BNPB Imbau Masyarakat Tak Terjebak Informasi Hoaks terkait Bencana Alam

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dengan adanya informasi soal bencana alam, terlebih lagi jika tidak jelas sumber informasinya.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 09 Jan 2024, 09:00 WIB
ilustrasi Cek Fakta (Liputan6.com/Trie yas)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau, masyarakat untuk berhati-hati dengan adanya informasi soal bencana alam, terlebih lagi jika tidak jelas sumber informasinya.

Hal itu diutarakan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam acara Disaster Briefing yang diikuti secara daring di Jakarta, pada Senin 8 Januari 2024.

Menurut Abdul Muhari, imbauan itu disampaikan menyusul adanya kabar palsu atau hoaks yang beredar di kalangan warga yang bermukim di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Secara singkat, informasi palsu tersebut mengabarkan bahwa BNPB provinsi dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi adanya puncak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki pada 7 atau 8 Januari 2024, serta anjuran untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

"Ini sebenarnya sudah bisa dilihat bahwa ini pasti hoaks. Kemenkes tidak mengurusi erupsi, BNPB juga tidak ada di provinsi," ungkap Abdul Muhari.

Ia menjelaskan, saat ini otoritas yang berwenang mengeluarkan informasi terkait bencana geologi dan vulkanologi adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan dapat diakses melalui https://vsi.esdm.go.id/.

"Bukan BNPB, bukan Kemenkes. Jadi yang berwenang dan memiliki alat atau equipment di bidang itu adalah Badan Geologi atau PVMBG," tegasnya.

Abdul Muhari menambahkan, bencana yang terkait dengan geologi dan vulkanologi saat ini belum dapat diprediksi, sehingga otoritas terkait tidak dapat memberikan prediksi waktu terjadinya letusan gunung api.

Ia menilai, adanya informasi hoaks, khususnya di daerah yang dilanda bencana, berdampak pada psikis masyarakat. Salah satunya adalah adanya masyarakat yang mengungsi, meskipun tidak diharuskan untuk melakukannya.

"Ini yang kemudian membuat kondisi tertentu yang seharusnya bisa kita atasi, jadi agak complicated," tambah dia.

Untuk itu, Abdul Muhari mengimbau, kepada masyarakat agar tidak mempercayai informasi soal kebencanaan yang tidak jelas sumbernya, serta kepada pemerintah daerah agar senantiasa aktif dalam memberikan informasi benar, dan mengklarifikasi informasi hoaks, agar psikis masyarakat tidak terganggu dengan informasi yang keliru.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya