Kasus Varian COVID-19 JN.1 Meningkat, Ini 2 Gejala Baru yang Terdeteksi

Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus COVID akibat varian JN. 1, dua gejala baru terkait infeksi COVID-19 pun mengemuka.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 05 Jan 2024, 12:30 WIB
Kasus Varian COVID-19 JN.1 Meningkat, Ini 2 Gejala Baru yang Terdeteksi (pexels.com/RF Studio)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus COVID akibat varian JN. 1, dua gejala baru terkait infeksi COVID-19 pun mengemuka. Gejala-gejala ini telah diidentifikasi oleh Kantor Statistik Nasional Inggris (UK ONS).

Kasus COVID-19 di seluruh dunia meningkat dengan lebih cepat. Dalam pembaruan tanggal 22 Desember, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan bahwa mereka telah melacak JN.1, yang “terus menyebabkan peningkatan jumlah infeksi,” dan juga mengklaim posisi teratas sebagai varian yang paling banyak beredar. di Amerika.

Gejala COVID-19 Baru

Dua gejala COVID-19 baru adalah kesulitan tidur dan kecemasan. "Dalam data terakhir Badan Pusat Statistik terungkap, selain gejala-gejala yang biasa dilaporkan oleh penderita COVID sebelumnya, seperti pilek, batuk, sakit kepala dan lemas, ada juga yang mengaku mengalami kesulitan tidur dan kecemasan juga," The Mirror melaporkan mengutip dari ONS Inggris.

Gejala-gejala lain dari COVID serupa dengan gejala yang terlihat pada gelombang infeksi sebelumnya. Ini termasuk demam atau menggigil, batuk, sesak napas, kelelahan, nyeri otot atau badan, sakit kepala, kehilangan rasa dan bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, pilek, mual dan diare.

COVID dan Kesulitan Tidur

Melansir dari Times of India, Jumat (5/1/2024), pandemi COVID-19 telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat stres, kecemasan dan ketidakpastian, yang menyebabkan peningkatan gangguan tidur. Meningkatnya stres dan kecemasan bisa memicu insomnia, sehingga menyulitkan individu untuk tertidur atau tetap tertidur.

Rentetan informasi terkait pandemi, masalah kesehatan dan perubahan gaya hidup secara terus-menerus berkontribusi pada gangguan pola tidur. Selain itu, virus itu sendiri bisa menyebabkan masalah pernapasan, rasa tidak nyaman, atau demam, yang selanjutnya berdampak pada kualitas tidur.

Tidur yang cukup sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat, sehingga mengatasi kesulitan tidur akibat COVID-19 sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan selama masa-masa sulit ini.

 


JN.1 jauh lebih kebal dibandingkan dengan induknya

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

COVID varian JN.1 menyebar dengan lebih cepat. Menyebutnya "sangat licik," Thomas Russo, M.D., profesor dan kepala penyakit menular di Universitas Buffalo di New York mengatakan kepada prevention.com bahwa JN.1 juga memiliki mutasi pada protein lonjakannya yang tampaknya membuatnya lebih kebal terhadap serangannya daripada induknya.

"Ada beberapa data yang bisa disimpulkan dari temua laboraturium bahwa JN.1 mungkin lebih menular," katanya.

 


Varian JN.1 merupakan varian yang menjadi perhatian WHO

Ilustrasi virus Covid-19 yang merajalela di Indonesia. /pixabay.com Geralt

Pada 19 Desember 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan varian JN.1 sebagai varian of interest (VOI).

"Sebelumnya, JN.1 dilacak sebagai bagian dari BA.2.86, garis keturunan induk yang diklasifikasikan sebagai varian of interest (VOI). Namun, dalam beberapa minggu terakhir, JN.1 terus dilaporkan di banyak negara dan prevalensinya telah meningkat pesat secara global dan kini mewaili sebagian besar garis keturunan BA.2.86 yang dilaporkan ke GISAID. Karena penyebarannya yang meningkat pesat WHO mengklasifikasikan JN.1 sebagai varian menarik VOI yang terpisah dari garis keturunan induk BA.2.86," kata WHO.

Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya