Komisi IX DPR: Jika Ada Temuan Kasus Polio, Jangan Disembunyikan

Jika ada penemuan kasus polio mesti segera dilaporkan agar dapat ditindaklanjuti.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Jan 2024, 12:05 WIB
Kejang demam sering kali terjadi saat anak mengalami demam tinggi. (Foto: Unsplash/Annie Spratt)
Ilustrasi jika ada penemuan kasus polio mesti segera dilaporkan agar dapat ditindaklanjuti. Unsplash/Annie Spratt)

Liputan6.com, Jakarta Temuan tiga kasus polio di Jawa Tengah dan Jawa Timur menyorot perhatian dari Komisi IX DPR RI. Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto meminta upaya penanganan segera agar penularan virus Polio tidak menyebarluas.

Salah satunya, Edy menekankan, perlunya deteksi dini terhadap infeksi virus Polio. Utamanya, gejala khusus yang terlihat jelas adalah lumpuh layu akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP).

Apabila terdapat pasien yang alami lumpuh layu akut, dapat dilanjutkan pemeriksaan, apakah terinfeksi virus Polio atau bukan.

"Puskesmas dan Posyandu bisa dikerahkan untuk menjadi garda depan jika ada kasus anak lumpuh layu. Memang tidak semua kasus lumpuh layu karena polio. Namun, dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan," terang Edy melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 7 Januari 2024.

“Jika ada yang menamukan kasus polio, jangan disembunyikan. Laporkan dan lakukan investigasi, apakah ada anak lain yang juga terpapar."

Manfaatkan Sub PIN Polio

Sebagaimana diketahui, Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio akan digelar dalam waktu dekat demi merespons kejadian tiga kasus polio di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Edy memberikan apresiasi Pemerintah terhadap penyelenggaraan Sub PIN di daerah-daerah yang melaporkan kasus polio.

“Mari sama-sama sukseskan dan manfaatkan Sub PIN ini. Kita kepung virus Polio dengan vaksinasi Polio agar Indonesia bebas polio lagi,” ucapnya.


Distribusi Vaksin Polio Harus Tepat

Edy Wuryanto yang juga politisi PDI Perjuangan itu juga menyentil soal distribusi vaksin Polio. Hal ini tidak hanya soal ketersediaan vaksin hingga ke daerah. Namun juga menjaga kualitasnya.

"Jangan sampai vaksin yang disuntikan seperti peluru kosong. Cara menyimpan, membawa, dan sampai memberikan ke anak-anak ini harus tepat," bebernya.

"Ingat, negara kita ada negara kepulauan dengan geografis yang beragam, sehingga butuh perlakuan yang beragam. Semangatnya yang harus sama."


Vaksinasi Polio Harus Didukung Semua Pihak

Upaya vaksinasi Polio harus didukung seluruh pihak. Edy Wuryanto mengibaratkan seperti vaksinasi saat COVID-19 yang seluruh pihak turun tangan. Masyarakat pun dapat terbuka menerima vaksinasi.

"Jika ada satu daerah dengan cakupan vaksinasi tidak maksimal, maka akan jadi potensi untuk munculnya polio atau penyakit lain," pungkasnya.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu pada Jumat (5/1/2024) menjelaskan, polio merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Virus Polio dapat menular melalui air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus Polio. 

“Beberapa faktor risiko terjadinya penularan Virus Polio adalah rendahnya cakupan Imunisasi Polio, kondisi kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih yang kurang baik seperti Buang Air Besar (BAB) sembarangan baik itu di sungai ataupun pada sumber air yang juga digunakan pada kehidupan sehari-hari,” katanya.

Infografis Jangan Buang Sembarangan, Ini Cara Kelola Masker Covid-19 Bekas Pakai. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya