Jurus Cuan pada Momentum January Effect 2024

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi mengatakan, hingga saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menguat lebih dari rata-rata penguatan setiap Januari selama 10 tahun terakhir.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 05 Jan 2024, 18:05 WIB
Setiap tahun pasar saham mengenal January Effect yaitu kondisi naiknya harga saham pada Januari pada awal tahun.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun pasar saham mengenal January Effect yaitu kondisi naiknya harga saham pada Januari pada awal tahun. Fenomena ini umumnya terjadi karena para investor kembali melakukan entry atau pembelian kembali saham-saham yang sempat dijual pada Desember tahun sebelumnya.

Pada 2024, January Effect disebut telah berlangsung sejak awal tahun. Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi mengatakan, hingga saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menguat lebih dari rata-rata penguatan setiap Januari selama 10 tahun terakhir. Dalam catatannya, level rata-rata penguatan setiap Januari tersebut sebesar 0,73 persen.

"Motor penguatan sejak perdagangan awal tahun yakni saham-saham big-cap (kapitalisasi besar), terutama perbankan," kata Lanjar kepada Liputan6.com, Jumat (5/1/2024).

Pada perdagangan hari ini empat saham bank besar Indonesia atau The Big Four mencetak rekor harga tertinggi sepanjang sejarah atau All Time High (ATH). PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sempat menembus posisi 9.600, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 6.475, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sentuh 5.850, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sempat sentuh posisi 5.750.

"Kondisi itu menandakan optimisme investor terhadap persepsi January Effect meningkat. Selain itu IHSG juga sempat mencatatkan level tertinggi baru pada hari ini sebesar 7.403,58. Level psikologis baru yakni 7400 akan menjadi trigger optimism investor selanjutnya," ujar Lanjar.

Lanjar membeberkan strategi memilih saham pada momentum January Effect. Di mana saham-saham berkapitalisasi besar yang tertinggal pada performance di akhir tahun lalu seperti, perbankan, energi,  dan material dasar, bisa mulai dipertimbangkan. Beberapa saham jagoan Lanjar yakni BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, MDKA, ADRO, PTBA, dan AMMN.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Sentimen Ini Bakal Dukung January Effect pada 2024

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, tahun baru sudah semakin dekat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun diprediksi mengalami penguatan pada awal Januari 2024. 

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menuturkan, untuk awal Januari 2024, pihaknya melihat potensi terjadi realokasi portofolio sehingga berpotensi mendongkrak volatilitas IHSG dengan kecenderungan menguat.

"Karena kami melihat terjadinya perubahan arah dari peta portofolio dibandingkan dari tahun lalu," kata Audi saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat (29/12/2023). 

Ia melanjutkan, terdapat beberapa sentimen yang mempengaruhi terjadinya January Effect. Misalnya, kebijakan moneter bank sentral global, termasuk Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan lebih longgar, setidaknya pada kuartal I 2024.

"Arus investasi kami perkirakan akan mulai masuk, seiring dengan potensi penurunan yield treasury dan obligasi," kata dia. 

Selain itu, pemilihan umum (pemilu) juga akan mendorong terjadinya perubahan alokasi yang dimulai sejak Januari 2024, karena kalau dilihat dari masa lalu, sektor infrastruktur akan menjadi fokus.

"Kami melihat dengan beberapa pertimbangan sentimen, alokasi portofolio masih akan menuju saham yang termasuk cyclical karena didorong juga fundamental ekonomi Indonesia yang lebih stabil," imbuhnya. 

Dengan demikian, ia menilai sektor keuangan, infrastruktur, dan ritel masih memilih prospek yang cerah pada masa mendatang. 

Bagi para investor, ia merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 6.000 per saham dan saham BBNI dengan target harga Rp 7.300 per saham. 

Selain itu, ia juga merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.460 per saham dan saham JSMR dengan target harga Rp 6.800 per saham. Kemudian, untuk ritel, ia merekomendasikan beli saham ACES dengan target harga Rp 1.075 per saham. 

 

 


Saham Pilihan

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, terdapat sejumlah sektor saham yang memiliki prospek cerah pada awal 2024. Misalnya, saham-saham dengan kapitalisasi besar alias bigcaps.

Terkait sektor sahamnya, ia memilih sektor infrastruktur, keuangan hingga teknologi. Bagi para investor, ia merekomendasikan saham BMRI, BNI, BSI, BREN, ISAT, TLKM, EXCL, BUKA dam GOTO.

"Kemudian juga di sisi lain juga ada sektor teknologi. Misalnya ada Bukalapak," kata Nafan. 

Di samping itu, ia juga melihat adanya potensi January Effect pada tahun depan. Sebab, potensi pemilu yang berjalan dengan damai, di mana Pemerintah sangat menjamin terjadinya stabilitas politik dan keamanan. Alhasil, hal tersebut bakal mendorong perekonomian domestik menuju stabilitas yang lebih baik.

Selain itu, the Fed pun mulai melonggarkan kebijakan suku bunganya. Sehingga, January Effect berpotensi terjadi pada 2024. 


IHSG Tumbuh 6,1% pada 2023, Catat Posisi 2 di ASEAN

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatat pertumbuhan positif sepanjang 2023. Hal itu di tengah sentimen global yang menciptakan ketidakpastian.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (30/12/2023), IHSG melonjak 6,1 persen ke posisi 7.272,8 secara year to date (Ytd). Kinerja positif tersebut membawa IHSG berada di peringkat dua di ASEAN. Sedangkan di Asia Pasifik, pertumbuhan IHSG berada di peringkat ke-7. Di dunia, pertumbuhan IHSG berada di posisi ke-24.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG dipengaruhi sejumlah hal antara lain menyambut tahun politik. Kemudian ada konflik di Timur Tengah. "Selanjutnya kebijakan the Fed yang pada saat itu masih cenderung higher for longer,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.

Sepanjang 2023, sektor saham infrastruktur catat penguatan terbesar. Sektor saham infrastruktur melambung 80,75 persen. Disusul sektor saham basic materials atau bahan baku naik 7,51 persen, dan sektor saham keuangan melesat 3,07 persen. Selain itu, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 0,82 persen dan sektor saham properti menguat 0,41 persen.

Sementara itu, sektor saham teknologi terpangkas 14,07 persen dan catat koreksi terbesar. Disusul sektor saham perawatan kesehatan turun 12,07 persen, sektor saham energi melemah 7,84 persen, sektor saham industri tergelincir 6,86 persen. Selanjutnya sektor saham transportasi dan logistic susut 3,64 persen, sektor saham konsumer siklikal melemah 3,46 persen.

 


Nilai Transaksi Harian

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tercatat berada pada posisi Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,8 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali.

Terdapat rekor baru dari sisi kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai angka Rp11.762 triliun pada 28 Desember 2023. Rekor baru lain juga tercatat dari sisi volume transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar 89 miliar lembar saham pada 31 Mei 2023.

Dari sisi pertumbuhan investor, jumlah investor pasar modal pada 2023 mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,95% dari 10,31 juta pada 2022 meningkat menjadi 12,16 juta per 27 Desember 2023.

Jumlah tersebut terdiri dari jumlah investor saham dan surat berharga lainnya (5,25 juta), reksa dana (11,40 juta), surat berharga negara atau SBN (1 juta). Sedangkan dari data demografi per 27 Desember 2023, investor pasar modal masih didominasi oleh 62,03% laki-laki, 56,41% usia di bawah 30 tahun, 31,77% pegawai (negeri, swasta dan guru), 64,19% lulusan SMA, 45,80% berpenghasilan 10-100 juta/bulan dan 67,68% berdomisili di pulau Jawa.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya