Jaga Kesehatan Mental Anak-Anak di Gaza, UNICEF Upayakan Kegiatan Rekreasi

Guna menjaga kesehatan mental anak-anak di Palestina, UNICEF melakukan beberapa upaya. Salah satunya mendukung kegiatan kesehatan mental dan psikososial dasar serta rekreasi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 11 Jan 2024, 16:00 WIB
Anak-anak Palestina tampak bermain di kamp pengungsi Shati di Gaza City, Palestina, pada 7 Juni 2020. Kamp pengungsi Al-Shati tersebut merupakan tempat hampir 86.000 warga Palestina hidup berdekatan satu sama lain. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Liputan6.com, Jakarta Anak-anak di Gaza termasuk yang menyandang disabilitas mengalami masa sulit selama konflik berlangsung.

Guna menjaga kesehatan mental anak-anak di Palestina, UNICEF melakukan beberapa upaya. Salah satunya mendukung kegiatan kesehatan mental dan psikososial dasar di beberapa tempat penampungan.

Organisasi ini juga mendukung kegiatan rekreasi termasuk untuk anak-anak penyandang disabilitas di berbagai komunitas, kamp, dan tempat penampungan. Misalnya dengan bermain bersama, olahraga bersama, dan belajar bersama.

Bantuan lain yang diupayakan untuk anak-anak Gaza yakni:

  • Mendukung pengangkutan air ke tempat penampungan dan distribusi air kemasan.
  • Menyediakan wadah air, tablet klorin untuk pemurnian air dan bahan bakar untuk mengoperasikan sumur air, pabrik desalinasi dan truk.
  • Mendistribusikan peralatan kebersihan keluarga dan ratusan ribu batang sabun.
  • Mengirimkan perbekalan kesehatan darurat ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan, termasuk perbekalan untuk bayi baru lahir, perlengkapan untuk bidan, perlengkapan untuk pengobatan diare akut dan obat-obatan penyelamat jiwa lainnya.
  • Memberikan berbagai pasokan nutrisi penting termasuk biskuit berenergi tinggi untuk anak di bawah usia 5 tahun dan suplementasi mikronutrien untuk anak-anak serta ibu hamil dan menyusui.
  • Memberikan bantuan tunai kemanusiaan bagi rumah tangga yang paling rentan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
  • Berfokus pada penyediaan selimut, tenda, dan pakaian hangat saat musim dingin berdampak di Jalur Gaza.

Konflik Renggut 5.000 Nyawa Anak Gaza

Anak-anak Palestina berjualan manisan pada hari kelima gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel di depan reruntuhan bangunan kamp pengungsi Jebaliya, Jalur Gaza, 28 November 2023. (AP Photo/Mohammed Hajjar)

Hingga kini, serangan Israel ke Gaza membuat 5.000 anak meninggal dunia dan ribuan lainnya mengalami luka.

Sementara, lebih dari 1,7 juta orang di Jalur Gaza terpaksa mengungsi dan setengah dari mereka adalah anak-anak.

Di pengungsian, mereka tidak memiliki cukup akses terhadap air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Rumah mereka telah hancur dan keluarga mereka terpecah belah.

“Dalam semua perang, anak-anak lah yang paling menderita,” mengutip laman resmi UNICEF, Kamis (11/1/2024).


Perang Seharusnya Memiliki Aturan

Anak-anak Palestina tampak bermain di kamp pengungsi Shati di Gaza City, Palestina, pada 7 Juni 2020. Kamp pengungsi Al-Shati tersebut merupakan tempat hampir 86.000 warga Palestina hidup berdekatan satu sama lain. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

UNICEF menyampaikan, perang seharusnya memiliki aturan. Tidak ada anak yang boleh terputus dari layanan-layanan penting, atau jatuh dari jangkauan tangan-tangan kemanusiaan.

Tidak ada anak yang boleh disandera atau dimanfaatkan dengan cara apa pun dalam konflik bersenjata. Rumah sakit dan sekolah harus dilindungi dari pemboman, dan tidak boleh digunakan untuk tujuan militer, sesuai dengan hukum humaniter internasional.

Kerugian yang dialami anak-anak dan komunitas mereka akibat kekerasan ini akan ditanggung oleh generasi mendatang.


Serukan Gencatan Senjata Jangka Panjang

Anak-anak sangat rentan terhadap kondisi kurangnya akses terhadap air bersih, sanitasi, dan perlindungan dari cuaca ekstrem. (MOHAMMED ABED/AFP)

Untuk menanggapi situasi ini, UNICEF menyerukan beberapa hal yang perlu segera dilakukan, termasuk:

  • Gencatan senjata kemanusiaan yang segera dan berjangka panjang.
  • Akses kemanusiaan yang aman dan tidak terbatas ke dan di dalam Jalur Gaza untuk menjangkau populasi yang terkena dampak di mana pun mereka berada, termasuk di wilayah utara.
  • Semua akses penyeberangan harus dibuka termasuk untuk mencukupi bahan bakar dan material yang dibutuhkan untuk menjalankan dan merehabilitasi infrastruktur penting dan pasokan komersial.
  • Pergerakan yang aman bagi pekerja kemanusiaan dan pasokan di seluruh Jalur Gaza harus dijamin dan jaringan telekomunikasi yang andal harus tersedia untuk mengoordinasikan upaya tanggap darurat.
  • Pembebasan semua anak yang diculik dengan segera, aman dan tanpa syarat, dan diakhirinya segala pelanggaran berat terhadap semua anak, termasuk pembunuhan dan pencederaan anak.
  • Penghormatan dan perlindungan terhadap infrastruktur sipil seperti tempat penampungan dan sekolah, serta fasilitas kesehatan, listrik, air, sanitasi dan telekomunikasi. Untuk mencegah hilangnya nyawa warga sipil dan anak-anak, wabah penyakit, dan untuk memberikan perawatan kepada orang sakit dan terluka.
  • Semua pihak yang berkonflik harus menghormati hukum humaniter internasional.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya