Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menyelenggarakan debat Calon Presiden (Capres) sesi kedua di Istora Senayan, Jakarta. Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Kaesang Pangarep optimistis Capres nomor urut dua, Prabowo Subianto mampu menguasai materi debat tentang pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.
Kaesang Pangarep mengatakan, PSI akan mendukung Prabowo pada debat Capres dan menyakini mampu menguasai tema debat Capres, terutama soal pertahanan.
Advertisement
"Saya rasa pak Prabowo sangat menguasai apalagi soal pertahanan," ujar Kaesang kepada Liputan6.com, usai menghadiri Kopi Darat Wilayah (Kopdarwil) pengurus dan caleg PSI se-Sumatera Selatan di Palembang, Sabtu (6/1/2024) malam.
Kaesang mengungkapkan, Prabowo telah berpengalaman pada dunia geopolitik sehingga dapat menguasai debat capres yang diselenggarakan pada Minggu (7/1/2024).
Tak hanya itu, lanjut dia, Prabowo Subianto juga berpengalaman dalam dunia geopolitik. Kaesang mengaku akan menyaksikan debat capres sesi kedua ini, meski sedang tidak berada di Jakarta.
"Saya akan support beliau dengan menggelar nonton bareng debat capres bersama kader PSI di Pekanbaru, Riau," ucap Kaesang.
Harapan Ekonom di Debat Ketiga
Sementara itu, Ekonom FEB Universitas Indonesia (UI) Yusuf Wibosono, berharap dalam debat sesi ketiga, semua Capres bisa membahas mengenai permasalahan ketahanan pangan.
"Dari debat capres sesi 3 tentang hubungan internasional dan geopolitik, saya berharap para capres membahas ketahanan pangan, sebagai prioritas terpenting dalam ketahanan nasional kita saat ini," kata Yusuf kepada Liputan6.com, Sabtu (6/1/2024).
Harapan itu lantaran impor pangan Indonesia saat ini masih dalam jumlah yang sangat signifikan. Hal itu menandakan bahwa ketahanan pangan Indonesia masih lemah.
Advertisement
RI Belum Mampu Swasembada Beras
Terlihat dari impor beras tahun ini yang diproyeksikan menembus 3 juta ton akan melampaui impor beras 2,25 juta ton tahun 2018 dan menjadi ironis, karena baru di tahun 2022 lalu Indonesia menerima penghargaan internasional sebab dipandang mampu swasembada beras periode 2019-2021.
Menurutnya, Indonesia hingga kini belum mampu swasembada beras. Bahkan di masa el-nino saat ini, kegagalan tersebut harus dibayar mahal dengan lemahnya ketahanan pangan Indonesia.
"Selama tidak mampu swasembada beras, kita akan terus terekspos dengan resiko impor beras," ujarnya.