Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi tampak menunjukkan kedekatannya dengan barisan pendukung paslon nomor urut dua Prabowo-Gibran. Terkait hal itu, capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menanggapi dengan masifnya konsolidasi ke berbagai wilayah Indonesia selama masa kampanye.
"Nah ini hari ini (cara mensolidkan). Setiap saya turun selalu ketemu dengan para tokoh-tokoh, partai-partai, dengan relawan-relawan, inilah cara kita menyolidkan barisan," tutur Ganjar di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (9/1/2024).
Advertisement
Ganjar mengaku merasa cukup lama tidak berkeliling di sejumlah wilayah Jawa Tengah. Sebab itu, selama masa kampanye dia pun memilih menyempatkan bertemu seluruh para pendukungnya.
"Ya sebenarnya saya agak lama tidak ke Jawa Tengah, maka ketika teman-teman Jawa Tengah menyampaikan Mas Ganjar kapan kemari? Nah maka kita konsolidasi kekuatan. Karena ini rumah kami. Maka kami ingin betul-betul rumah kami dijaga, rumah kami utuh, kadernya semua standby," jelas dia.
Dia pun menargetkan kemenangan di Jawa Tengah sebesar 60 persen sebagaimana keyakinan dan semangat para pendukung.
"Biar mereka rapi, mereka terkonsolidasi dengan baik, dan gerakannya sistematis, sehingga mereka tidak terganggu dengan isu-isu di luar," Ganjar menandaskan.
TPN: Ganjar Lebih Siap Hadapi Debat Capres Minggu Kemarin
Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Chico Hakim mengatakan capres nomor urut dua Prabowo Subianto tampaknya tidak siap mengadapi debat capres ketiga yang mengangkat tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.
Menurutnya, capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo lebih siap dan sangat menguasai masalah-masalah yang dibahas dalam debat tersebut.
"Pak Prabowo sama sekali tidak siap menghadapi debat, entah karena kesiapan atau memang sesungguhnya beliau tidak menguasai substansi sama sekali, karena ketika debat beliau tidak menyampaikan substansi, beliau hanya menyampaikan cita-cita besar, semua hanya normatif," tutur Chico kepada wartawan, Rabu (10/1/2024).
Chico menyebut, dari debat kemarin terlihat jelas Ganjar tidak hanya mempersiapkan diri untuk debat, tetapi telah mempersiapkan diri untuk menjadi Presiden RI selanjutnya. Mantan Gubernur Jawa Tengah itu pun telah menyampaikan gagasan-gagasan terkait pertahanan hingga hubungan luar negeri.
"Beliau mempersiapkan diri selain menghadapi debat ini, beliau juga mempersiapkan diri serius untuk menjadi presiden Republik Indonesia," jelas dia.
Lebih lanjut, politikus PDIP itu menyinggung soal ajakan Prabowo untuk membahas masalah pertahanan di luar debat capres. Baginya, Menteri Pertahanan itu bersikap aneh lantaran tidak mau membuka data yang ditanyakan Ganjar dalam debat.
"Saya rasa itu sesuatu yang aneh karena memang esensi sebuah debat adalah mendebatkan apa yang menjadi visi misi pertahanan di ruang publik, kalau dibilang rahasia, yang tidak rahasia pun tidak disampaikan oleh Prabowo, menurut saya Pak Prabowo tidak siap berdebat atau bahkan beliau tidak menguasai substansi kementerian yang dia pimpin," Chico menandaskan.
Advertisement
Ganjar Sebut Garda Samudra: Demi Kawal Kepentingan Nasional di Laut
Calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mencanangkan strategi yang disebutnya Garda Samudra, demi mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia. Konsep Garda Samudra ditopang oleh alutsita siap tempur untuk memposisikan Indonesia sebagai stabilisator yang mampu berperan lebih di kawasan.
"Kita perlukan garda samudra sebagai strategi baru dari poros maritim dunia. Seratus persen pesawat kita mesti siap tempur, alutsista kita mesti siap tempur, dan zero toleransi untuk kecelakaan pada alutsista kita," tegasnya.
Menggarisbawahi seruan Ganjar, Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto menjelaskan, garda samudra akan dipimpin oleh Bakamla sebagai penjaga perbatasan (coast guard). Selama ini, kewenangan penegakan hukum di laut terluar tersebar ke banyak kementerian dan lembaga.
“Hal ini dilakukan agar pengamanan laut lebih terarah. Kami akan terus mengawal kepentingan nasional kita di laut karena kita negara maritim,” katanya.
Sementara itu, Senior Fellow CSIS Rizal Sukma menjelaskan, Indonesia memiliki posisi strategis yang membuat posisi negara ini rawan terhadap ancaman dan tekanan eksternal. Garda Samudra berarti Indonesia mampu menjaga posisi strategis dari peningkatan ketegangan antarnegara besar yang dapat dicapai melalui peningkatan kapasitas apenangkalan wilayah.
“Kepentingan strategis yang harus dicapai adalah memastikan ALKI dan laut indonesia secara umum tidak dimanfaatkan untuk kepentingan negara hegemon. Menjadi Garda Samudra juga akan menjadikan Indonesia lebih lebih leluasa memainkan peran sebagai stabilisator yang menawarkan solusi konkret atas berbagai permasalahan kawasan,” katanya.
Ganjar juga menegaskan, salah satu cara untuk mendukung strategi tersebut adalah peningkatan anggaran pertahanan negara hingga 2 persen dari PDB.