Liputan6.com, Jakarta - Perilaku percobaan bunuh diri tidak muncul tiba-tiba. Biasanya seseorang yang berencana melakukan mengakhiri hidup akan menunjukkan berbagai tanda sebelumnya.
Psikolog klinis dan Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla menyebut biasanya seseorang tersebut akan memberikan sejumlah tanda. Antara lain mulai dari perubahan suasana hati, perilaku, hingga penampilan.
Advertisement
Veronica mengimbau agar orang-orang sekitar atau terdekatnya dapat memberikan rasa empati dan tanpa menghakimi. Atau lebih peka pada perubahan orang-orang terdekat.
"Support system ini harus kuat, untuk satu, peka menyadari gitu ya, kita sebutnya pintu pertamalah ya di luar dari diri orang ini sendiri, pintu pertamanya adalah lingkungan sekitar dong. Dimulai dari lingkungan terdekat kan, keluarga, teman-teman dekat, kemudian abis itu masyarakat yang lebih luas," kata Veronica kepada Liputan6.com.
Menurut dia, kepedulian orang sekitar hingga masyarakat akan aksi percobaan bunuh diri dapat membantu sebagai langkah awal pencegahan. Selanjutnya untuk masyarakat dapat mengajak bicara atau ngobrol kepada yang bersangkutan.
"Kemudian kedua, kalau kita kenal keluarganya, cobalah kasih tahu ke keluarganya. Agar keluarganya jadi lebih aware lagi bahwa ini adalah hal serius. Selain itu, kalau memang kita tahu anak ini bisa direferlah ke prosesional gitu ya, psikolog, psikiater, kasih tahu," ucapnya.
Veronica juga mendorong hotline center pencegahan bunuh diri di Indonesia dapat diaktifkan 24 jam. Sebab saat kondisi putus asa bahkan depresi hal yang paling mudah dilakukan yaitu menelepon seseorang.
"Enggak akan keluar untuk nyari atau ketemu psikolog ah, aku ke rumah sakit, enggak akan. Enggak ada daya, enggak ada semangat untuk itu. Yang paling mudah ya sudah, handphone yang paling gampang. Maka dihidupkan kembali hotline center ini gitu," jelas dia.
Permasalahan Kesehatan Mental di Indonesia Tinggi
Sebelumnya, Emotional Health for All (EHFA) menyerukan bahwa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Menurut Project Leader & Founder EHFA Sandersan Onie, topik kesehatan mental sebenarnya semakin terdengar beberapa tahun belakangan. Ini membuat orang-orang mulai peduli dengan kesehatan mental.
Namun, ternyata permasalahan kesehatan mental di Indonesia dinilai cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan tingkat bunuh diri yang masih banyak.
“Berdasarkan penelitian terbaru, kami menemukan bahwa tingkat bunuh diri di Indonesia yang sebenarnya mungkin setidaknya 4 kali lipat dari angka yang dilaporkan. Dan jumlah percobaan bunuh diri setidaknya 7 kali lipat dari jumlah tersebut,” kata pria yang akrab disapa Sandy dalam konferensi pers di Jakarta Selatan.
Sementara, data lainnya menunjukkan bahwa hanya terdapat 4.400 psikolog dan psikiater di Indonesia yang jumlah populasinya lebih dari 250 juta orang. Maka dari itu, jumlah tenaga kesehatan mental di Indonesia dinilai minim.
Kesehatan mental tidak mengenal usia, jenis kelamin, agama, ataupun status sosial. Semua orang berhak mendapatkan akses layanan dan penanganan kesehatan mental yang tepat.
Mengenai penanganan masalah kesehatan mental melalui pendekatan agama, Sandy menjelaskan bahwa ia sering menemukan kejadian diskriminasi yang didasarkan pada keyakinan yang keliru tentang agama.
Advertisement
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.