Liputan6.com, Jakarta - Terlihat seperti flu biasa, gejala varian baru COVID-19 subvarian Omicron pada orang tua perlu mendapat perhatian, seperti disampaikan spesialis penyakit dalam RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dr Mira Yulianti, Sp.PD-KP.
Gejala pada lansia yang dimaksud seperti banyak tidur, lemas , dan hilang nafsu makan.
Advertisement
"Orang tuanya banyak tidur, lemas, enggak mau makan, batuk pileknya enggak disertai demam itu lebih hati-hati bahwa sangat mungkin orang tua kita atau kakek nenek terkena COVID," ujar Mira di Jakarta, Selasa, dilansir Antara.
Varian COVID-19 terbaru, kata Mira, merupakan turunan dari virus jenis Omicron pada orang yang masih muda akan seperti gejala flu biasa dan tidak terjadi keparahan yang berarti. Namun, pada orang yang lebih tua, terutama yang memiliki komorbid berat bisa menjadi masalah.
Penularan subvarian omicron yang di sebut BN.1 ini memang tergolong cepat dan ada peningkatan kasus di berbagai negara, termasuk Indonesia dalam dua bulan terakhir. Namun bagi yang pernah terinfeksi COVID-19 sebelumnya dan melakukan vaksin lengkap, akan terbentuk sistem imun yang otomatis menangkal virus baru ini sehingga gejalanya tidak separah dahulu.
“Alhamdulillah saat ini tidak ke arah sana, jadi memang tingkat penularannya tinggi tapi yang menunjukkan gejala berat adalah orang-orang yang memang memiliki komorbid cukup berat, tapi nggak ada kasus kematian yang melonjak,” ungkap Mira.
Pakai Masker dan Rajin Cuci Tangan
Mira mengimbau masyarakat jika merasa bergejala seperti batuk dan pilek, sebaiknya melakukan pemeriksaan swap antigen atau PCR yang dapat mendeteksi virus influenza secara keseluruhan atau virus COVID.
Jika memang didapati hasil yang positif, maka perlu kesadaran diri untuk menghindar dari orang yang sehat atau yang memiliki daya tahan tubuh lemah agar tidak menularkan.
Cara pencegahan masih sama dengan ketika virus SARS CoV-2 melanda yakni mengenakan masker dan rajin cuci tangan karena virus menular melalui droplet atau percikan liur.
Advertisement
Disarankan Swab
Selain itu, Mira juga menyarankan untuk melakukan swab antigen atau PCR jika mengalami batuk-pilek.
"Kalau memang bergejala masih awal, masih dini itu akan batuk pilek biasa, tapi ada potensial untuk memberat, makanya kalau sakit batuk pilek biasa kalau memungkinkan lakukan pemeriksaan swap antigen atau PCR saran saya tetap dilakukan, untuk menghindari menularkan ke orang lain yang kekebalan tubuhnya lebih lemah daripada kita," ujar Mira.
Jika varian virus baru ini mengenai orang-orang yang berisiko progresif menjadi buruknya tinggi atau high risk progression, maka akan diberikan obat antivirus yang sudah direkomendasikan WHO dan atas pengawasan dari dokter.
Mira juga mengimbau masyarakat untuk tetap mendapatkan informasi hanya dari sumber yang tepercaya dari website institusi kesehatan seperti WHO, Center of Disease Control (CDC) dan Kementerian Kesehatan RI atau media sosial resmi rumah sakit.