencana meluncurkan "K Road Road Show" di negara-negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Swedia tahun ini.
Persyaratan khusus untuk visa K-Culture belum diungkap secara detail, tapi rinciannya diharapkan dirilis pada paruh kedua 2024. Dari perspektif pariwisata, memelihara antusiasme penggemar K-pop dan K-drama dinilai "masuk akal secara finansial," menurut outlet itu.
Industri K-pop, yang kini bernilai 10 miliar dolar AS, telah jadi sangat penting bagi perekonomian Korea Selatan. Forbes mencatat bahwa PDB negara itu mendapat pukulan tahun lalu setelah BTS mengumumkan hiatus sebagai grup, sementara para personelnya mengeksplorasi karier solo, dan kini ketujuhnya tengah menjalani dinas militer.
K-pop Jadi Alasan Berwisata ke Korea Selatan
Setelah babak belur akibat pandemi COVID-19, industri pariwisata Korea Selatan pulih sebagai pendorong ekonomi yang signifikan. Laporan baru-baru ini dari Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia memperkirakan bahwa sektor pariwisata negara itu akan tumbuh pada tingkat rata-rata 4,8 persen per tahun hingga 2032.
Angka itu menunjukkan keanaikan signifikan, bahkan melebihi tingkat pertumbuhan 1,8 persen yang diproyeksikan dari ekonomi nasional Korea. K-pop sendiri sudah jadi alasan yang paling banyak dikutip untuk mengunjungi negara itu, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Oktober 2023 oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata Korea Selatan.
Selama tiga tahun, para peneliti melacak penyebutan budaya Korea secara online di 20 negara teratas yang mendorong pariwisata masuk ke sana. Studi ini menemukan bahwa K-pop disebutkan hampir 37 juta kali, 2,6 kali lebih sering daripada motivasi yang paling banyak dikutip berikutnya, yakni makanan Korea.
Visit Korea semakin menampilkan K-Culture dalam kampanye pemasarannya. Sebuah video yang disebut "Challenge Korea: Hello Future" yang dibintangi aktor Squid Game Lee Jung Jae telah mengumpulkan 142 juta tampilan di YouTube sejak dirilis enam bulan lalu.
Advertisement
Bebas Visa untuk Tur Grup
Tidak ketinggalan, ada juga "Feel the Rhythm of Korea" berisi lebih dari tiga lusin video yang menampilkan megastar K-pop, seperti BTS dan BLACKPINK, untuk mempromosikan destinasi pariwisata berbeda di sana.
Selain visa K-Culture, Korea Selatan juga telah mengumumkan akan melompat ke kereta nomad digital dengan visa terpisah yang ditujukan untuk pekerja jarak jauh. Visa, yang diluncurkan pada 1 Januari 2024, memungkinkan pekerja jarak jauh menghasilkan setidaknya 66 ribu dolar AS per tahun untuk tinggal hingga dua tahun.
Di samping berinvestasi dan mempromosikan pariwisata regional, pemerintah Korea Selatan juga bermaksud memudahkan wisatawan asing berkunjung dengan mengembangkan panduan berbahasa Inggris dan alat pemesanan transportasi dengan bantuan AI.
Mengutip The Korea Times, 10 Desember 2023, pemerintah Korea Selatan pun akan memperluas pembebasan biaya visa elektronik untuk tur dalam grup. Langkah tersebut untuk sementara diluncurkan untuk grup tur China antara September dan Desember 2023.
Perluasan ini nantinya akan mencakup wisatawan dari Vietnam, Indonesia, dan Filipina. Masa pendaftaran akan diperpanjang hingga 2024.
Percepat Pariwisata Inbound
Inisiasinya tidak berhenti di situ. Pasalnya, pemerintah Korea juga mengembangkan aplikasi mobilitas eksklusif wisatawan asing untuk reservasi kereta api, bus, dan taksi. Juga, mengembangkan versi bahasa Inggris dari layanan navigasi yang ada.
Pemerintah negara itu mengumumkan rencana komprehensif untuk mempercepat pariwisata inbound. Ini dilakukan setelah pertemuan antar-kementerian yang dipimpin Perdana Menteri Korea Selatan, Han Duck Soo, di Gwangju, tahun lalu.
Industri pariwisata negara ini kehilangan sekitar sepertiga tenaga kerjanya, turun dari 276 ribu jadi 197 ribu antara 2019 dan 2022. Sementara, pendapatan turun dari 26,8 triliun won jadi 17,9 triliun won pada periode yang sama.
Menurut survei yang dilakukan Korea Culture and Tourism Institute, bisnis akomodasi wisata masih mengalami kekosongan tenaga kerja sebesar 23 persen dan 60 persen bisnis memerlukan waktu lebih dari sebulan untuk mengiklankan perekrutan.
Han berkata, "Industri pariwisata mulai pulih dan diperkirakan akan menerima 10 juta pengunjung pada akhir tahun (2023). Pemerintah akan berkomitmen penuh melakukan yang terbaik untuk memungkinkan industri ini mencapai titik tertinggi sepanjang masa."
Advertisement