Liputan6.com, Jakarta - Hubbuddunya atau mencintai dunia merupakan salah satu penyakit hati yang cukup berbahaya. Mengapa disebut bahaya sebab dengan mencintai dunia seseorang bisa melupakan Allah dan ajaran-Nya.
Tak hanya itu, lebih parah lagi dengan cinta dunia bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Rasulullah SAW pun telah memberi peringatan kepada umatnya agar tidak terlalu cinta dengan dunia, sebagaimana sabdanya,:
حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ
Artinya: “Cinta dunia adalah biang semua kesalahan” (HR Al-Baihaqi).
Baca Juga
Advertisement
Kandungan dunia tidak bisa diukur dengan materi karena hubbuddunya adalah masalah hati yang tidak bisa dideteksi dengan materi. Bisa saja orang miskin terjerumus pada hubbuddunya. Begitupun sebaliknya, orang kaya raya juga tidak bisa disebut hubbuddunya selama hatinya tidak terganggu dalam mengingat Allah.
Mengutip dari laman NU Online, mengenai hubbuddunya ini Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menyebut bahwa dunia memiliki 3 tingkatan, hal tersebut ia ungkapkan dalam kitab Risalatul Mudzakarah (Beirut: Darul Hawi, 1998) halaman 41-42.
Saksikan Video Pilihan ini:
3 Tingkatan Dunia
1. Pahala
Dunia bernilai pahala menempati posisi pertama dan utama. Dunia yang bernilai pahala adalah dunia yang bisa menjadi perantara seorang mukmin dalam menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Dunia semacam ini adalah kendaraan seorang mukmin dan menjadi ladang untuk bekal akhirat. Inilah yang disebut sesuatu yang cukup dari barang halal.
2. Hisab
Dunia bernilai hisab menempati posisi pertengahan atau kedua. Dunia yang bernilai hisab adalah dunia yang dicari dengan cara baik dan benar. Selain itu, kehadirannya pun tidak sampai membuat seseorang lalai dalam menjalankan kewajiban. Di akhirat kelak, semua orang akan dihisab atau diaudit kekayaannya. Bagi orang kaya, proses hisab akan berlangsung sangat lama bahkan bisa mencapai ratusan tahun. Baca Juga
3. Azab
Dunia bernilai azab berada di posisi paling rendah dan hina. Dunia jenis ketiga ini sangat berbahaya karena bisa membawa azab dan malapetaka. Kehadiran dunia jenis ini bisa membuat seseorang lupa daratan, meninggalkan taat, dan terjerumus dalam jurang maksiat. Di akhirat kelak, dunia ini akan menjadi kendaraan yang akan mengantarkan seseorang menuju neraka. Na‘udzubillah min dzalik.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin (Beirut: Darul Basyair al-Islamiyah, 2001), halaman 99 menyebut bahwa dunia adalah satu dari empat godaan yang sering membayang-bayangi diri manusia.
Menurutnya, ada 2 cara untuk membentengi diri dan menguatkan imun hati agar bisa kuat dari godaan kesenangan dunia. Pertama, istiqamah dan meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah. Kedua, zuhud dengan cara acuh terhadap keberadaan dunia. Wallahu a‘lam.
Advertisement