Liputan6.com, Washington, DC - McDonald's mengakui bahwa bisnis mereka terdampak perang Hamas Vs Israel di Jalur Gaza. Perusahaan makanan cepat saji asal Amerika Serikat (AS) itu pun mengikuti jejak Starbuck dengan merilis pernyataan publik, mencoba menjelaskan atas apa yang mereka sebut sebagai kesalahpahaman.
"Saya menyadari bahwa beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis yang berarti akibat perang dan misinformasi," kata CEO McDonald's Chris Kempczinski via unggahannya di LinkedIn.
Advertisement
"Ini mengecewakan dan tidak berdasar. Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh pemilik-operator lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warganya."
Kempczinski tidak memberikan rincian spesifik, termasuk berapa banyak penjualan yang terkena dampak negatif.
McDonald’s menjadi sorotan setelah operatornya di Israel menawarkan diskon kepada tentara, pasukan keamanan, dan pihak lain sejak serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Tidak hanya itu, mereka juga mengunggah di akun media sosialnya bahwa mereka memberikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel kurang dari dua pekan setelah perang dimulai.
Banyak operator McDonald’s di kawasan Timur Tengah dengan cepat menjauhkan diri dari tindakan operator McDonald’s Israel tersebut. Kelompok waralaba di Kuwait, Pakistan, dan negara-negara lain mengeluarkan pernyataan yang menggarisbawahi bahwa mereka tidak berbagi kepemilikan dengan waralaba Israel dan beberapa menyatakan mereka telah memberikan sumbangan keuangan untuk warga Gaza.
Starbucks Lebih Dulu Bersuara
McDonald's diperkirakan akan melaporkan pendapatannya akhir bulan ini, momen di mana perusahaan tersebut dapat mengungkapkan lebih banyak tentang isu yang disinggung oleh Kempczinski.
Pada Desember 2023, Starbucks melontarkan pernyataan senada dengan yang disampaikan Kempczinski.
"Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan," kata CEO Starbucks Laxman Narasimhan dalam suratnya kepada karyawan dan pelanggan.
"Kota-kota di seluruh dunia – termasuk di Amerika Utara – telah menyaksikan peningkatan protes. Banyak toko kami yang mengalami kejadian vandalisme," ujarnya. "Kami telah bekerja sama dengan otoritas setempat untuk memastikan mitra dan pelanggan kami aman."
Advertisement
Respons Pendukung Boikot
Bagi warga Kuwait Shahed Helmy, pernyataan Kempczinski merupakan bukti bahwa boikot bisa berdampak dan motivasi untuk terus meningkatkan kesadaran akan perang yang tengah berlangsung di Jalur Gaza.
"Saat ini, masyarakat berada pada titik di mana mereka telah menyaksikan kekejaman yang sangat luar biasa di Gaza dan hal itu tidak dapat dimaafkan. Mereka akan mengingat apakah Anda mendukung genosida atau tidak," ujar Shahed kepada Al Arabiya English.
"Satu-satunya cara untuk menyampaikan pesan kita adalah melalui bahasa mereka, yaitu uang, dan kita memastikan bahwa mereka akan kehilangan banyak uang ... Keberadaan mereka sepenuhnya bergantung pada dukungan kita."
Bagi Jawaher Abdulrahman, warga Arab Saudi, keputusan untuk boikot adalah keputusan yang mudah diambil.
"Kami akan memboikot karena warga Palestina kelaparan akibat Israel dan McDonald’s mengirimkan makanan gratis kepada tentara Israel ... ," tutur Jawaher kepada Al Arabiya English.
"Merek-merek ini secara terbuka mendukung Israel, jadi kami akan terus melakukannya kecuali mereka tiba-tiba mengambil sikap untuk memutuskan hubungan dengan Israel."