Liputan6.com, Tokyo - Tsunami setinggi sekitar 3 meter dilaporkan terjadi mencapai pembangkit listrik tenaga nuklir Shika di Prefektur Ishikawa, setelah gempa bumi dahsyat yang mengguncang Jepang tengah pekan lalu namun tidak menimbulkan masalah keselamatan besar, kata operatornya pada Selasa 9 Januari 2024.
Menurut Hokuriku Electric Power Co., mengutip Kyodo News, Rabu (10/1/2024), tsunami mencapai fasilitas tersebut sekitar pukul 17:45, sekitar 90 menit setelah gempa berkekuatan 7,6 skala Richter --sebelumnya sempat disebut M 7,4-- melanda wilayah tersebut pada Hari Tahun Baru (1/1).
Advertisement
"Tsunami tidak merusak pembangkit listrik tersebut, karena pembangkit listrik tersebut dibangun sekitar 11 meter di atas permukaan laut dan memiliki tembok laut setinggi 4 meter," kata perusahaan utilitas.
Ketinggian tsunami tidak segera diketahui karena transmisi data dari alat pengukur yang dipasang di dasar laut terhenti setelah gempa Jepang tersebut.
Perusahaan listrik itu hanya memastikan bahwa ketinggian air di kolam yang menghubungkan Laut Jepang naik sekitar 3 meter.
Laporan Xinhua menyebut, Hokuriku Electric menyatakan pihaknya menemukan kerusakan pada beberapa elemen peralatan di gardu induk dan saluran transmisi listrik, namun kerusakan tersebut tidak berdampak pada operasional pembangkit tersebut.
Adapun reaktor No. 1 dan No. 2 di pembangkit listrik Shika telah dimatikan jauh sebelum gempa bumi terjadi.
Hokuriku Electric mengatakan pada 2 Januari bahwa pihaknya belum mendeteksi adanya perubahan signifikan pada ketinggian air pada peralatan pengukuran. Namun kemudian dikatakan bahwa kenaikan level tersebut telah diamati.
Gempa Jepang: Korban Meninggal Jadi 202 dan 102 Orang Belum Ditemukan
Sementara itu, korban tewas akibat gempa yang meratakan sebagian wilayah Jepang tengah pada 1 Januari 2024 melampaui angka 200 pada Selasa (9/1). Sementara itu, lebih dari 100 orang masih belum ditemukan.
Gempa Jepang itu menghancurkan dan merobohkan bangunan, menyebabkan kebakaran, serta merusak infrastruktur di Semenanjung Noto di pulau utama Jepang, Honshu, di tengah semarak perayaan Tahun Baru.
Delapan hari kemudian, ribuan tim penyelamat berjuang mengatasi jalanan yang terhambat dan cuaca buruk untuk membersihkan reruntuhan serta menyelamatkan hampir 3.500 orang yang masih terjebak di komunitas terpencil.
Pemerintah daerah Ishikawa merilis angka pada Selasa yang menunjukkan bahwa 202 orang dipastikan tewas, naik dari 180 orang pada hari sebelumnya, dengan 102 orang belum ditemukan, turun dari 120 orang.
Pada Senin (8/1), pihak berwenang mencatat jumlah orang hilang meningkat tiga kali lipat menjadi 323 orang setelah database pusat diperbarui dan sebagian besar peningkatan tersebut terkait dengan bencana alam yang parah di Wajima.
"Namun sejak itu, banyak keluarga memberi tahu kami bahwa mereka dapat memastikan keselamatan orang-orang (yang ada dalam daftar)," kata pejabat Ishikawa Hayato Yachi kepada AFP, seperti dilansir CNA.
Advertisement
Tantangan Pasca Gempa Jepang
Dengan salju tebal yang mempersulit upaya bantuan, hingga Senin, hampir 30.000 orang tinggal di sekitar 400 tempat penampungan pemerintah. Beberapa di antaranya penuh sesak dan kesulitan menyediakan makanan, air, dan pemanas yang cukup.
Hampir 60.000 rumah tangga tidak mempunyai air bersih dan 15.600 rumah tangga tidak mempunyai pasokan listrik.
Kondisi jalan diperburuk oleh hujan berhari-hari yang menyebabkan sekitar 1.000 tanah longsor.
Pada pertemuan harian tanggap bencana pada Selasa, Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida menginstruksikan para menteri melakukan upaya untuk menyelesaikan keadaan isolasi (masyarakat) dan melanjutkan kegiatan penyelamatan dengan gigih.
"PM Kishida juga mendesak evakuasi sekunder ke daerah lain di luar daerah yang terkena gempa," kata juru bicara pemerintah Yoshimasa Hayashi kepada wartawan.
Di Kota Suzu di prefektur Ishikawa, seorang wanita berusia 90-an berhasil bertahan hidup selama lima hari di bawah reruntuhan rumah yang runtuh sebelum diselamatkan pada hari Sabtu.
"Tetap bertahan!" terdengar suara tim penyelamat memanggil wanita tersebut, dalam rekaman polisi dari lokasi kejadian yang dipublikasikan oleh media lokal.
Tidak semua orang seberuntung itu. Naoyuki Teramoto (52) tidak dapat dihibur pada hari Senin setelah tiga dari empat jenazah anaknya ditemukan di Kota Anamizu.
Pengaruh Bangunan yang Sudah Tua
Jepang mengalami ratusan gempa bumi setiap tahunnya, namun sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan karena peraturan bangunan yang ketat yang diterapkan selama lebih dari empat dekade.
Namun, banyak bangunan yang berusia lebih tua, terutama di komunitas yang menua dengan cepat di daerah pedesaan seperti Noto.
Gempa dahsyat mengguncang Jepang pada tahun 2011, memicu tsunami, menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang, serta menimbulkan bencana nuklir di pembangkit listrik Fukushima.
Advertisement