Bursa Saham Asia Menguat Ikuti Wall Street, Inflasi Tokyo Melambat

Mengikuti wall street, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa, 9 Januari 2024. Investor mencermati data ekonomi seperti inflasi Jepang.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Jan 2024, 08:45 WIB
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa (9/1/2024) setelah alami aksi jual pada perdagangan sesi sebelumnya. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa (9/1/2024) setelah alami aksi jual pada perdagangan sesi sebelumnya.

Dikutip dari CNBC,investor menilai inflasi Desember di Tokyo merupakan indikator utama inflasi nasional. Tingkat inflasi Tokyo melambat menjadi 2,4 persen pada Desember dari 2,6 persen pada bulan sebelumnya. Inflasi inti yang tidak mencakup harga makanan segar tetap 2,1 persen dan sesuai harapan.

Australia juga akan merilis angka penjualan ritel pada November, yang merupakan pertimbangan utama bagi Reserve Bank of Australia ketika memutuskan kebijakan moneter.

Indeks ASX 200 di Australia menguat 1,03 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 1,66 persen dan indeks Topix bertambah 0,93 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan menguat 0,7 persen di tengah Samsung Electronics memangkas perkiraan laba pada kuartal IV 2023.

Sedangkan indeks Kosdaq naik 0,91 persen. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.377 menunjukkan penguatan dibandingkan penutupan perdagangan terakhir di 16.224,45.

Di wall street, tiga indeks saham acuan menguat yang didorong saham teknologi. Saham Nvidia menguat 6,4 persen, dan menyentuh level tertinggi sepanjang masa. Saham Amazon menguat hampir 2,7 persen sehingga mendorong kenaikan indeks Nasdaq.

Saham Alphabet melonjak 2,3 persen, dan saham Apple bertambah 2,4 persen. Di sisi lain, indeks S&P 500 naik 1,41 persen. Indeks Nasdaq melompat 2,2 persen, dan catat kinerja terbaik sejak 14 November. Indeks Dow Jones melambung 216,90 poin atau 0,58 persen ke posisi 37.683,01.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 8 Januari 2024

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, saham Hong Kong memimpin koreksi di bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Senin, 8 Januari 2024. Diikuti bursa saham China yang turun setelah Zhongzhi Enterprise Group mengajukan likuidasi kebangkrutan pada Jumat malam pekan ini.

Dikutip dari CNBC, indeks Hang Seng anjlok lebih dari 2 persen dalam satu jam terakhir jelang penutupan perdagangan seiring saham layanan kesehatan merosot. Indeks CSI 300 China turun 1,29 persen ke posisi 3.472,19.

Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,50 persen ke posisi 7.451,50. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,4 persen ke posisi 2.567,82. Indeks Kosdaq naik 0,11 persen ke posisi 879,34, dan sentuh level tertinggi sejak September 2019. Sementara itu, bursa saham Jepang libur.

Di sisi lain, Bank of Korea akan mengadakan pertemuan bank sentral pertama pada 2024 di antara negara-negara besar di Asia pada Kamis pekan ini.Bank sentral Korea Selatan akan mempertahankan suku bunga di 3,5 persen dalam pertemuan kedelapan berturut-turut.

“Kami perkirakan keputusan itu akan diambil dengan suara bulat dan dewan akan pertahankan kata-kata mempertahankan sikap kebijakan yang restriktif untuk jangka waktu lama,” tulis ekonom HSBC, Jin Choi.

Choi mengatakan, bahkan jika Bank of Korea mempertahankan suku bunga, mungkin ada perubahan nada yang bisa mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran dalam waktu dekat seperti yang diharapkan beberapa pelaku pasar, tetapi memperingatkan "inflasi kemungkinan masih terlalu tinggi untuk permulaan jangka pendek. pelonggaran.” Target inflasi bank sentral adalah 2%.

 


Penutupan Wall Street pada 8 Januari 2024

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada perdagangan Senin, 8 Januari 2024. Rata-rata indeks saham acuan menguat pada awal pekan ini didorong saham-saham teknologi di tengah wall street yang mencoba pulih dari pekan yang sulit.

Dikutip dari CNBC, Selasa (9/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melonjak 1,41 persen ke posisi 4.763,54. Indeks Nasdaq bertambah 2,2 persen ke posisi 14.843,77. Indeks saham Nasdaq mencatat kinerja terbaik sejak 14 November. Sementara itu, indeks Dow Jones melambung 216,90 poin atau 0,58 persen ke posisi 37.683,01.

Investor melakukan aksi beli saham di sektor teknologi yang merosot 4 persen pada pekan lalu. Hal ini seiring imbal hasil obligasi turun pada awal pekan ini. Saham Nvidia melonjak mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Saham Amazon melambung hampir 2,7 persen sehingga mengangkat indeks Nasdaq.

Saham Apple naik 2,3 persen setelah Evercore ISI merekomendasikan membeli saham saat penurunan pekan lalu. ETF the VanEck Semiconductor melonjak 3,5 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak November.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun susut tiga basis poin menjadi 4,012 persen.

 


Saham Boeing Tertekan

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Boeing menghambat kenaikan indeks Dow Jones. Saham Boeing turun 8 persen menyusul penghentian sementara puluhan pesawat Boeing 737 Max 9 untuk inspeksi setelah bagian dari badan pesawat Alaska Airlines meledak.

“Saya pikir ini masih tahun baru, pasar bullish yang sama dengan risiko yang sama,” ujar Chief Technical Strategist LPL Financial, Adam Turnquist.

Ia menambahkan koreksi pekan lalu ditambah dengan pergerakan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun telah memberikan investor kepercayaan diri untuk kembali ke saham teknologi.

“Cerita sederhananya adalah saham-saham mengalami overbought dan imbal hasil oversold, dan sekarang kita mempunyai alasan untuk sedikit melambung dalam dua arah, tidak ada yang terlalu mengkhawatirkan pada saat ini,” ujar Turnquist.

Adapun wall street mengalami penurunan minggu pertamanya dalam 10 minggu karena saham teknologi berkapitalisasi besar seperti Apple mencatat kinerja buruk. Ditambah imbal hasil obligasi AS yang melonjak. Indeks Dow Jones turun 0,59 persen, indeks S&P 500 susut 1,52 persen. Indeks Nasdaq membukukan kinerja mingguan terburuk sejak September 2023 dengan turun 3,25 persen.

 


Khawatirkan Pasar Saham China

Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Pekan ini, pelaku pasar mungkin mendapatkan kejelasan yang lebih besar mengenai jalur penurunan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed). Indeks harga konsumen pada Desember akan dirilis pada Kamis pekan ini, diikuti indeks harga produsen.

Rilis data ekonomi itu harus menunjukkan apakah upaya bank sentral menurunkan inflasi ke target 2 persen berhasil. Charles Bobrinskoy dari Ariel Investments percaya investor terlalu optimistis untuk saat ini.

"Anda harus membayar mahal untuk konsensus yang baik. Kita beralih dari pesimisme, kepastian kita akan mengalami resesi, menjadi optimisme, dan ada terlalu banyak konsensus tidak aka nada resesi, suku bunga akan turun. Pasar saham akan berjalan dengan baik,” ujar dia kepada CNBC.

Investor meskipun umumnya setuju dengan konsensus positif, ia menuturkan peringatan terlalu banyak optimisme membuatnya gugup. “Sering kali terjadi kesalahan karena alasan yang tidak kita duga,” ujar dia.

Bobrinskoy menuturkan, saat ini paling mengkhawatirkan pasar saham China dengan alasan kemungkinan hambatan seperti runtuhnya properti dan kemungkinan blockade Taiwan.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya