Jusuf Kalla Singgung Capres Suka Marah, Ganjar: Emosinya Mesti Dijaga

Menurut Ganjar, saat debat capres para kontestan perlu menampilkan sikap edukatif, termasuk dalam mengulas visi misi serta program yang disiapkan.

oleh Nanda Perdana PutraNila Chrisna Yulika diperbarui 11 Jan 2024, 10:05 WIB
Ganjar tampak mengenakan baju berwarna putih dan celana olahraga panjang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla alias JK menyinggung adanya sosok calon presiden (capres) yang kerap marah dan tidak bisa membayangkan memiliki pemimpin seperti itu. Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo pun mengamini, bahwa seyogyanya tiap paslon dapat menjaga emosinya.

“Iya, pasti emosinya mesti dijaga. Karena kalau pertunjukannya adalah kemarahan, emosi, pasti ada beberapa tidak suka,” tutur Ganjar usai menginap di rumah warga Tegal, Jawa Tengah, Kamis (11/1/2024).

Menurut Ganjar, saat debat capres para kontestan perlu menampilkan sikap edukatif, termasuk dalam mengulas visi misi serta program yang disiapkan.

“Maka kita mesti bisa menampilkan hal-hal yang lebih edukatif. Seumpama ada orang yang mengatakan tidak edukatif gitu. Tapi menurut saya itu edukasi paling baik. Umpama, saya tidak mau ngomong yang lain, saya ngomong diri saya sendiri,” jelas dia.

“Kenapa saya mencoba menampilkan data terus menerus, karena kita melihat antara target performance hari ini dan dikukung oleh data, publik akan tereduksi. Apakah akan tercapai atau tidak,” sambungnya.

Bagi Ganjar, data menjadi penting dalam mengedukasi masyarakat yang menyaksikan debat capres. Jika tidak dapat menyajikan informasi yang tepat secara data, maka setidaknya dapat menjaga emosional.

“Sebenarnya tidak percaya tidak apa-apa loh, asal argumentasinya benar. Itu saja sebenarnya, sehingga kalau kemudian bicaranya, ya tidak ada data yang bisa ditampilkan hari ini, oke secara kuantitatif tidak bisa. Maka setidaknya pemimpin itu bicara kualitatifnya. Edukasinya,” Ganjar menandaskan.


Kiat Memilih Pemimpin

Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) (Alma Fikhasari/Merdeka.com)

Sebelumnya, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla berkomentar soal kiat memilih pemimpin negara yang baik. Menurut dia, pilihan terbaik adalah mengikuti kaidah dan ciri memilin ala Rasullullah Nabi Muhammad S.A.W.

"Kalau tabligh siapa yang terbaik? Anies. Kalau yang cerdas siapa? Anies. Yang paling amanah? Anies. Paling jujur siapa? Anies. Nah, itu aja pegangannya. Karena kita kan harus mengikuti ilmu Rasulullah," kata pria karib disapa JK ini saat mendampingi calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar berkampanye di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/1/2024).

JK lalu menyinggung untuk tidak memilih sosok pemimpin yang sulit mengendalikan emosi dan kerap marah-marah. Dia meyakini, negara bisa tidak stabil bila memiliki pemimpin yang tempramental.

"Kalau kawan kita yang satu itu marah terus, bagaimana kira-kira negara dipimpin oleh orang yang suka marah? kata JK.

"Bagaimana kira-kira kalau dia berdebat dengan kepala negara lain? bisa ditonjok kepala negara lain," candanya.

Karena itu, dia meminta masyarakat untuk benar-benar tepat dalam memilih seorang pemimpin.

“Jadi, harus hati-hati memilih pemimpin," saran JK.


Sosok yang Tenang dan Punya Gagasan

JK menegaskan, karakter baik seorang pemimpin adalah sosok yang tenang dan punya gagasan. Sebab, persoalan bangsa sangatlah banyak dan bukan dengan jalan emosional untuk menyelesaikannya.

"Persoalan bangsa ini banyak kalau tidak tenang berpikir (bagaimana) harus mengambil keputusan yang baik? tentu pemimpin jangan emosional," JK menandaskan.

Sebagai informasi, JK tidak menyebut siapakah sosok pemimpin emosional dan suka marah yang disinggungnya dalam pernyataan itu.

 

Infografis Jelang Pendaftaran Capres-Cawapres, Mahfud MD Diumumkan Jadi Cawapres Ganjar. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya